Penggunaan Bahasa Lokal Jayapura Semakin Menyusut
Merdeka.com - Penutur bahasa-bahasa lokal Jayapura makin menyusut. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Pemerintah Kota Jayapura bersama Balai Bahasa Provinsi Papua dan Papua Barat.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Papua dan Papua Barat, Suharyanto di Jayapura, Minggu (20/1), mengatakan penelitian yang dilaksanakan tahun 2009 dan 2010 mencakup penggunaan bahasa lokal di 14 kampung yang ada di Kota Jayapura, termasuk bahasa Nafri, Tobati, Kayu Pulau, Sentani, Skouw dan Moso, yang berbatasan dengan Papua Nugini.
Suharyanto mengatakan menurut hasil penelitian penutur bahasa lokal makin sedikit antara lain karena warga kampung kebanyakan beralih menggunakan Bahasa Indonesia dalam kegiatan sehari-hari.
-
Bagaimana pengaruh bahasa Sansekerta di Sumut? Pengaruh bahasa Sansekerta di Sumut tidak hanya terlihat pada kosakata yang digunakan dalam bahasa daerah, tetapi juga pada budaya dan tradisi masyarakatnya.
-
Bagaimana bahasa Jawa menjadi bahasa sehari-hari di Suriname? Ratusan orang Jawa yang diangkut ke Benua Amerika bagian selatan pada tahun 1880-an kini mengisi 15 persen komposisi penduduk Suriname.
-
Dimana Balai Bahasa Jateng sekarang? Sementara itu Kepala Balai Bahasa Jateng Syarifuddin menjelaskan gedung Balai Bahasa Jateng telah pindah ke Jalan Diponegoro, Kabupaten Semarang, dengan lahan seluas 1,47 hektare.
-
Siapa saja penduduk Pulau Masakambing? Mengutip Instagram @jantungnusantara, penduduk pulau ini merupakan suku Bugis dan suku Madura.
-
Apa bahasa yang digunakan Suku Akit? Dalam interaksi sosial, Suku Akit memiliki bahasa sendiri yang menggunakan dialek Akit atau bisa disebut dengan bahasa Akit.
-
Apa yang dihibahkan Balai Bahasa Jateng ke Pemprov Jateng? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
Warga, menurut dia, berangsur-angsur beralih dari bahasa lokal karena kebutuhan sehari-hari mereka berinteraksi dengan warga dari luar kota menuntut mereka menggunakan bahasa yang bisa dipahami oleh warga dari luar kota, yakni Bahasa Indonesia.
Ia menjelaskan jumlah penduduk kampung-kampung di Jayapura umumnya kecil dan komunitas mereka tidak menghasilkan semua yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga mereka harus membelinya dari warga dari luar daerah yang tidak memahami bahasa lokal mereka.
"Sebagai contoh kampung Nafri, yang jumlah penuturnya yang tidak sampai 1.000 orang dan di situ tidak ada industri pakaian, bentuk industri yang tradisional apalagi modern, maka untuk memenuhi kebutuhan hidup berupa pakaian dia harus mengambil dari masyarakat di luar Nafri yang menghasilkan pakaian itu," katanya.
Warga Nafri, ia melanjutkan, juga harus berhubungan dengan warga dari luar daerah untuk mendapatkan bahan pangan seperti tepung terigu dan minyak goreng.
Mereka mau tidak mau harus menggunakan bahasa yang bisa dipahami bersama dalam berkomunikasi dengan para penyedia barang-barang kebutuhan sehari-hari, dalam hal ini Bahasa Indonesia atau Bahasa Melayu Papua, sehingga lama kelamaan lebih terbiasa menggunakan bahasa tersebut ketimbang bahasa lokal mereka.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup secara berdampingan dan saling membutuhkan.
Baca SelengkapnyaKonsistensi Pemkab Banyuwangi dalam pelestarian bahasa daerah, yakni Bahasa Using mendapat apresiasi positif.
Baca SelengkapnyaWalaupun berada di negeri seberang, sehari-hari mereka berkomunikasi dengan bahasa Jawa
Baca SelengkapnyaIndonesia negara besar dengan total 17.000 pulau dengan keberagaman budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.
Baca SelengkapnyaSuriname adalah sebuah negara yang berada di Amerika Selatan. Penduduknya menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari.
Baca SelengkapnyaKampung Haji Baki jadi salah satu permukiman di Malaysia yang dihuni oleh orang Jawa
Baca SelengkapnyaDi Indonesia, ada suku yang menggunakan aksara Korea (Hangeul) dalam penulisannya, yakni suku Cia-cia.
Baca SelengkapnyaSemakin masifnya pembangunan di IKN, masih banyak papan informasi maupun tulisan di ruang publik yang lebih menonjolkan bahasa asing.
Baca SelengkapnyaPenggunaan aksara Korea atau Hangeul membuat bahasa Cia-Cia yang hampir punah kini mendapatkan perhatian kembali yang lebih besar.
Baca SelengkapnyaKeberadaan naskah itu membuktikan bahwa dulu di lereng Merapi-Merbabu terdapat komunitas sastrawan yang besar
Baca SelengkapnyaSalah satu penduduk asli yang mendiami Provinsi Riau yang memiliki bahasa melayu Riau yang unik, namun bahasa tersebut terancam hilang.
Baca SelengkapnyaAksara kuno rupanya tak hanya dikenal di Suku Jawa saja, melainkan Suku Batak juga memiliki aksaranya sendiri.
Baca Selengkapnya