10.000 Tenda Pengungsi di Gaza Hanyut Terbawa Hujan Deras dan Diterbangkan Angin Kencang, Anak-Anak Kelaparan dan Penyakit Merajalela
Hujan deras dan angin kencang melanda Gaza pada Senin (25/11) malam.
Lebih dari 10.000 tenda di kamp Al-Mawasi di Gaza hanyut dan diterbangkan angin kencang setelah hujan deras melanda pada Senin (25/11) malam. Kondisi ini memaksa warga sipil yang mengungsi untuk pindah ke daerah yang jauh dari pantai dalam kondisi yang sangat sulit dan keras, seperti dilaporkan kantor berita WAFA.
The National mewawancarai beberapa orang yang terkena dampak banjir dan hujan di zona aman yang berada di pantai Gaza.
"Tenda kami kebanjiran, dan ombak menyapu semuanya. Banyak orang kehilangan tenda mereka. Kami mengungsi karena takut tenggelam. Situasinya tragis, terutama bagi anak-anak, wanita, dan orang tua," jelas Mohammed Mushtaha, yang mengungsi dua kali, pertama dari Shujaiya di Kota Gaza dan kemudian dari Rafah.
“Hidup kami sangat sulit, dan memikirkannya sangat menyedihkan,” tambahnya, dikutip dari The Cradle, Rabu (27/11).
“Sungguh tak tertahankan ketika anak Anda bilang, 'Ayah, aku kedinginan,' dan Anda tidak bisa berbuat apa-apa, atau ketika dia berkata, 'Aku lapar,' dan Anda tidak bisa memberinya makan.”
Pengungsi lainnya, Sobhi Shaheen mengatakan, dia dan keluarga mendirikan tenda di sepanjang pantai Khan Yunis.
“Namun, banjir terjadi dua kali tahun ini – pertama 10 hari yang lalu dan hari ini. Kami pindah ke tenda bersama keluarga saudara perempuan saya di Al-Mawasi, tetapi situasi di sana juga buruk. Air telah mengubah pasir menjadi lumpur, sehingga mustahil untuk bergerak, dan udara dingin yang menusuk tidak tertahankan,” tuturnya.
The National menambahkan, banyak keluarga pengungsi mengandalkan sisa-sisa bahan untuk tempat tinggal, karena harga tenda dan lembaran plastik yang digunakan untuk membuat tenda semakin melambung.
Penyakit Merajalela
Direktur Rumah Sakit Al-Quds, Bashar Murad mengatakan kepada WAFA, 40 persen anak-anak di selatan Gaza kekurangan gizi karena penjajah Israel mencegah masuknya bantuan kemanusiaan.
"Di Gaza, diperkirakan 1,9 juta orang (sembilan dari 10) mengungsi, mayoritas tinggal di tenda-tenda darurat yang tidak mampu menahan angin badai," jelas Jonathan Crickx dari UNICEF kepada The National.
Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) memperingatkan penyebaran penyakit juga menjadi masalah besar.
"Cuaca musim dingin yang keras diperparah oleh hujan lebat dan naiknya permukaan air laut, yang menyebabkan penumpukan limbah dan penyakit," kata UNRWA di X.
Dr Murad memperingatkan, warga sipil yang mengungsi menderita berbagai penyakit pernapasan, terutama orang tua dan anak-anak, karena kurangnya pakaian hangat, alat pemanas, dan selimut saat suhu musim dingin mulai dingin.