Pola Asuh Orang Tua Punya Peran Penting Cegah Stunting
Pola asuh yang baik penting untuk diterapkan sebagai upaya agar anak yang akan dilahirkan nantinya terbebas dari kondisi gagal tumbuh atau stunting.
Pola asuh yang baik penting untuk diterapkan sebagai upaya agar anak yang akan dilahirkan nantinya terbebas dari kondisi gagal tumbuh atau stunting.
Pola Asuh Orang Tua Punya Peran Penting Cegah Stunting
Agar memiliki keturunan yang berkualitas, generasi muda khususnya calon pengantin (catin) sedini mungkin harus memahami pola asuh yang baik pada anak. Pola asuh yang baik penting untuk diterapkan sebagai upaya agar anak yang akan dilahirkan nantinya terbebas dari kondisi gagal tumbuh atau stunting.
Hal ini disampaikan Ketua Tim Informasi Komunikasi Kesehatan Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Marroli J Indarto dalam diseminasi informasi dan edukasi percepatan penurunan stunting bertajuk Genbest Talk “Pola Asuh Penting, Menuju Zero Stunting” di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Jumat (17/11).
Dihadapanmahasiswa, ia menjelaskan untuk mencegah stunting penerapan pola asuh yang baik harus dimulai sejak anak masih dalam kandungan hingga balita.
-
Bagaimana Kemenkominfo dorong pencegahan stunting? Genbestival yang diadakan kali ini merupakan bagian dari kampanye Genbest (Generasi Bersih dan Sehat), yang merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting.
-
Apa yang dilakukan Kemenkominfo untuk cegah stunting? Kemenkominfo sejak 2019 telah menggandeng generasi muda untuk turut serta mendukung upaya penurunan prevalensi stunting melalui Kampanye Genbest (Generasi Bersih dan Sehat).
-
Bagaimana cara Kemenkes mencegah stunting? 'Apabila ditemukan suatu faktor resiko, jadi bisa dilakukan pencegahan,' tutur Laila.
-
Mengapa Kemenkominfo ingin cegah stunting? Hal ini dikarenakan stunting tidak hanya membuat anak bertubuh pendek, tetapi juga menurunkan tingkat produktivitas, serta saat dewasa rentan terkena penyakit komorbid.
-
Apa tujuan Kemenkominfo dalam pencegahan stunting? Kemenkominfo menargetkan generasi muda sebagai sasaran utama kampanye pencegahan stunting. Hal ini karena di masa depan mereka adalah calon orang tua, pendidik, serta pemimpin yang akan menentukan masa depan Indonesia. "Anda nantinya adalah para calon orang tua, pendidik, dan pemimpin masa depan yang akan membentuk arah negara ini. Penting untuk mengetahui bahaya stunting dan tindakan yang harus diambil untuk mencegah stunting sejak dini agar nantinya generasi mendatang tidak terpuruk karena stunting," ujar Ketua Tim Informasi dan Komunikasi Kesehatan Kemenkominfo Marroli J Indarto dalam diseminasi informasi dan edukasi percepatan penurunan stunting bertajuk Genbest Talk 'Ampuh Cegah Stunting, Yuk Konsumsi Protein Hewani', yang dihadiri para remaja di Kabupaten Toba, Selasa (12/9).
-
Bagaimana Kemenkominfo mengkampanyekan pencegahan stunting? Genbest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari.
Menurutnya generasi muda sebagai calon orang tua adalah agen perubahan yang memainkan peran penting dalam penurunan stunting.
Stunting penting dicegah karena anak yang terlahir stunting tidak hanya akan memiliki tubuh pendek, namun juga berisiko memiliki tingkat kecerdasan rendah, yang dapat menurunkan tingkat produktivitas sehingga tidak kompetitif.
“Kami mengampanyekan pencegahan stunting lebih dini kepada generasi muda, harapannya dengan mengetahui lebih awal tentang stunting anak yang dilahirkan nanti tidak terkena stunting,” katanya.
Menurutnya tahun 2030 Indonesia diperkirakan menjadi salah satu kekuatan ekonomi global yang mengandalkan sumber daya manusia berkualitas sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi.
"Pada tahun tersebut kompetisi semakin ketat sehingga kita harus mempersiapkan sumberdaya manusia yang berkualitas," katanya.
