Polda Jabar Bentuk Tim Selidiki Dugaan Personel Arogan Saat Bentrok dengan Warga Dago Elos
Kericuhan pada Senin (16/8) malam dipicu penolakan laporan soal dugaan pemalsuan dokumen yang disampaikan warga Dago Elos ke Mapolrestabes Bandung.
Warga Dago Elos dan kepolisian terlibat bentrok pada Senin (14/8) malam. Tembakan gas air mata hingga penyisirian dilakukan kepolisian usai bentrokan terjadi.
Polda Jabar Bentuk Tim Selidiki Dugaan Personel Arogan Saat Bentrok dengan Warga Dago Elos
Alasan Tembakkan Gas Air Mata
Polda Jabar membentuk tim untuk menyelidiki dugaan tindakan represif yang dilakukan anggota polisi kepada warga saat kericuhan buntut unjukrasa di Dago Elos. Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Ibrahim Tompo menjelaskan alasan polisi melepaskan tembakan gas air mata. Menurutnya, ada sejumlah situasi yang membuat personel di lapangan tindakan mengambil tindakan membubarkan massa.
Apalagi, dalam aksi kemarin, massa memblokade jalan Dago sehingga mengganggu arus lalu lintas.
Sedangkan informasi dugaan aksi represif personel pada warga akan ditindaklanjuti.
"Tadi sudah dibentuk tim khusus juga untuk melihat kondisi tersebut apakah pelaksanaan tugas tersebut sudah sesuai dengan prosedur atau bagaimana, nanti hasilnya akan kita info lagi."
Kabid Humas Polda Jabar.
@merdeka.com
Diketahui, pembubaran massa berujung pada kericuhan dipicu adanya tembakan gas air mata. Sejumlah unggahan di media sosial memperlihatkan video anggota polisi memasuki pemukiman diduga untuk mencari massa aksi. "Untuk tahap awal juga melakukan pendalaman- pendalaman dulu. Pemeriksaan mungkin tahap selanjutnya."
Buntut bentrokan itu pula, sebanyak tujuh orang diamankan. Mereka diduga bukan warga setempat yang sengaja memprovokasi suasana panas hari itu hingga menyebabkan bentrokan pecah.
Diketahui, kericuhan yang terjadi pada Senin (16/8) malam salah satunya diduga dipicu karena penolakan laporan mengenai dugaan pemalsuan dokumen yang disampaikan warga kepada Polrestabes Bandung. Meski penolakan itu belakangn dibantah oleh Kapolrestabes Bandung, Kombes Budi Sartono, namun bentrokan antara pihak kepolisian dan massa ramai dibahas di media sosial. Rekaman dugaan represif pun diunggah dan mendapat beragam reaksi.