Pemerintah terapkan strategi hadapi perubahan era revolusi industri 4.0
Merdeka.com - Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri mengungkapkan pemerintah mengambil langkah-langkah strategis untuk menghadapi tantangan perubahan era revolusi industri 4.0 dalam bidang pendidikan dan pelatihan vokasi.
Langkah pertama kebijakan link and match untuk memastikan kompetensi SDM/tenaga kerja sesuai kebutuhan pasar kerja dengan industri berbasis teknologi digital.
"Melalui komite vokasi yang merupakan wadah kolaborasi antara pemerintah dan industri telah dilakukan sinergi, mulai dari perancangan program dan disain kurikulum, standar pelatihan hingga penyelenggaraan pelatihan kerja," kata Menaker Hanif saat membuka Company Gathering yang diselenggarakan Undip Career Center (UCC) di Karawang, Jawa Barat, Kamis (29/3/2018).
-
Kenapa digital skill penting bagi Kemnaker? 'Rendahnya digital skill menjadi tantangan untuk memenuhi kebutuhan industri di masa mendatang,' ucap Menaker Ida.
-
Kapan soft skill penting untuk karir? 'Hal ini mencerminkan tingkat karir, di mana Gen X umumnya sudah berada di puncak karir yang menuntut keterampilan yang identik dengan seorang pemimpin,' tambah Stevens.
-
Bagaimana Kemnaker mengembangkan SDM yang kompeten dan berdaya saing global? “Kami mengucapkan banyak terima kasih atas upaya doa dan ikhtiar seluruh pihak yang terus mendukung kami dalam pengembangan SDM yang kompeten dan berdaya saing global,“ ujarnya.
-
Kenapa Kemnaker dorong peningkatan kompetensi SDM? Untuk mendorong peningkatan kompetensi SDM melalui pelatihan vokasi, Pemerintah menebitkan Perpres 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi.
-
Kenapa Kemnaker tekankan pentingnya kompetensi bagi PMI? Kompetensi itu menjadi salah satu ukuran agar tenaga kerja kita bisa diterima di luar negeri, “ ucap Menaker di Jeddah, Arab Saudi, Jumat (25/8) malam.
-
Apa keterampilan yang dianggap penting oleh perusahaan di Indonesia? Menariknya adalah sebanyak 69 persen pemimpin perusahaan di Indonesia menyatakan bahwa mereka tidak akan merekrut seseorang tanpa keterampilan AI.
Dalam acara bertajuk 'Membangun Kemitraan Strategis antara Dunia Kampus dan Dunia Industri untuk Mencetak SDM Indonesia yang Berkualitas' ini turut hadir Dirjen Binalattas Bambang Satrio Lelono, Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana, Rektor Undip Yos Johan Utama, Direktur Undip Career Center Fitri, Kadisnaker Karawang Suroto.
Menaker Hanif saat membuka Company Gathering yang diselenggarakan Undip Career Center (UCC) di Kara ©2018 Merdeka.comManteri Hanif mengatakan langkah kedua adalah masifikasi pelatihan kerja dan sertifikasi profesi. Transformasi program dan disain pelatihan dan pendidikan secara simultan juga harus beriringan dengan upaya masifikasi pelatihan kerja dan sertifikasi profesi.
"Strategi ini menjadi penting untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan tenaga kerja tramil (Skilled workers) sekarang dan di masa yang akan datang," katanya.
Menteri Hanif menyatakan target pemerintah menaikkan jumlah peserta pelatihan kerja menjadi 1,4 juta pada tahun 2019 atau 5 kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya merupakan langkah taktis dalam upaya pemenuhan tenaga kerja kompeten pada tahun 2030.
"Karena itu, kolaborasi yang telah terbangun antara pemerintah dan dunia industri dalam penciptaan tenaga kerja kompeten melallui pelatihan kerja dan pemagangan perlu terus ditingkatkan," katanya.
Menteri Hanif menambahkan dalam dunia persaingan, bukan orang paling pintar bukan orang paling kuat tapi yang dibutuhkan adalah orang-orang yang paling responsif menghadapi perubahan.
