Nestapa TKI Jember Diduga Korban Malapraktik RS di Singapura: Operasi Bisul Malah Koma, Kaki Tangannya Gosong
Bisul di selengkangan membuat Septia menjalani operasi di rumah sakit dan tersadar dari operasi, Septia terkejut karena tangan dan kakinya dalam kondisi terikat
Nasib malang dialami Septia Kurnia Rini, pekerja migran Indonesia (PMI) asal Jember yang bekerja di Singapura. Ia diduga menjadi korban malpraktik di sebuah rumah sakit di negara itu tetapi malah dipulangkan ke Indonesia.
"Saya merasa seperti dibuang oleh majikan saya," ujar Septia dengan lirih saat ditemui awak media di rumahnya yang ada di kawasan Tegal Besar, Kecamatan Kaliwates, Jember pada Jumat, (20/12).
Septia sudah tiga tahun terakhir bekerja untuk sebuah keluarga di Singapura. Semula semua berjalan baik-baik saja.
Kronologi
Masalah mulai muncul pada September 2024. Muncul bisul di bagian selangkangannya. Namun bisul itu tidak seperti biasanya. Bisul tanpa mata itu berwarna merah dan terasa amat nyeri.
Setelah empat hari tidak menunjukkan tanda-tanda sembuh, Septia melapor ke majikannya dan diberi obat pereda nyeri.
"Sudah habis satu lembar obat panadol tapi tidak sembuh," tutur perempuan 38 tahun ini.
Ia kemudian memeriksakan diri ke sebuah klinik yang kemudian dirujuk untuk berobat ke rumah sakit. "Diantar adik majikan karena majikan saya sedang pergi ke Indonesia, ke Lombok," tutur Septia.
Septia kemudian menjalani operasi di rumah sakit tersebut. Setelah operasi, ia justru tidak sadarkan selama 9 hari.
Begitu bangun, Septia terkejut karena tangan dan kakinya dalam kondisi terikat. Ia juga mendapati tangan dan kakinya dalam kondisi menghitam seperti membusuk.
"Tidak tahu penyebabnya apa, saya juga tidak mendapat penjelasan apapun dari petugas medis," papar ibu dua anak ini.
Karena tidak kunjung sembuh, pada hari ke 13, Septia akhirnya dikirim ke Batam menggunakan kapal fery dengan diantar utusan majikannya. Di sana ia dirawat selama hampir satu bulan.
"Saat dipulangkan itu barulah saya didampingi atau ada komunikasi dengan KBRI dan juga BP2MI. Sebelumnya saat masih pengobatan di Singapura, tidak ada pendampingan dari KBRI," ujar Septia.
Karena merasa tak nyaman, Septia akhirnya pulang ke Jember pada akhir Oktober 2024. Ia menjalani rawat jalan.
Menghabiskan Waktu di Tempat Tidur
Sehari-hari ia hanya bisa duduk dan berbaring di atas kasur.
"Bisa sih berdiri tapi susah. Sampai sekarang masih terasa nyeri," papar Septia yang didampingi oleh suaminya, Wahyu Setyono.
Saat ini perlahan, kulit menghitam yang ada di kaki tangan Septia berangsur berkurang.
Jika sebelumnya hampir seluruh pergelangan tangan Septia menghitam, kini hanya tersisa di sebagian jari di tangan kanan dan kiri. Adapun kaki masih menghitam dan menurut Septia masih agak membusuk.