Obituari Harmoko: Tangan Kanan Presiden yang Akhirnya Meminta Soeharto Mundur
Merdeka.com - Mantan Menteri Penerangan Harmoko meninggal dunia, Minggu (4/7). Harmoko menghembuskan napas terakhir di RSPAD Jakarta Pusat. Sosoknya cukup dikenal sebagai salah satu menteri di era orde baru. Di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.
Pria kelahiran 7 Februari 1939 di Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur, ini pernah menduduki berbagai kursi penting di negeri ini. Dimulai dari kursi Menteri Penerangan pada periode 1983-1997. Lalu menjadi Ketua DPR pada 1997-1999. Kemudian menjadi ketua MPR pada periode yang sama.
Dia menjadi Ketua MPR ke-10 dan Ketua DPR ke-12. Saat menjadi menteri di kabinet Presiden Soeharto, Harmoko merupakan Menteri Penerangan Indonesia ke-22. Harmoko juga tercatat sebagai Ketua Umum Golongan Karya (Golkar) ke-6.
-
Siapa yang meninggal? Seperti dilaporkan, komika Babe Cabita meninggal dunia pada Selasa (9/4/2024) di Rumah Sakit Mayapada Lebak Bulus, Jakarta Selatan, akibat penyakit Anemia Aplastik yang dideritanya.
-
Siapa yang menghormati Presiden Soekarno dengan nama Jembatan Soekarno? Dulunya Jembatan Soekarno Sebelum berubah nama menjadi Jembatan Ampera yang dikenal sekarang, nama jembatan ini awalnya bernama 'Jembatan Soekarno'. Mengapa? hal ini karena sebagai bentuk penghormatan kepada presiden pertama Indonesia dari masyarakat Suamtera Selatan.
Harmoko salah satu menteri yang cukup dekat dengan Presiden Soeharto. Dia cukup terkenal dengan pernyataannya yang berbunyi 'Menurut petunjuk bapak presiden'. Ada yang memandang Harmoko sebagai tangan kangan Soeharto.
Meski cukup dekat dengan Presiden, Harmoko juga yang meminta Soeharto lengser keprabon alias turun dari jabatannya. Saat itu Indonesia tengah dilanda krisis. Tepatnya pada 1997-1998. Ketika itu Harmoko menjabat ketua MPR/DPR.
Pada Mei 1998, desakan agar Presiden Soeharto mundur dari jabatannya terdengar kencang. Aksi demonstrasi mahasiswa membesar. Bahkan mereka berhasil menduduki Gedung DPR. Mahasiswa meminta Soeharto mundur setelah berbagai peristiwa mencekam di Jakarta dan berbagai daerah.
Dikutip dari Kompas.com berdasar arsip Kompas yang terbit pada 19 Mei 1998, pimpinan DPR/MPR akhirnya meminta Presiden Soeharto mundur. Permintaan itu disampaikan Ketua DPR/MPR Harmoko. Dia didampingi pimpinan lain yaitu Ismail Hasan Metareum, Abdul Gafur, Fatimah Achmad, dan Syarwan Hamid. Permintaan itu disampaikan pada 18 Mei 1998.
"Dalam menanggapi situasi seperti tersebut di atas, pimpinan Dewan, baik ketua maupun wakil-wakil ketua, mengharapkan, demi persatuan dan kesatuan bangsa, agar Presiden secara arif dan bijaksana sebaiknya mengundurkan diri," kata Harmoko hari itu.
Karir Harmoko
Dikutip dari situs resmi Perpusnas, Harmoko memulai karir sebagai wartawan di Harian Merdeka dan Majalah Merdeka. Dia kemudian bekerja sebagai wartawan di Harian Angkatan Bersenjata dan Harian API. Pada 1970, Harmoko bersama koleganya melahirkan harian Pos Kota. Harian Pos Kota memberi porsi khusus untuk Harmoko. Dalam rubrik yang cukup terkenal yakni Kopi Pagi Harmoko.
Harmoko pernah menjabat ketua Persatuan Wartawan Indonesia. Karir yang mengantarkannya menduduki kursi Menteri Penerangan di Kabinet Pembangunan VI.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meski tidak pernah mengungkapkannya ke publik, Soeharto menyimpan nama orang-orang yang dianggap pernah mengkhianatinya.
Baca SelengkapnyaSebelum mengumumkan pengunduran diri, Soeharto ingin bertemu tokoh-tokoh masyarakat.
Baca SelengkapnyaPotret Presiden Soeharto saat memimpin sidang terakhir Kabinet Pembangunan II viral menarik perhatian siapapun yang melihatnya.
Baca SelengkapnyaHidup Soekarno semakin parah usai dilengserkan dari kursi presiden.
Baca SelengkapnyaSoeharto presiden kedua Republik Indonesia dengan masa jabatan terlama yang pernah berkuasa.
Baca SelengkapnyaJenderal (Purn) Wiranto merupakan saksi sejarah lengsernya Presiden Soeharto setelah 32 tahun berkuasa.
Baca SelengkapnyaMomen Soeharto saat akan tinggalkan Istana Merdeka usai diminta lengser dari jabatannya.
Baca SelengkapnyaPresiden Soeharto menegaskan pergerakan yang ingin menjatuhkan dirinya dari kursi Presiden dipimpin oleh tokoh bernama Sawito.
Baca SelengkapnyaDi antara sekian banyak guru spiritual Soeharto, satu di antaranya memiliki posisi yang istimewa. Orang itu bernama Sudiyat, atau lebih dikenal Romo Diyat.
Baca SelengkapnyaMegawati sempat membahas tentang TAP MPR Nomor XXXIII/MPRS/1967.
Baca SelengkapnyaHal itu disampaikan Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet), pada sidang akhir masa jabatan MPR periode 2019-2024.
Baca SelengkapnyaTutut Soeharto menyampaikan permohonan maaf atas segala salah dan khilaf ayahnya selama 32 tahun memimpin Indonesia
Baca Selengkapnya