Miris, Video Dua Ekor Orangutan Kurus Kering Melintasi Area Tambang Kutai Timur
BKSDA belum bisa memastikannya apakah dua ekor orangutan itu betina dan anaknya.
Satu ekor orangutan ukuran dewasa dan satunya masih anakan.
Miris, Video Dua Ekor Orangutan Kurus Kering Melintasi Area Tambang Kutai Timur
Publik dibikin meringis dengan sebaran video memperlihatkan dua Orangutan Kalimantan (Pongo Pygmaeus) menyeberang jalan, diduga berlokasi di jalan hauling tambang batu bara di kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur sedang menelusuri keberadaan Orangutan itu.
Merdeka.com mendapatkan salinan video berdurasi 28 detik itu. Di tengah terik matahari, terlihat dua Orangutan berjalan perlahan menyeberangi jalan tanah, diduga adalah jalan hauling batu bara.
Video itu direkam warga dari atas kendaraannya. Kedua individu Orangutan itu bergerak menuju kawasan rerumputan hijau di sisi kiri jalan tanah itu. Video yang sama juga beredar di media sosial Instagram.
"Beginilah ketika alam berbenturan dengan keserakahan manusia. Tidak ada lagi empati rasa cipta sesama makhluk Tuhan."
Kata warga melalui percakapan grup WhatsApp, Kamis 21 September 2023.
@merdeka.com
Tim BKSDA Kalimantan Timur telah mengetahui beredarnya video itu. Saat ini, tim tengah diturunkan ke lapangan untuk menelusuri kebenarannya.
"Semalam sudah kita ketahui. Masih kami cari, dan ini tim lagi selidiki jejak digital dan kerja di lapangan. Kita tunggu saja," kata Kepala BKSDA Kalimantan Timur, Ari Wibawanto pada merdeka.com.
Diduga Betina dan Anaknya
Meski terlihat kedua Orangutan dalam kondisi kurus dan disebutkan berada di Kutai Timur, BKSDA belum bisa memastikannya. Namun demikian, diduga kuat kedua Orangutan itu adalah betina dan anaknya, yang mana memang bayi Otangutan akan terus bergerak bersama induknya.
"Itu Orangutan betina dan anaknya. Kalau dikatakan kurus, kita belum bisa bilang kurus kalau hanya dari video. Tapi yang jelas itu betina dan anaknya," ujar Ari.
"Orangutan ini punya teritori sendiri, artinya mereka punya daya jelajah (terus bergerak). Ya mereka kerjanya memang cari makan. Lalu apakah itu lokasinya awalnya adalah habitatnya, belum tentu juga. Mereka cari makan, kan sekarang musim kemarau. Mereka cari tempat yang lebih nyaman."
Kata BKSDA
@merdeka.com
Ari meminta di tengah penelusuran tim BKSDA ke Kutai Timur, masyarakat bisa sementara ini mengesampingkan praduga yang beredar.
"Kita belum tahu kondisi Orangutan itu seperti apa, apakah benar-benar pasti betina dan anaknya. Kondisinya sehat atau tidak, kan belum tahu. Intinya, kita masih mencari ya," sebut Ari.
"Praduga-praduga itu kita hilangkan dulu. Terkait itu habitatnya rusak, belum bisa dilihat karena posisinya Orangutan itu di mana, saya tidak tahu juga," tambahnya.
Metode memastikannya, nantinya mesti melihat video secara lanskap. Termasuk benar tidaknya itu jalan dalam tayangan video ada di areal tambang batu bara.
"Apakah jalannya memang seperti itu, atau bagaimana, kita harus liat secara lanskap ya. Kita cari video itu benar tidaknya, posisinya di mana, kita mesti lihat sisi lanskap seperti apa. Apakah betul di Kutai Timur, betul-betul di tambang batu bara, saya belum tahu juga," ungkap Ari.
"Info awal malah itu bukan di tambang. Masih simpang siur. Tunggu saja, kita akan sampaikan lebih lanjut kalau semua sudah jelas ya," jelasnya lagi.
Meski demikian, saat ditanya merdeka.com lebih lanjut, Ari memastikan sebagian wilayah kabupaten Kutai Timur memang merupakan habitat Orangutan. Seperti di Bengalon, Simpang Perdau dan di Muara Wahau.
"Rata-rata ya, semua wilayah Kutai Timur. Di sisi lain, juga belum tahu video itu betul baru atau lama. Salah-salah, ternyata itu berita lama kan?" sebut Ari.
Pun demikian, meski terlihat Orangutan itu kondisi kurus, Ari juga belum bisa memastikan Orangutan itu dalam kondisi sakit.
"Belum tentu sakit, belum tentu karena kurang maka. Itu kan dilihat dari sisi kita. Jadi, kita harus temukan dulu, kemudian cek kesehatannya betul kurus atau tidak. Lalu berat badannya seperti apa," kata Ari lagi.
Dalam penelusuran tim BKSDA Kalimantan Timur, Ari memastikan sejauh ini belum melibatkan pegiat Orangutan.
"Semua NGO di bawah kendali BKSDA. Lebih bagus kita saja (melakukan penelusuran), pemerintah yang bertanggung jawab," demikian Ari.