Rinjing Pustaka, Perpustakaan Gendong Versi Ibu-Ibu di Banyumas
Merdeka.com - Tugu berpucuk keranjang bambu berisi lembaran buku bertuliskan 'Gemar Membaca Kunci Sukses Cerdas Pintar' berdiri di sudut pertigaan jalan di samping balai Desa Karanganyar, Kecamatan Patikraja, Kabupaten Banyumas.
Tugu tersebut belum sepenuhnya tuntas, tinggal menunggu pengecatan. Warga setempat bergotong royong membuatnya, sebagai apresiasi pada gerakan perpustakaan gendong, Rinjing Pustaka yang diinisiasi oleh sekelompok ibu-ibu.
Rinjing Pustaka merupakan perpustakaan bergerak yang melakukan pendekatan unik mengantarkan buku bacaan pada warga. Mereka berkeliling desa sembari menggendong rinjing (keranjang bambu dalam bahasa Jawa Banyumas-red) berisi puluhan buku. Saban berkeliling biasanya dibawa 40-50 eksemplar buku.
-
Kapan Perpustakaan Daerah Pandeglang berdiri? Berdasarkan sejarahnya, Kabupaten Pandeglang sendiri sudah berdiri sejak 1 April 1874.
-
Bagaimana Perpustakaan Pandeglang menyimpan sejarah? Ada banyak foto keadaerahan di masa lampau.
-
Bagaimana cara perpustakaan membesarkan seseorang? Perpustakaan membesarkan saya. - Ray Bradbury
-
Bagaimana Hari Kunjung Perpustakaan menumbuhkan minat baca? Peringatan Hari Kunjung Perpustakaan juga bertujuan untuk menanamkan kebiasaan masyarakat berkunjung ke perpustakaan dan meningkatkan kegemaran membaca.
-
Bagaimana perpustakaan menarik minat anak? “Kami harus menyenangkan anak-anak saat main di perpustakaan. Di sinilah peran dari pustakawan Perpusnas membantu bagaimana bisa bermain sambil membaca. Karena dunia anak tak bisa lepas dari bermain,“ katanya lagi.
-
Kenapa P.K. Ojong mendirikan toko buku? Selain itu ia juga membuka toko buku pada tahun 1970 dengan tujuan untuk memudahkan akses bacaan yang bermutu bagi para wartawan dan masyarakat.
Sasaran Rinjing Pustaka yakni ibu-ibu dan anak-anak. Lokasi yang mereka datangi berpindah-pindah di antara 12 rukun tetangga (RT) di Desa Karanganyar. Mereka menyesuaikan jadwal sejumlah kegiatan masyarakat.
Warga meminjamkan buku secara cuma-cuma saat warga berkumpul di pertemuan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), atau Pos pelayanan terpadu (Posyandu) baik balita, lansia dan penyakit tidak menular (PTM).
©2019 Merdeka.com/Abdul Aziz Rasjid"Saat jalan keliling ada anak-anak atau ibu-ibu yang memanggil kami meminta meminjam buku. Ini yang membahagiakan kami. Warga mulai terbiasa mengisi waktu dengan baca buku," kata Ketua Rinjing Pustaka, Wuryaningsih yang juga seorang pustakawan di Sekolah Dasar (SD) ini.
Embrio Rinjing Pustaka, dikisahkan Wuryaningsih punya cerita panjang. Pangkal kisahnya bermula sejak tahun 2007 silam. Dua belas tahun lalu, mula-mula dibentuk perpustakaan PKK Pokja II Bidang Pendidikan. Berawal dari koleksi 300 buku, perpustakaan berkembang jadi perpustakaan desa. Tapi sayangnya, minat warga mengunjungi perpustakaan masih minim.
"Minimnya kunjungan ini memantik kami untuk jemput bola. Di tahun 2015 kami memulai dengan berkeliling menggunakan motor. Tapi kita menghadapi persoalan lain, ada beberapa lokasi yang hanya bisa dijangkau dengan jalan kaki," kata Wuryaningsih.
Di awal tahun 2018 kemarin, muncullah ide mengubah cara pengantaran buku dengan menggendong rinjing. Selain dirasa unik, setidaknya kesan pertama bisa menarik perhatian warga. Ide ini berjalan baik, warga dan anak-anak penasaran lalu lambat laun mulai tertarik untuk meminjam buku bacaan.