Menaker Hanif saat membuka Company Gathering yang diselenggarakan Undip Career Center (UCC) di Kara ©2018 Merdeka.com"Itu tantangan perguruan tinggi secara umum bagaimana tingkat responsifitas sebagai penyedia input SDM menghadapi dunia yang sedang berubah dan akan terus berubah secara cepat," katanya.
Menteri Hanif menambahkan dalam menghadapi tantangan era revolusi industri 4.0 yang terjadi saat ini, penguasaan softskill memiliki peran sangat penting dalam upaya memenangkan persaingan global.
Pasalnya hasil laporan World Economic Forum mengungkapkan sebanyak 80 persen skill yang dibutuhkan untuk mampu bersaing dalam era industri 4.0 adalah penguasaan softskill. "Kita tidak bisa hanya mengandalkan technicall skill. Penguasaan softskill juga harus mulai dipersiapkan sejak di jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi," katanya.
Menteri Hanif mengatakan tantangan Perguruan Tinggi ke depan merumuskan skema tertentu agar mahasiswa menguasai skill yang fleksibel yang sesuai kebutuhan pasar kerja dan mengikuti perkembangan zaman.
"Ketika trend berubah, mahasiswa juga bisa menyiapkan diri, oh ternyata apa yang dipelajari ada yang berkurang sedikit. Selanjutnya mahasiswa bisa mengembangkan diri untuk mengambil kursus atau melanjutkan pendidikan. Pada intinya mereka bisa disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja," ujarnya.
Menaker juga meminta mahasiswa untuk terus meningkatkan kemampuan dan keterampilan agar siap bersaing di dunia kerja. Mahasiswa juga dituntut memiliki kompetensi yang berada di atas standar karena kalau berada di atas standar pasti dapat memenangkan persaingan global
Selain itu, Menaker Hanif juga kembali menyinggung persoalan miss match yang masih tinggi antara lulusan perguruan tinggi dan kebutuhan dunia kerja. Terkait hal ini, Menaker Hanif meminta perguruan tinggi menyesuaikan kurikulum pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja.
"Sebanyak 63% lulusan perguruan tinggi tidak match dengan kebutuhan dunia kerja. Sistem pendidikan di perguruan tinggi harus berorientasi dengan kebutuhan dunia kerja. Perguruan tinggi harus bisa menjawab tantangan ini," ungkap Menaker Hanif.
Dengan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia, Hanif mengharapkan Indonesia tidak sekadar sebagai negara konsumen. Masyarakat didorong bukan hanya sebagai penikmat berbagai produk luar, tetapi harus mampu menciptakan produk sendiri.
"SDM yang kuat, SDM yang tangguh, SDM yang unggul mau tidak mau harus menjadi pilihan bagi perjuangan kita untuk menjadikan Indonesia sebagai negara pemain dan pemenang," ujarnya. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perusahaan dituntut untuk bertransformasi secara digital, termasuk bidang manufaktur.
Baca SelengkapnyaMenaker mengatakan masa depan Indonesia sangat ditentukan oleh seberapa kompeten dan seberapa kompetitif pekerja/buruh.
Baca SelengkapnyaJokowi mengingatkan, disrupsi teknologi sudah melanda semua negara.
Baca SelengkapnyaKebijakan adaptif diperlukan agar SDM Indonesia tetap dapat bersaing di pasar kerja.
Baca SelengkapnyaMenyongsong tahun 2024, masyarakat dituntut multi terampil agar dapat beradaptasi dengan pesatnya peradaban.
Baca SelengkapnyaAnwar Sanusi menegaskan Perencana Kemnaker juga harus memahami perubahan siklus kebijakan publik di era digital.
Baca SelengkapnyaMenteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menghadiri Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi IX DPR.
Baca SelengkapnyaHal ini mendorong perusahaan untuk mencari berbagai strategi untuk mengamankan pasar dan posisinya.
Baca SelengkapnyaAirlangga meminta industri konstruksi melakukan transformasi digital.
Baca SelengkapnyaPemerintah meluncurkan Visi Indonesia Digital 2045, mengubah Indonesia dari pengguna teknologi global menjadi inovator global.
Baca SelengkapnyaPeran dari manusia akan dapat dioptimalkan melalui teknologi.
Baca SelengkapnyaPendidikan vokasi bisa menjawab tantangan ekonomi digital di Indonesia.
Baca Selengkapnya