Penjelasan Dokter Terkait Bayi Kembar Siam Dempet di Bali
Merdeka.com - Tim dokter RSUP Sanglah Denpasar masih memantau kondisi kesehatan bayi kembar siam dempet asal Kabupaten Buleleng. Dokter spesialis bedah anak RSUP Sanglah dr I Made Darmajaya menjelaskan, penanganan bayi kembar siam itu tidak seperti asumsi orang awam bahwa harus segera dipisah. Menurutnya, untuk sampai pada tahap itu diperlukan proses.
Darmajaya juga mengungkapkan, tidak ada dokter yang melakukan operasi pemisahan kembar siam dempet sesaat setelah lahiran.
"Malah ada yang dempet kepala setelah umur 25 tahun baru dipisahkan. Malah ada rata-rata umur 1 dan 2 tahun di pisah. Karena apa, hal itu untuk menentukan bahwa dia bisa hidup dulu. Tidak semua kasus kembar siam bisa survive," ujarnya kepada wartawan, Jumat (5/7).
-
Bagaimana proses operasi pemisahan kembar siam? Mengutip Instagram @mwv.mystic, operasi pemisahan kepala Ana dan Ani berlangsung selama 13 jam.
-
Siapa yang memimpin operasi pemisahan kembar siam? Pada 21 Oktober 1987, ia memimpin 40 dokter lain untuk melakukan operasi pemisahan kepala bayi kembar siam.
-
Apa yang terjadi pada kembar siam setelah operasi? Usai dipastikan kondisi Ana dan Ani sehat, kedua orang tuanya mengajak mereka pulang ke Riau.
-
Kapan operasi pemisahan kembar siam terjadi? Pada 21 Oktober 1987, ia memimpin 40 dokter lain untuk melakukan operasi pemisahan kepala bayi kembar siam.
-
Dimana bayi-bayi ini dirawat? Di bangsal gizi buruk rumah sakit Kamal Adwan di Gaza utara, bayi-bayi yang baru beberapa hari lahir ke dunia dan kebanyakan prematur, bertarung untuk tetap hidup.
-
Bagaimana kondisi bayi tersebut? Dengan suhu badan yang rendah mencapai 35,7 derajat Celsius saat tiba di rumah sakit, si kecil yang mengalami hipotermia dihangatkan dan diberikan pertolongan pertama secara intensif.
Kasus bayi kembar siam yang dilakukan oleh RSUP Sanglah ini bukan yang pertama kali. Jika dilihat dari kondisi bayi kembar siam tersebut, sangat baik. Namun untuk memisahkan bayi tentu butuh waktu.
Menurutnya, untuk kasus kembar siam yang dempet bagian perut, harapan hidup keduanya tinggi. Namun juga tergantung dari hasil pengamatan dan organ-organ lainnya apakah berfungsi dengan baik atau tidak.
"Nah sekarang ini kemungkinannya survival karena di hari 3 (bayi) masih baik. Tetapi masih terlalu dini mengatakan bahwa ini masih hidup. Tetapi, minimal kita bisa memberikan penjelasan, hari ketiga dia masih survival dengan tanda-tanda vital yang baik dengan fungsi pencernaan yang baik," ujarnya.
"Nanti kita tinggal walk up kalau dia bisa minum bagus, anaknya stabil kita bisa dengan tenang melakukan pemeriksaan apapun. Untuk menentukan, apakah ini kasus yang bisa dipisah atau tidak," tambah Darmajaya.
Darmajaya juga menjelaskan, bahwa nanti ada tim lain yang akan melakukan pemeriksaan secara berkelanjutan dengan memeriksa di dalam tubuh bayi tersebut.
"Nanti akan ada yang akan mengerjakan USG melihat livernya. Foto rontgen-nya bisa diulang melihat komposisi ususnya di sebelah mana. Nanti dokter jantung akan memastikan, kalau dua jantung normal apa tidak. Bisa saja dengan dua jantung tapi kelainan," ujarnya.
