Salut, Penyandang Disabilitas di Temanggung Ciptakan Tongkat Penuntun dengan Fitur Keren
Alat ini dirakit langsung oleh tim yang merupakan penyandang disabilitas. Tim ini berada di bawah naungan Sentra Terpadu Kartini di Temanggung.
Kementerian Sosial membuat inovasi berupa Tongkat Penuntun Adaptif (TPA) untuk kaum Disabilitas. Apa saja kecanggihannya?
Salut, Penyandang Disabilitas di Temanggung Ciptakan Tongkat Penuntun dengan Fitur Keren
Kementerian Sosial bersama tim Balai Besar Kartini Temanggung menciptakan sebuah tongkat yang sangat membantu disabilitas tunanetra beraktivitas. Benda tersebut diberi nama Tongkat Penuntun Adaptif (TPA). Tongkat ini bisa menjadi petunjuk pada penggunanya apalagi ada bahaya di depan. Seperti genangan air, api, objek maupun benda. Kepala Pilot proyek Tongkat Penuntun Terpadu (TPA), Juena Sitepu, menyebut alat bantu tersebut akan sangat bermanfaat dan diperlukan bagi para penyandang disabilitas khususnya tunanetra.
"Selain tongkat penuntun adaptif, ada juga ada rompi dilangkapi sensor yang tengah dikembangkan yang menjadi satu kesatuan paket alat bantu bagi penyandang disabilitas sensorik netra yang memiliki banyak manfaat," ujar Juena dikutip dari laman Instagram Kementerian Sosial, Selasa (22/8). Alat itu saat ini tengah dikenalkan pada masyarakat. Lalu apa saja fitur-fitur yang dimiliki tongkat ini?
Jika sebelumnya TPA hanya memiliki fitur getaran dan sensor untuk mendeteksi jarak serta situasi di sekitarnya. Pada TPA terbaru, terdapat fitur suara dan cahaya. Fitur-fitur tersebut ditingkatkan efektivitasnya, namun didesain lebih sederhana untuk memudahkan penggunanya ketika bergerak. Selain mudah dilipat, tongkat ini juga memiliki saklar on off, speaker, solar cell, tombol dengan 5 mode fungsi, tombol GPS dan berbagai macam sensor, mulai dari sensor air, api, hingga jarak.Selain itu, TPA sudah terintegrasi dengan teknologi GPS (Global Positioning System) yang otomatis terkoneksi dengan perangkat ponsel pintar. Dengan adanya GPS, pengguna dapat lebih mudah mengetahui posisi tongkat berdasarkan bunyi yang dihasilkan. Lalu bagaimana cara kerjanya?
Sensor awal pada TPA akan menandakan alat sudah aktif. Sementara sensor mode dua untuk mendeteksi objek di sekitarnya. Dengan sensor ini, pengguna bisa mengetahui keberadaan objek di depannya melalui peringatan suara atau getaran. Dengan jarak objek terjauh 3 meter. Sehingga pengguna bisa memiliki opsi melintasi jalan lain. Tongkat ini memiliki beragam mode peringatan. Seperti getaran, suara monofonik, kombinasi getaran dan suara, bahkan suara berisi kalimat pemberitahuan.Mode getar secara khusus berguna dalam keramaian, misalnya di tempat perbelanjaan, di mana suara mungkin sulit terdengar dengan jelas, sehingga mode getar akan sangat membantu. Pada sensor mode tiga, berfungsi untuk mendeteksi api, asap dan gas beracun seperti kebocoran tabung elpiji di sekitar. Peringatan akan disampaikan melalui suara atau getaran sesuai dengan jenis yang terdeteksi. Namun, saat mode deteksi gas beracun diaktifkan, penggunaan baterai akan lebih boros, bahkan mencapai 40% dari pemakaian biasanya.
Tongkat ini juga mampu mendeteksi genangan air atau permukaan licin. Sensor air terpasang di ujung bawah tongkat untuk mengurangi risiko kecelakaan atau cedera bagi penggunanya. Selain itu, terdapat lampu Light Emitting Diode (LED) strip di bagian bawah hingga tengah tongkat. Ini membantu identifikasi pengguna TPA oleh orang lain pada malam hari.
Karya Penyandang Disabilitas
Alat ini dirakit langsung oleh tim yang merupakan penyandang disabilitas. Tim ini berada di bawah naungan Sentra Terpadu Kartini di Temanggung. Saat diberikan kepada pengguna, tongkat sudah dilengkapi dengan kabel USB untuk pengisian daya. Sebelum digunakan, para pengguna juga akan diberikan pelatihan terlebih dahulu terkait pengeroperasian tongkat. Dikutip dari Antara, konsep pembuatan tongkat ini muncul dari aspirasi Menteri Sosial, Tri Rismaharini, saat ia mengumpulkan para pejabat Kemensos di Sentra Terpadu Inten Suweno, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. pada 10 Juni 2021.