Kisah Pilu Menyayat Hati dari Tenda Pengungsi Gaza
Musim dingin segera tiba. Perjuangan dan penderitaan dari jutaan warga Palestina belum juga berakhir.
Musim dingin segera tiba. Perjuangan dan penderitaan dari jutaan warga Palestina belum juga berakhir.
Kisah Pilu Menyayat Hati dari Tenda Pengungsi Gaza
Musim dingin segera tiba. Perjuangan dan penderitaan dari jutaan warga Palestina belum juga berakhir.
Invasi Israel ke sejumlah titik di Jalur Gaza menimbulkan penderitaan rakyat Gaza Palestina yang tak kunjung menemui titik terang.
Kisah dari sebuah keluarga kecil di tenda pengungsi ini misalnya.
Baru saja dikaruniai seorang malaikat kecil, sepasang suami istri harus berjibaku memutar otak agar putra-putrinya tetap hangat di dalam tenda. Perjuangannya pun begitu menyayat hati. Berikut ulasan selengkapnya.
Kisah dari Esraa Kamal al-Jalaman (28) dan keluarga di sebuah tenda rasanya begitu pilu.
Wanita berhijab tersebut terpaksa harus bertahan hidup di bawah tenda tipis yang tak dilengkapi dengan berbagai peralatan menghangatkan diri.
Cerita tersebut berawal dari Esraa dan sang suami beserta putra mereka yang baru berusia lima tahun harus pergi meninggalkan kediaman.Kala itu, Esraa yang mengandung delapan bulan terpaksa berjalan sejauh tiga kilometer, meninggalkan kawasan Sehikh Radwan usai dibom Israel.
Berpikir keluarga kecilnya bakal segera kembali ke rumah, Esraa dan sang suami pun lantas sama sekali tak membawa perlengkapan memadai. Esraa dan keluarga lantas hanya membawa sejumlah kaos oblong dan beberapa celana panjang.
“Saat pertama kali hujan di sini, saya belum melahirkan," terangnya, demikian dikutip dari Aljazeera.
Namun, musim hujan membuat cuaca begitu dingin tiba tepat dua bulan setelah Esraa bermukim di tenda pengungsian.
Hujan yang begitu deras seringkali melanda tenda keluarga Esraa hingga dirinya dan sang suami kewalahan mengatasi rembesan air.
"Saya dan suami berusaha mencari perlindungan dari hujan, karena air terus merembes ke sana-sini di dalam tenda,” ujarnya.
Bayi perempuan cantik yang telah lahir tersebut terpaksa dibalut dengan pakaian seadanya.
“Kami telah melalui hari-hari yang sulit," ujarnya.
"Kami belum pernah melihat hal seperti ini sebelumnya.” ujarnya.
2023 merdeka.com
Meski demikian, keduanya mengaku enggan untuk membawa bayi perempuan cantik tersebut keluar mendekat ke api unggun yang dibakar pengungsi lainnya.Sebab, asap yang ditimbulkan dari pembakaran kayu tersebut bisa saja merusak sistem pernapasan sang bayi hingga membuatnya kesulitan bernapas.
Suatu ketika, keduanya mengaku sempat membawa bayi mereka mendekat. Bukannya hangat, sang bayi justru seketika batuk hingga membiru.
“Suatu hari, dia terus batuk (akibat asap kayu) hingga membiru," ujarnya.
"Kami takut dia bisa meninggal,” terang Esraa.
2023 merdeka.com
Esraa menambahkan, rasa kekhawatirannya kian bertumpuk mengenai putrinya. Sebab, sang putri disebutnya sama sekali belum mendapatkan vaksinasi, seperti halnya bayi-bayi lainnya di seluruh penjuru dunia.
“Saya paling khawatir tentang putri saya. Dia bahkan belum mendapatkan vaksinasi.” ujarnya.