PON XXI Aceh-Sumut: Harmoni Budaya dan Sportivitas yang Tak Terlupakan
PON XXI bukan hanya sekadar ajang olahraga, melainkan juga menjadi pertemuan akbar yang merajut persatuan bangsa
Tak sedikit orang memandang Aceh sebagai provinsi dengan keistimewaan tersendiri, terutama dalam penerapan syariat Islam. Banyak peserta Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI yang mempersiapkan diri untuk menghargai adat dan budaya setempat. Namun, begitu tiba di Serambi Mekah, mayoritas dari mereka justru mengalami pengalaman indah yang melampaui ekspektasi.
Adat Peumulia Jamee, yang menekankan penghormatan kepada tamu, menjadi salah satu inspirasi terbesar bagi para peserta. Yesni Luek, Pelatih Kempo dari Nusa Tenggara Timur (NTT), berbagi pengalamannya dalam dialog santai di Media Center Utama pada 20 September 2024. "Slogan memuliakan tamu bukan hanya sekadar slogan. Semoga apa yang kami dapat di sini bisa dilaksanakan di NTT agar PON nanti lebih baik," ungkap Yesni dengan penuh semangat.
PON XXI bukan hanya sekadar ajang olahraga, melainkan juga menjadi pertemuan akbar yang merajut persatuan bangsa. Para atlet dari seluruh Indonesia datang membawa semangat sportivitas, yang dipadukan dengan kehangatan sambutan tuan rumah. "Aceh berada di ujung barat Indonesia, dan sebelumnya Papua di ujung timur. Sekarang, Nusa Tenggara berada di tengah. Kita rajut Indonesia untuk kita bangun bersama," ujar Yesni dengan tekad menjadi tuan rumah PON berikutnya di NTT dan NTB.
Tidak hanya dari aspek kebudayaan, kopi Aceh juga menjadi sorotan. Ni Kadek Ernawati, atlet angkat berat asal Bali, yang berhasil meraih perunggu, mengungkapkan kekagumannya terhadap cita rasa kopi Aceh yang khas. "Kopi Aceh benar-benar unik. Saya sudah mencoba kopi dari berbagai daerah, tapi yang ada di Aceh ini sangat berkesan," ujarnya.
Pengalaman luar biasa juga dirasakan oleh kontingen lainnya. Manajer Kempo Kalimantan Timur, Panti Suhartono, memberikan apresiasi terhadap Liaison Officer (LO) yang sangat akomodatif dan membantu selama acara. "Penyambutan di sini benar-benar luar biasa, seperti menyambut keluarga sendiri," ujar Rismanto, atlet angkat berat dari Yogyakarta.
Keamanan di Aceh pun menjadi poin positif yang sering diangkat. "Ketika tiba waktu maghrib, semua warung tutup dan pemiliknya meninggalkannya begitu saja tanpa rasa khawatir. Ini hal yang tidak biasa saya temui di tempat lain," kata Ni Kadek Ernawati dengan kagum.
M. Khafidz Arifin, pelatih Kempo dari Kalimantan Selatan, juga memuji keramahan masyarakat Aceh, kualitas venue, serta kuliner khas yang membuat pengalaman di Aceh tak terlupakan. "Unforgettable Aceh," katanya menggambarkan perasaan mendalam terhadap pengalaman yang ia dapatkan di sana.
Atlet Kempo peraih medali perak, Mirwan Nafil, menambahkan bahwa venue Kempo di GOR KONI Aceh sangat memukau. "Saya sampai kirim foto venue ke orang tua. Keren banget!" katanya.
Komentar positif tak henti-hentinya datang dari para atlet dan pelatih. Meski ada beberapa kekurangan yang diakui oleh Manajer Kempo NTT, Yosfen Lao, ia dengan bijak mengatakan, "Sedikit kesalahan itu wajar. Kami manusia pasti memiliki kekurangan, dan kami mohon maaf atas hal itu."
Dalam semangat perpisahan, Riska Mentari, salah satu LO, mewakili masyarakat Aceh menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan yang mungkin terjadi selama PON berlangsung. "Kami berterima kasih kepada semua tamu yang telah berpartisipasi di acara PON XXI Aceh-Sumut. Kami menyambut kalian semua dengan hangat, dan semoga kita bisa bertemu lagi di kesempatan lain," katanya dengan tulus.
Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024 resmi berakhir pada Jumat (20/9/2024) malam, dalam sebuah seremoni penutupan yang digelar di Stadion Utama Sumatra Utara, Deli Serdang. Meski telah berakhir namun kenangannya akan terus hidup dalam hati para peserta. Tidak hanya soal prestasi olahraga, tetapi juga tentang persatuan, kebersamaan, dan harmoni budaya yang terjalin kuat.