Terkait proses operasi nantinya akan dilakukan di RSUP Sanglah. Tetapi, bila nanti ada kelainan yang berbeda akan mendatangkan dokter ahli dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo, Surabaya, Jawa Timur.
"Tapi pasti nanti kita akan kerjakan di sini, tapi tergantung kelainannya. Kalau kelainan perlu mendatangkan ahli lain dari luar yang punya pengalaman. Yang berpengalaman adalah RSUD Soetomo. Karena kita pun dalam wilayah supervisi dia dalam hal penanganan kembar Siam," ujarnya.
"Dia (Ahli) yang kita datangkan bukan untuk mengerjakan, untuk melihat kita bekerja kalau ada hal-hal yang di luar teori dia akan menyampaikan kita lebih awal," ujarnya.
Sementara di tempat yang sama, dr I Wayan Sudana selaku Direktur Utama RSUP Sanglah Denpasar menyampaikan, pasien sudah dipastikan terdaftar BPJS. Sehingga orang tua bayi tersebut tidak perlu memikirkan biaya medis.
"Namun untuk biaya operasional, tidak bisa dipastikan karena banyak tahapan-tahapan yang nanti belum diketahui selanjutnya. Dan berapa dokter spesialis yang akan diterjunkan," ujarnya.
Seperti yang diberitakan, bayi kembar dempet tersebut merupakan anak pertama dari pasangan suami istri Kadek Redita (24) dan istrinya Putu Ayu Sumadi (18).
Bayi tersebut lahir melalui bedah cesar di RS Santi Graha, Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali, dengan kondisi sehat dengan berat 4,2 kg dan panjangnya 49 cm, Rabu (3/7) lalu, sekitar pukul 16.00 WITA.
Kemudian dirujuk ke RSUP Sanglah pada Kamis (4/7) sekitar pukul 17.00 WITA, untuk mendapatkan penanganan lebih intensif. Kini sang bayi masih ditempatkan di NICU ruang Cempaka, RSUP Sanglah.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selama dua hari dirawat di RSUD dr Soetomo Surabaya, kondisi Arsenio tak kunjung membaik.
Baca SelengkapnyaSudah setahun kasus ini berjalanan, namun pihak rumah sakit tak kunjung memberikan pertanggungjawaban.
Baca SelengkapnyaKini bayi kembar itu sudah tumbuh dewasa, dan menjadi orang sukses di bidangnya masing-masing.
Baca SelengkapnyaIbu Siti mengadu ke Polres Bogor. Dia berharap masalah yang menimpa segera terselesaikan.
Baca SelengkapnyaPihak Dinkes Kabupaten Bogor akan mempertemukan kedua keluarga dan mengecek dugaan kelalaian rumah sakit.
Baca SelengkapnyaSOP sesuai aturan dijalankan itu diketahui setelah Dinkes Kabupaten Bogor mendatangi rumah sakit.
Baca SelengkapnyaKadinkes memastikan bahwa tim ad hoc yang dibentuk bersifat independen dan terdiri dari tenaga profesi, asosiasi klinik, dan tokoh masyarakat.
Baca SelengkapnyaPolres Bogor akan menanggung biaya tes DNA untuk pasien B demi mengungkap dugaan bayi tertukar di RS Sentosa Kemang, Kabupaten Bogor.
Baca SelengkapnyaYuliana dan Yuliani lahir dengan kepala yang dempet. Keduanya menjadi bayi kembar siam pertama di Indonesia yang sukses jalani operasi. Begini kabar terbarunya.
Baca SelengkapnyaKedua belah pihak telah sepakat membuat rumah bersama di Polres Bogor untuk proses adaptasi anak.
Baca SelengkapnyaHeboh seorang bayi laki-laki berusia 5 bulan di Sumatera Barat (Sumbar) memiliki janin di perutnya.
Baca SelengkapnyaRSAB Harapan Kita berjanji menangani bayi berinisial LAH secara optimal.
Baca Selengkapnya