Pengamat Nilai Indikator Kota Ramah Anak Tak Hanya Soal Pembangunan Infrastruktur
Merdeka.com - Pakar Tata Kota Universitas Trisakti, Yayat Supriatna menilai pembangunan kota ramah anak bukan hanya seputar infrastruktur, melainkan juga manusia. Dia mengatakan, pembangunan manusia tersebut dapat dilakukan dengan penanaman nilai kepada anak-anak dan masyarakat.
"Esensi utama sebetulnya ketika kita ingin membangun kota itu bukan pada persoalan berapa banyak infrastruktur yang lengkap, gedung yang tinggi, fasilitas. Tapi sebetulnya yang kita ingin bangun itu adalah pembangunan manusianya. Jadi bagaimana tumbuh kembangnya anak itu bisa memiliki nilai-nilai yang diinternalisasikan dengan segala bentuk program yang diwacanakan di dalamnya," ujar Yayat dalam diskusi virtual disiarkan langsung KemenPPPA, Selasa (13/10).
Yayat menyinggung terkait implikasi pencapaian seputar Kota Layak Anak (KLA). Menurut dia, sebagian orang berpikir membangun taman atau infrastruktur dapat menyelesaikan masalah terkait KLA.
-
Kenapa wisata ramah anak di Jakarta penting? Selain menghabiskan waktu luang, Anda pun juga dapat memberikan edukasi dengan cara riang ke anak-anak.
-
Bagaimana Jakarta meningkatkan kenyamanan warganya? Jakarta dibangun lebih kekinian. Kalau kata anak sekarang, 'Instagramable Banget' Halte Transjakarta tak sekadar tempat naik turun penumpang. Sambil nunggu bus, kini bisa berselfie ria.
-
Apa saja tempat wisata ramah anak di Jakarta? Banyak tempat wisata Jakarta ramah anak yang bisa dikunjungi saat libur lebaran. Tak perlu mengeluarkan banyak uang, ada berbagai tempat yang menyediakan hiburan dengan murah meriah.
-
Kenapa lingkungan penting untuk kecerdasan anak? Meskipun genetika memainkan peran vital dalam menentukan kecerdasan anak, faktor lingkungan juga ikut memengaruhi perkembangan ini.
-
Di mana wisata ramah anak di Jakarta? Kota Tua terletak di Jakarta Pusat, wilayah utara.
-
Siapa yang fokus membuat kota layak huni di IKN? Sementara itu, Direktur TOWNLAND, Monika Indirasari menekankan pentingnya membuat kota yang layak huni dalam mencapai konsep kota yang berkelanjutan.
"Membuat taman di mana-mana, tapi pertanyaannya Apakah taman-taman tersebut dimanfaatkan? Apakah taman-taman itu ada yang mengelola? Apakah taman-taman itu ada dipelihara?”
“Kadang-kadang target kita sederhana, buat taman saja. Seakan-akan kita sudah menyelesaikan masalah. Belum. Ada unsur-unsur yang perlu kita lengkapi di dalamnya," imbuh dia.
Yayat memberikan contoh penanaman nilai ditanamkan melalui infrastruktur-infrastruktur yang sudah dibangun. Ia mengambil contoh penyediaan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) sebagai tempat bermain anak.
“Misalnya selama ini kita punya RPTRA yang sudah dibangun. Pertanyaannya, bagaimana anak-anak bermain di dalam itu itu harus ada aturan. Untuk apa? Penanaman nilai. Di situlah budaya ditanamkan," ujar dia.
Selain penanaman nilai pada anak, Yayat juga mengatakan bahwa pembentukan perilaku masyarakat terhadap anak juga merupakan salah satu aspek penting dalam hal pembangunan kota yang ramah anak. Yayat juga membahas mengenai kultur baru yang bisa membangun kota ramah anak, yaitu kota yang welas asih dan peduli pada anak.
“Nah, kita perlu kultur baru untuk membangun kota yang welas asih. Namanya compassionate cities. Kota ini membangun kesadaran, apakah hati kita tergetar (atau) tidak ketika misalnya melihat anak yang mengemis di lampu merah? Kita tergetar (atau) tidak ketika melihat anak-anak harus berjualan, meninggalkan sekolah. Jadi kalau warga kota sampai tidak tergetar hatinya melihat anak-anak yang terlantar, tidak sekolah, anak-anak yang tawuran, anak-anak yang dieksploitasi, artinya kota itu masih sangat lemah dalam penanaman nilai welas asih, yaitu nilai kepedulian pada anak-anak itu sendiri," ujar dia.
Yayat juga sempat mengkritisi 24 indikator Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) dari Kemen PPPA yang dinilai terlalu banyak, sehingga untuk mencapai KLA dibutuhkan proses yang rumit dan panjang.
“Inilah menjadi PR bersama kita perlu tidak merubah aturan ketentuan tentang sebuah Kota Ramah Anak. kalau ini terlalu banyak, terlalu ribet, terlalu panjang, memakan cost yang sangat besar, maka mencapainya makin sulit. Maka indikator-indikatornya perlu kita evaluasi kembali mana yang paling mudah untuk menghilangkan persoalan," tandasnya.
Reporter Magang: Maria Brigitta Jennifer (mdk/gil)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kepada Pramono, Bunyamin menjelaskan beberapa hal terkait pentingnya sumber daya manusia untuk menuju Jakarta sebagai Kota Global.
Baca SelengkapnyaSurabaya jadi kota pertama Indonesia yang berpotensi jadi Kota Layak Anak Kelas Dunia.
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam membawa Jakarta maju menjadi kota global.
Baca SelengkapnyaBerbagai upaya dilakukan Pemerintah Kota Tarakan untuk menaikan status Kota Layak Anak (KLA) dari Pratama menjadi Madya.
Baca SelengkapnyaProgram inovatif Pmekot Surabaya yang berpihak pada anak bisa jadi contoh bagi daerah lain
Baca SelengkapnyaUntuk bisa mencapai level seperti Jakarta, tentu bukan hal mudah terlebih karena kapasitas fiskal Jakarta yang sangat besar.
Baca SelengkapnyaDaun Salam Daun Talas Ada Kentang Ada Nanas, Para Warga Yang Jawab Salam dengan Keras, Saya Doakan Utangnya Lunas. Aammiin
Baca SelengkapnyaHal tersebut diungkapkan Diani Sadiwati sebagai Staf Khusus Bidang Pembangunan Berkelanjutan, Otorita IKN.
Baca SelengkapnyaRumah ibadah berkonsep ramah anak bertujuan untuk memudahkan anak-anak menjalankan aktivitas ibadah.
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil menilai, penanganan Kota Tua masih belum maksimal dalam aktivitas ekonomi hingga pariwisata.
Baca SelengkapnyaJika para arsitek dari universitas di kota-kota Indonesia turut serta, maka akan lebih indah dan tertata.
Baca SelengkapnyaMenurut Jokowi, selama ini masyarakat mengartikan kota masa depan sebagai kota modern dengan banyak gedung tinggi pencakar langit.
Baca Selengkapnya