Polisi Diminta Berhati-hati Tangani Kasus ABG Bunuh Anak di Sawah Besar
Merdeka.com - Aktivis perlindungan anak dari Indonesia Child Protection Watch, Erlinda mengingatkan polisi agar berhati-hati dalam mengambil tindakan hukum terhadap anak baru gede pembunuh bocah berusia 6 tahun di Jakarta Pusat. Sebab, lewat pengakuan pelaku atas tindakan kejinya, Erlinda menduga ada jiwa seorang psikopat yang tumbuh di diri ABG tersebut.
"Remaja ini mengaku timbul kepuasan setelah melakukan itu, jadi terhadap kasus ini harus hati-hati dalam penanganannya, apakah ada kategori gangguan jiwa yakni psikopat dalam dirinya," kata Erlinda saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (10/3).
Selain menguji kejiwaan ABG tersebut, Erlinda juga menyarankan kepada kepolisian untuk menggandeng psikolog klinis dan forensik dalam mengawal kasus ini. Menurutnya, dugaan psikopat dalam diri seseorang bisa dibuktikan usai melalui serangkaian pengujian dan membutuhkan waktu.
-
Bagaimana kepolisian mengungkap kasus pembunuhan siswi SMP di Palembang? Kasus tersebut berhasil terungkap oleh kepolisian dengan menggunakan metode modern Scientific Crime Investigation (SCI).
-
Siapa yang bisa bantu orangtua dengan anak psikopat? Jika Anda melihat sejumlah tanda ini pada anak Anda dan khawatir tentang kemungkinan psikopati, penting untuk berkonsultasi dengan psikolog anak.
-
Bagaimana cara mendeteksi ide bunuh diri di remaja? “Ketika itu ada terdeteksi, risikonya 5,39 kali lebih besar untuk mempunyai ide bunuh diri dibandingkan yang tidak,“ kata Nova.
-
Bagaimana cara mengatasi masalah kesehatan mental anak muda? Sebagai langkah solusi, Wahyu menuturkan harus ada upaya untuk memperluas dan memperbanyak layanan kesehatan mental.
-
Apa yang dilakukan polisi untuk membantu pemuda tersebut? Polisi yang menyadari bahwa ada seorang pemuda yang kesulitan langsung memintanya untuk masuk ke mobil. Di dalam mobil mereka berbincang. Anggota Polisi mengantarkan pemuda tersebut untuk makan sekaligus sarapan.
-
Siapa yang harus berperan dalam mengatasi gangguan mental anak? “Anak-anak betul-betul butuh perhatian. Sebagaimana pesan Pak Jokowi bahwa keluarga menjadi pondasi. Marilah kembali pada keluarga, menciptakan keluarga yang sebaik-baiknya,“ katanya.
"Ini untuk mengetahui penyebabnya mengapa bisa melakukan hal sadis ini. Karena saya melihat sang anak memiliki gangguan dalam lingkup sosialnya," pandang Erlinda.
Erlinda menambahkan, pengakuan aksi ABG yang doyan tayangan horor dan sadis seperti Chucky atau Slenderman, dinilainya hanya sebagai pemicu melakukan pembunuhan tersebut. Sebab, berdasarkan teori keilmuan psikologi anak, Erlinda meyakini ada problem dari dalam diri ABG tersebut yang terpendam.
"Apakah ada perilaku sosial kekerasan di sekitarnya yang membuat sang anak jadi anti sosial. Kalau kita lihat dari gambar-gambarnya kan seperti ada gangguan yang membuatnya tak seperti anak lain di seusianya," jelas eks Komisioner KPAI ini.
Jangan Sampai Berulang Lagi
Erlinda menyarankan agar kasus sadis ini tak lagi berulang kepada siapa pun, maka dia pun mengimbau agar para orangtua, pengasuh anak, bisa lebih konsen terhadap tumbuh kembang anak. Memberikan pola didik terbaik tanpa kekerasan.
"Karena perilaku itu dipengaruhi orang dewasa, membentuk karakter. Kita lihat peran orangtuanya apakah pola asung yang menjadikannya bermetamorfosa pada kondisi emosionalnya," Erlinda menandasi.
Seperti diberitakan sebelumnya, Polres Metro Jakarta Pusat merilis kasus pembunuhan dilakukan ABG wanita berusia 15 tahun di Sawah Besar. Pelaku mengaku kepada polisi telah membunuh seorang anak berusia 6 tahun dengan menenggelamkannya berulang kali di bak mandi hingga lemas dan tewas.
Usai meregang nyawa, mayat balita itu disimpan di lemarinya hingga warga yang curiga menganggap balita tersebut telah diculik. Polisi menduga pelaku mengalami sakit kejiwaan karena tak ada penyesalan atas tindakan kejinya malah mengaku puas.
Reporter:Muhammad Radityo
Sumber: Liputan6.com
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat diperiksa polisi, pelaku alias ibu kandung korban kerap tertawa sendiri
Baca SelengkapnyaTersangka membunuh tetangganya itu karena menyimpan dendam sepuluh tahun lamanya.
Baca SelengkapnyaTragis pelaku beraksi saat anaknya tengah tertidur pulas
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Wen Pratama (33), warga Kota Medan, Sumatera Utara ditangkap polisi usai tega membunuh ibu kandungnya sendiri.
Baca SelengkapnyaPeristiwa dugaan tindak pidana perbuatan asusila terhadap anak di bawah umur tersebut terjadi di Mako Polsek Tanjung Pandan.
Baca SelengkapnyaKompol Andika menuturkan bahwa penyidik sudah meminta keterangan dua orang saksi.
Baca SelengkapnyaBayi yang menolak dot mungkin akan membuat orang tua penasaran apa yang menyebabkan si kecil enggan beralih ke dot.
Baca SelengkapnyaBeberapa waktu belakangan, suara di sekitar kita menjadi semakin berisik dengan berbagai hal. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kesehatan telinga anak.
Baca Selengkapnyapolisi langsung lakukan penangkapan. Hasil pemeriksaan tubuh korban mengalami kekerasan fisik.
Baca Selengkapnya