PVMBG: Potensi Sinabung meletus masih ada, warga harus sabar
Merdeka.com - Sejak 24 November lalu status Gunung Sinabung menjadi Awas karena terjadi peningkatan aktivitas vulkanik. Sebelumnya masih berstatus Siaga dimulai pada awal Oktober lalu, akibatnya sekitar 17 ribu lebih warga sudah diungsikan.
Sejak berstatus Siaga, warga di empat desa diungsikan, yakni Desa Sukameriah, Bekerah, Simacem, dan Nardinding. Keempat desa itu jaraknya sekitar lima kilometer dari bukaan Kawah Gunung Sinabung.
"Ada sekitar 17.300 jiwa yang sudah diungsikan. Itu mencakup wilayah lima kilometer dari kawah. Sekarang sudah dipindah," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian ESDM, Hendrasto dalam jumpa pers di Kantor Sekretariat Negara, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Selasa (3/12).
-
Dimana Gunung Sinabung berada? Gunung Sinabung merupakan gunung api di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
-
Kapan gunung meletus? Dengan adanya faktor-faktor tersebut, terjadilah letusan gunung meletus yang dapat berdampak pada kerusakan lingkungan dan ancaman terhadap kehidupan manusia.
-
Bagaimana cara menikmati keindahan Gunung Sinabung? Saking dekatnya, para wisatawan bisa melihat jelas bentuk lekukan gunung dan lanskap pepohanan hijau di sekelilingnya.
-
Apa arti dari nama "Sinabung"? Dalam bahasa Karo, Sinabung tidak ada artinya. Akan tetapi penamaan ini diambil dari kata yang serupa yaitu Sinabun. Arti dari Sinabun sendiri adalah mencuci. Kemudian Deleng Sinabun diartikan sebagai gunung yang mencuci atau tepatnya gunung yang berperan menyucikan.
-
Kapan Gunung Slamet mengalami peningkatan aktivitas terakhir? Lebih lanjut, Sukedi mengakui berdasarkan pengamatan dalam 20 tahun terakhir, peningkatan aktivitas Gunung Slamet terjadi hampir tiap lima tahun sekali, yakni pada tahun 2004-2005, 2018-2009, 2014, dan terakhir pada bulan Agustus 2018 hingga 2019.
-
Siapa saja yang berkunjung ke camping Gunung Sinabung? Melansir dari kanal Youtube liputan6, para pengunjung yang mendatangi kawasan camping di Gunung Sinabung tak hanya wisatawan lokal atau nasional saja, melainkan hingga turis mancanegara, salah satunya dari Malaysia.
Hendrasto mengatakan warga sudah mulai menanyakan tentang kapan selesai dan menurunnya aktivitas Gunung Sinabung. Sudah banyak warga yang menanyakan kapan bisa kembali ke rumahnya.
"Selalu kami sampaikan ini belum selesai. Banyak yang nanya kapan bisa kembali. Dua hari ini aktivitas vulkanik terus meningkat. Potensi letusan masih ada. Ya bersabar dulu di pengungsian," papar Hendrasto.
Saat ini potensi bahaya Gunung Sinabung masih pada radius lima kilometer dari bukaan kawah. Namun menurutnya hal itu tidak akan sampai pada radius sepuluh kilometer.
"Sekarang statusnya masih awas. Kita juga tidak tahu ini sampai kapan. Ancaman lima kilometer dari puncak masih ada. Kalau data sekarang, bahayanya belum sampai sepuluh kilometer. Tapi persiapan juga gak ada salahnya. Semua harus diantisipasi, karena Sinabung sudah lama tak meletus. Dari data kami akan letusan masih ada kemungkinannya," paparnya.
Cara satu-satunya adalah dengan melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang Sinabung. Selain lebih tahu dan waspada juga agar lebih memahami kondisi dan bahaya yang masih mengancam.
"Kita hanya bisa terus sosialisasi ke masyarakat. Lumayan sekarang mereka mulai mengerti. Tapi ada yang nanya, apa ada alat untuk mengetahui kapan gunung itu meletus. Saya jawab, ya tidak ada di dunia ini alatnya, yang ada hanya memantau aktivitasnya saja, kalau saya tahu saya tidak akan minta untuk mengungsi," paparnya.
Surono mantan Kepala PVMBG yang kini menjadi staf ahli Menteri ESDM mengatakan masyarakat Kabupaten Karo harus mengubah diri dengan adanya peningkatan aktivitas Sinabung saat ini. Dia meminta kepada masyarakat agar mengikuti arahan dari pemerintah untuk tetap di pengungsian.
"Saya percaya masyarakat Karo percaya kalau kampung adalah adat. Jadi saya paham keinginan untuk kembali. Sinabung sudah berubah, masyarakat juga harus berubah. Saya kira kita yang harus menyesuaikan diri dengan alam. Kita tidak bisa kehendak alam. Kalau jelang meletus agar warga tetap di pengungsian. Sekarang masyarakat harus mencoba hidup baru dengan letusan. Jangan pernah hilang kewaspadaan, bencana itu datang saat lengah. Kewaspadaan itu ya diminta ngungsi ya ngungsi," terang Surono. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Warga dibuat ketakutan dengan dentuman dan suara gemuruh. Apalagi sampai menimbulkan geteran seperti gempa bumi.
Baca SelengkapnyaMakna kalimat tinggal menunggu waktu muncul lantaran Selat Sunda dan Mentawai-Siberut memang dalam kondisi geografis yang dapat memicu gempa besar.
Baca SelengkapnyaGunung Semeru Kembali Erupsi, Total 174 Kali sejak Awal 2024
Baca SelengkapnyaPenerbangan di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padang Pariaman ditutup sementara akibat abu erupsi Gunung Marapi.
Baca SelengkapnyaAsap masih ditemukan di sejumlah titik lokasi sehingga terus dilakukan pendinginan.
Baca SelengkapnyaPVMBG meminta penduduk sekitar Pulau Ruang untuk mewaspadai potensi tsunami yang bisa timbul akibat erupsi Gunung Ruang di Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara.
Baca SelengkapnyaStatus gunung api itu naik dari Level II Waspada menjadi Level III Siaga, terhitung sejak kemarin sore, 6 November 2024.
Baca SelengkapnyaGunung Semeru masih berstatus siaga atau level III, sehingga masyarakat diimbau tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara.
Baca SelengkapnyaWarga dilarang beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Baca SelengkapnyaPemkab setempat berupaya membuat penahan hulu sungai dari puncak gunung Marapi dan normalisasi aliran air ke pemukiman warga.
Baca SelengkapnyaRangkaian letusan dan rupsi Gunung Marapi secara tidak kontinyu telah terjadi sejak 3 Desember 2023 hingga saat ini.
Baca SelengkapnyaData PVMBG menyebutkan selama kurun waktu 24 jam terakhir sudah terjadi lima kali erupsi.
Baca Selengkapnya