Malam Mencekam di Dago: Warga Panik, Rumah Didobrak Polisi, Bayi Disembunyikan di Atap
Kapolrestabes Bandung, Kombes Budi Sartono menjelaskan bahwa penggunaan gas air mata hanya dilakukan untuk membubarkan massa yang memblokade jalan.
Suasana kawasan Dago, Bandung mencekam pada Senin (14/8) malam. Sejumlah orang mengaku warga Dago Elos terlibat bentrok dengan polisi usai melakukan blokade jalan.
Malam Mencekam di Dago: Warga Panik, Rumah Didobrak Polisi, Bayi Disembunyikan di Atap
Bermula dari blokade jalan
Beredar rekaman CCTV yang memperlihatkan sejumlah anggota polisi masuk ke rumah warga di Dago, Bandung. Keberadaan polisi itu buntut kericuhan sejumlah anggota polisi dan warga Dago Elos di Jalan Ir Djuanda, Bandung pascablokade jalan. Blokade jalan dilakukan warga karena tak puas dengan hasil yang mereka peroleh usai membuat laporan tentang sengketan tanah di Mapolrestabes Bandung pada siang harinya.
Setelah kericuhan pecah, polisi sempat melepaskan gas air mata dengan harapan massa bubar.
Saat gas air mata ditembakkan, massa langsung kocar kacir berlarian ke arah permukiman di sekitar. Disebut pula mereka sempat menyisir ke rumah-rumah untuk mencari pelaku.
Kesaksian Warga
Salah seorang warga RT 2 RW 2, Handika (33) mengakui rumahnya sempat didatangi polisi pukul 23.30 WIB untuk mencari massa aksi. Handika yang malam itu sudah akan beranjak tidur kaget. Polisi itu terus berteriak dan mendobrak pintu rumahnya. Anggota polisi tersebut diduga mencari peserta aksi unjukrasa yang sebelumnya berhasil dibubarkan ketika memblokade di titik Jalan Ir. H Djuanda, Kota Bandung.
"Dia pikir massa (yang ricuh) ada yang ngumpet (di rumahnya), dia memaksa 'woy buka woy buka brengsek. Yang bukan warga asli keluar'."
Warga Handika.
@merdeka.com
Bahkan, anaknya yang sedang tidur ikut terbangun dan ketakutan. Anak Handika sampai bersembunyi di balik pintu sesaat sebelum pintu didobrak, karena situasi di luar sudah tidak kondusif. Banyak teriakan yang terdengar. "Salah satu polisi ngedobrak pintu yang di depan, nah anak saya ketakutan. Dia ngumpet di belakang pintu, dia terluka kena kakinya kejepit. Sekarang anaknya jadi trauma, kalau mendengar keributan atau orang tidak dikenal itu dia ketakutan masuk kamar," ucap Handika.
Warga lainnya, Ecin (64), menyebut sempat merasakan mata perih diduga efek gas air mata yang ditembakkan polisi.
Dia sampai berlari untuk mencari tempat aman. Situasi di malam itu, meskipun singkat, tapi sangat menyeramkan. Beberapa kendaraan dirusak.
"Asal lari saja ke atas, sambil nutup mata. Ada juga yang bayi yang sampai ditaruh di atap rumah, menghindari gas air mata. Umurnya 8 bulan."
Kata Ecin menceritakan suasana malam ini.
Penjaga Kapolrestabes
Terpisah, Kapolrestabes Bandung, Kombes Budi Sartono menjelaskan bahwa penggunaan gas air mata hanya dilakukan untuk membubarkan massa yang memblokade jalan, apalagi saat itu suasananya sudah tidak kondusif. Ia mengklaim hal tersebut dilakukan setelah pihak kepolisian mendapat lemparan batu dan botol. Total tujuh orang sudah diamankan, empat di antaranya sudah terbukti melakukan pelemparan dan diduga memprovokasi hingga terjadi kericuhan. Mereka pun berasal di luar kawasan Dago Elos.
Kapolrestabes menyanggah adanya penggunaan gas air mata di kawasan pemukiman.
"Gas air mata tidak ke pemukiman, hanya ke jalan raya saja. Tidak ke pemlkiman, (penggunaan gas air mata di jalan) ini untuk membuka jalan (yang diblokade dan membubarkan massa yang ricuh) saja,” kata Kapolrestabes.
Disinggung mengenai pendobrakan rumah oleh polisi, Budi mengaku akan melakukan penelusuran lebih lanjut. "Banti akan kami telusuri kembali, karena kami fokus ke pembukaan jalan, nanti kalau ada anggota yang masuk ke rumaha akan kita cek kembali," kata Kombes Budi.