Pengungsi Gempa Bawean Mulai Terserang Penyakit
Berbagai penyakit itu timbul setelah warga tidur di luar rumah selama beberapa hari terakhir.
Sejumlah pengungsi gempa bumi di Kepulauan Bawean disebut mulai terserang penyakit. Mulai penyakit demam, batuk, pilek, pusing hingga hipertensi menghampiri para pengungsi.
Pengungsi Gempa Bawean Mulai Terserang Penyakit
Sejumlah pengungsi gempa bumi di Kepulauan Bawean disebut mulai terserang penyakit. Mulai penyakit demam, batuk, pilek, pusing hingga hipertensi menghampiri para pengungsi.
Hal ini pun dibenarkan oleh Ketua Pos Komando Tanggap Darurat bidang Kesehatan Pemkab Gresik dr Rini Suliatyoasih. Dia mengatakan, berbagai penyakit itu timbul setelah warga tidur di luar rumah selama beberapa hari terakhir.
“Mungkin itu semuanya dipicu karena tinggal di tenda sementara, kemudian istirahat tidak cukup. Ditambah lagi mungkin tidur mereka kurang lelap, akhirnya memicu tensinya naik, serta masih banyak warga yang trauma,” katanya, Rabu (27/3).
Dia menyebut, selama dua hari ini tenaga kesehatan diterjunkan untuk memberi pelayanan keliling bagi masyarakat terdampak gempa di Pulau Bawean.
“Ada pelayanan kesehatan jiwa, pelayanan kesehatan, kesehatan reproduksi, gizi, dan juga kesehatan lingkungan. Jadi satu tim kesehatan itu mengkaji dan melayani kebutuhan apa saja masyarakat di sana,” tegasnya.
Usai menemukan bebarapa gangguan kesehatan yang dialami warga, pihaknya memberikan obat untuk mengantisipasi gejala yang lebih berat.
“Alhamdulillah meskipun obat sudah mulai terbatas, tapi obat-obatan masih bisa memenuhi kebutuhan masyarakat,” ucapnya.
Selain obat, warga terdampak juga membutuhkan tenda yang lebih baik lagi. Karena itu, dia meminta pemerintah bisa mengirimkan dan menyediakan tenda yang lebih layak.
“Mereka butuh tenda yang layak pakai, agar bisa lebih nyaman saat tidur,”
pungkasnya.
merdeka.com
Diketahui, distribusi bantuan pada pengungsi gempa bumi di Kepulauan Bawean, Gresik, Jawa Timur, terkesan lambat.
Bahkan, kebutuhan permakanan para pengungsi yang berada di pedesaan cukup memprihatinkan lantaran ketiadaan dapur umum.
Salah satu pengungsi, Ahmad Muzayyin, warga Dusun Pasir Panjang, Desa Kepuh Teluk, Kec. Tambak, Bawean, Kab. Gresik, mengatakan bahwa warga terdampak gempa saat ini sangat membutuhkan logistik, khususnya makanan siap saji.
Hal ini dikarenakan, mereka masih kesulitan mendapatkan bahan baku untuk memasak. Ditambah lagi, tidak adanya dapur umum yang dekat dengan pemukimannya.
"Banyak sekali kebutuhan kita. Khususnya soal logistik. Para pengungsi disini sangat membutuhkan makanan yang siap saji,"
pungkasnya.
merdeka.com
Dia menyebut, dapur umum yang didirikan oleh pemerintah hanya ada di kantor kecamatan saja. Sedangkan di pedesaan, tidak terdapat bantuan untuk dapur umum.
Ironisnya, jarak antara tempatnya bermukim dengan dapur umum yang didirikan pemerintah cukup jauh. Dia pun menyayangkan pemerintah tidak mendirikan dapur umum di desa setempat.
"Padahal makan siap saji sangat dibutuhkan masyarakat terdampak gempa, tapi di desa kami tak ada dapur umum," katanya.
Menurutnya, dapur umum dibutuhkan untuk membantu masyarakat dalam berbuka puasa dan sahur. Mengingat mereka tidak berani kembali ke rumah, lantaran khawatir ada gempa susulan.
"Terutama warga yang rumahnya mengalami rusak sedang dan berat, khawatir ambruk kalau masuk ke rumah," ujarnya.
Selain dapur umum, bapak dua anak itu juga menyebut bantuan logistik tak merata di desanya. Sebagian besar warga terdampak gempa, belum mendapat bantuan semestinya.
"Misalnya bantuan selimut, tenda, obat-obatan. Bantuan yang kita dapat dari pemerintah berupa beras 1 Kg, mie instan. Ada juga yang dapat selimut, tapi sebagian besar gak dapat," ujarnya.