"Sempat ada kejadian lucu. Saat pertama keliling malah kita dikira menjual jajanan," ujar Wuryaningsih.
Salah satu pegiat dan pengelola Rinjing Pustaka, Mudaryati (52) punya cerita menarik mengapa tergerak melibatkan diri dalam gerakan perpustakaan gendong ini. Ia mengaku di masa kanaknya selama tinggal di Desa Karangayar mengalami kesulitan meminjam buku.
Mudaryati tak ingin, anak-anak desa Karanganyar mengalami hal yang serupa dengan dirinya. Apalagi bagi mereka yang berada dalam keluarga dengan keterbatasan ekonomi.
"Saya ini putus sekolah, hanya SD saja. Saya percaya dengan membaca buku ada pengetahuan yang bermanfaat untuk kehidupan kita," kata Mudaryati yang tinggal di RT 1 RW 2 Desa Karanganyar ini.
Mudaryati terakhir kali berkeliling ditemani oleh Sugiarti (40) ke perkumpulan PKK di RT 1 RW 1 Desa Karangnyar pada Jum’at (3/5) sore. Keduanya secara khusus banyak membawa buku fiksi dan panduan mengolah masakan. Pasalnya, banyak permintaan warga menginginkan buku praktek panduan memasak untuk pegangan menyiapkan variasi menu berbuka puasa selama bulan Ramadan.
Di pertemuan PKK tersebut, Ketua Rinjing Pustaka, Wuryaningsih juga ikut serta. Ia menyusul ke lokasi membawa buku braile bagi penyandang tuna netra pemberian Perpustakaan Daerah (Perpusda) Kabupaten Banyumas. Buku tersebut lantas dipinjamkan untuk dibaca oleh warga setempat penyandang tuna netra yakni Novitasari.
"Setiap orang memiliki hak yang sama untuk memperoleh pengetahuan," kata Wuryaningsih.
Rinjing Pustaka, perpustakaan gendong versi ibu-ibu di Banyumas memantik inspirasi bahwa banyak siasat untuk meningkatkan daya baca masyarakat. Rinjing Pustaka, dalam kisahnya yang panjang membangun perpustakaan adalah perjuangan kesabaran ibu-ibu merawat niat jadi tangan panjang pengetahuan sebagai cara memelihara kemerdekaan berfikir.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Adin menjelaskan, kegemaran membaca di satuan pendidikan sudah berkembang melalui sekolah maupun perguruan tinggi.
Baca SelengkapnyaHari Perpustakaan Nasional yang diperingati setiap 17 Mei untuk merayakan dan menghormati peran perpustakaan sebagai pusat pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPemprov DKI Jakarta menyediakan fasilitas mobil perpustakaan keliling untuk anak-anak supaya giat membaca.
Baca SelengkapnyaSalah satu perpustakaan unik di Jawa Timur yang wajib dikunjungi ialah Perpustakaan Bank Indonesia Surabaya.
Baca SelengkapnyaKaryanya bisa dilihat di banyak toko buku besar se-Indonesia.
Baca SelengkapnyaPertama Kalinya, Bekasi Punya Multicultural Library
Baca SelengkapnyaPerpusda Kendal berhasil memecahkan Rekor MURI sebagai Gedung perpustakaan terluas dengan 4.060 Meter persegi
Baca SelengkapnyaKabupaten Siak di Provinsi Riau akhirnya memiliki perpustakaan umum baru sebagai pengganti fasilitas sebelumnya yang berada di Jalan Raja Kecik.
Baca SelengkapnyaBerdirinya bangunan ini menjadi bentuk kegelisahan Taufiq Ismail karena budaya membaca di Indonesia rendah.
Baca SelengkapnyaToko buku lawas di gang Jalan Dewi Sartika ini masih terus eksis hingga kini.
Baca SelengkapnyaDi sini pengunjung bisa mendapatkan literasi seputar antikorupsi dengan mudah dan gratis.
Baca SelengkapnyaSetiap tanggal 14 September diperingati sebagai Hari Kunjung Perpustakaan. Ini daftar Perpus dengan koleksi terbaik di Indonesia.
Baca Selengkapnya