Data Studi Status Gizi Indonesia tahun 2022 menunjukan angka stunting secara nasional sudah mengalami penurunan menjadi 21,6 persen. Khusus Provinsi Jawa Timur, angka stunting mencapai 19,2 persen. Sedangkan Kabupaten Bangkalan masih di angka 26,2 persen. Angka ini harus diturunkan karena masih di atas target yang ditetapkan Presiden Joko Widodo, yaitu 14 persen di tahun 2024.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Bangkalan, Aris Budhiarto mengemukakan Pemerintah Kabupaten (pemkab) Bangkalan terus mengampanyekan pola asuh yang baik untuk pencegahan stunting.
“Yang menjadi prioritas kami yakni secara bertahap berupaya mengubah perilaku masyarakat untuk memperhatikan kesehatan,” jelas Aris.
Menurutnya di Bangkalan, perilaku tidak makan pagi atau sarapan menjadi penyebab kepatuhan remaja putri mengonsumsi rutin Tablet Tambah Darah (TTD) hanya 50 persen. “Meningkatkan kepatuhan konsumsi TTD ini penting untuk memenuhi gizi para remaja putri agar tidak kurang. Sebab remaja putri setiap bulan akan mengalami haid,” kata Aris.
Setelah kepatuhan itu terpenuhi, remaja putri yang merupakan catin dan calon ibu diwajibkan rutin memeriksakan kesehatan di Puskesmas. Hal tersebut penting guna mencegah mereka mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK) atau malnutrisi yang ditandai kurangnya ukuran lingkar lengan. Menurut Aris, jika hal tersebut dapat dihindari maka diharapkan bayi yang akan dilahirkan adalah bayi sehat.
Ia mengungkapkan kendala pencegahan stunting di Bangkalan salah satunya adalah kemiskinan. Untuk itu sejak 2023, Pemkab Bangkalan bergerak bersama membentuk Tim Penurunan Percepatan Stunting (TPPS) dengan menggalakan program Satu Telur untuk Balita Gizi Kronis dan Ibu Hamil KEK atau disingkat SATE MANIS. “Sebulan satu kali pada minggu ke-4 Dinas Kesehatan menyumbangkan satu telur untuk orangtua bayi yang tidak mampu”, jelasnya.
Selain SATE MANIS, Pemkab Bangkalan juga terus mensosialisasikan pada para ibu untuk memberikan makanan tambahan yang bergizi dari bahan pangan lokal.
Dokter yang juga influencer Kurniawan Satria Denta dalam acara tersebut menjelaskan 1.000 Hari Pertama Kehidupan atau HPK adalah masa krusial bagi pertumbuhan anak.
1000 HPK adalah fase yang dimulai sejak masa kehamilan (270 hari) sampai dengan anak berusia 2 tahun (730 hari). “Dikhawatirkan jika terjadi gangguan pada masa itu, anak tidak bertumbuh dan rentan diserang penyakit,” jelasnya.
Salah satu cara untuk mencegah stunting, dikatakannya, adalah dengan selalu melakukan pola asuh yang baik. Hal ini seperti memeriksakan bayi secara berkala di Puskesmas. “Stunting selain karena kurangnya asupan gizi, bisa juga karena sakit terus menerus karena tidak diimunisasi yang sudah disediakan secara rutin di Puskesmas,“ katanya.
Denta pun mengingatkan untuk selalu mengkonsumsi makanan gizi seimbang dengan panduan Isi Piringku untuk mencegah stunting. Isi Piringku menggambarkan porsi makan yang dikonsumsi dalam satu piring yang terdiri dari 50 persen buah dan sayur, dan 50 persen sisanya terdiri dari karbohidrat dan protein.
Dalam acara ini juga dilakukan penyerahan buku bertajuk “Menuju Indonesia Emas Bebas Stunting” oleh Marroli kepada Pemkab Bangkalan.
Kemenkominfo sejak 2019 telah menggandeng generasi muda untuk mendukung penurunan angka stunting melalui Kampanye Genbest (Generasi Bersih dan Sehat), yang merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting.
Genbest mendorong masyarakat, khusunya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari.
Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, Genbest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta videografik.
Genbest Talk yang diadakan di Kabupaten Bangkalan merupakan bagian dari kampanye Genbest. Melalui kegiatan ini Kemenkominfo berharap masyarakat juga dapat berperan dalam penurunan angka stunting dengan menerapkan pola hidup sehat dan turut menyebarkan informasi pencegahan stunting.
merdeka.com