Semangat siswa tunarungu di Karanganyar belajar agama dan Alquran
Merdeka.com - Keterbatasan fisik tak menghalangi puluhan siswa di Sekolah Luar Biasa (SLB) B Pawestri Desa Jati, Kecamatan Jaten, Karanganyar ini untuk terus belajar. Mereka tak mau kalah atau ketinggalan dengan siswa normal lain.
Tak hanya ilmu pengetahuan umum, ilmu agama khususnya Islam juga mereka tekuni untuk bekal hidup di masyarakat. Belajar salat, bersedekah hingga membaca Alquran pun mereka tekuni.
Menyambut bulan Ramadan, SLB khusus tuna rungu ini menggelar pesantren kilat atau sering mereka sebut 'Pondok Ramadan'. Uniknya, siswa tidak menggunakan bahasa isyarat dalam berkomunikasi, tetapi membaca gerak bibir, saat pelajaran mengaji, membaca doa hingga salat.
-
Bagaimana cara para santri di Ponpes Raudlotul Quran belajar Al-Quran? Di sana para santri harus menyetor hafalan Al-Qur’an kepada ustaz tiga kali sehari.
-
Kenapa santri di Ponpes Raudlotul Quran hanya belajar mengaji dan kitab klasik? Sebagai pondok pesantren tradisional, santri yang menetap di asrama tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan rutin selain mengaji Al Qur’an dan kitab-kitab klasik.
-
Bagaimana metode pembelajaran di Pesantren Sam'an? Metode Sam’an yang diambil dari bahasa Arab yang artinya 'mendengar'. Nama ini juga selaras dengan nama ponpes yang merepresentasikan para santri.
-
Siapa yang pernah belajar di pondok pesantren? Anak sulungnya, Laura Meizani Nasseru Asry, memilih untuk melanjutkan pendidikan di pondok pesantren setelah menyelesaikan Sekolah Dasar.
-
Bagaimana cara belajar di pondok pesantren Kiai Baidlowi? Ketika dalam proses pembelajaran ada hal yang membingungkan santri, Kiai Baidlowi akan membahas dengan tuntas baik selama ngaji berlangsung maupun di luar jam tersebut.
-
Apa yang dilakukan Ra Lilur di pondok pesantren? Meskipun lahir dalam keluarga yang kental dengan pesantren, Ra Lilur tidak pernah secara khusus nyantri di pondok pesantren. Konon, ia pernah tinggal di sebuah pondok pesantren selama tiga bulan, namun selama itu ia mengisi hari-harinya dengan memancing, bukan mengaji.
"Ada 38 siswa dan 15 guru di sini. Kalau biasanya di tempat lain disebut Pesantren Kilat tapi di sini istilahnya diganti Pondok Ramadan SLB B Pawestri, Jaten Karanganyar," ujar Putut Kus Darwanto, Kepala Sekolah SLB B Pawestri saat ditemui merdeka.com, Senin (12/6).
Selain pesantren kilat, pada tanggal 12-13 Juni para siswa juga diajak untuk mengikuti kegiatan berbagi takjil kepada masyarakat sekitar. Kemudian mereka juga mengikuti kegiatan buka serta sahur bersama.
Sementara saat dikunjungi merdeka.com, sejumlah siswa dan siswi sedang mengikuti kegiatan belajar membaca Alquran. Namun rata-rata siswa baru menguasai Iqro 3 dan 4. Tiga siswa secara bergiliran belajar membaca dan mengeja huruf-huruf dalam buku Iqro.
Dalam kegiatan tersebut, Firdaus Alam, seorang siswa kelas 7 yang sudah menguasai Iqra 6, menuntun para adik kelas. Tiga orang siswa kelas 3, masing-masing Fauzan, Abil dan Syaffiq nampak dengan seksama belajar membaca. Kegiatan belajar membaca tersebut jug diawasi langsung oleh seorang guru bernama Zaid Ridho Riyono.
Meski sering salah ucap dan eja, baik siswa maupun kakak kelasnya, namun semangat puluhan siswa tersebut sungguh luar biasa. Mereka mempunyai keinginan yang mulia untuk bisa membaca Alquran, bahkan menjadi hafiz Alquran.
"Jadi metode yang kita gunakan ini adalah metode bibir atau percakapan. Setiap siswa harus bisa membaca bibir lawan bicara, karena tidak semua orang bisa menggunakan isyarat. Kakak kelas memang kita wajibkan mengajari membaca kepada adik kelas dengan didampingi guru pembimbing. Ini biar mereka punya rasa percaya diri, bahwa mereka juga punya kemampuan," jelasnya.
Di Pondok Ramadan ini tiap siswa juga mendapatkan pelajaran mulai dari membaca doa, mengaji hingga tata cara salat. Selain mempraktikkan gerakan dalam salat, para pengajar dibantu dengan peraga gambar, untuk memudahkan siswanya memahami tahapan gerakan dalam salat. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam kegiatan yang dilaksanakan selama Ramadan, para santri difabel tunarungu itu belajar mengaji dengan menggunakan bahasa isyarat.
Baca SelengkapnyaTernyata, telunjuk yang menjulang tinggi itu adalah bahasa isyarat huruf hijaiyah "ba"
Baca SelengkapnyaPondok pesantren itu punya metode sendiri agar santri bisa menyerap ilmu yang terkandung di kitab kuning.
Baca SelengkapnyaDengan menggunakan metode isyarat, anak-anak penyandang tuli jadi lebih mudah memahami Al-Qur'an.
Baca SelengkapnyaKegiatan pesantren kilat ini mengusung tema Gema Ramadan Malinjo.
Baca SelengkapnyaDi ponpes ini, para santrinya digembleng untuk bisa menjadi seorang hafiz
Baca SelengkapnyaPesantren ini membawa mimpi para santri difabel netra untuk meraih cita-cita menjadi penghapal Al Quran.
Baca SelengkapnyaTradisi ini sudah jadi bagian dari masyarakat Betawi dan kini masuk kategori Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).
Baca SelengkapnyaIa pun menjelaskan seminarnya menggunakan bahasa isyarat.
Baca SelengkapnyaBegini potret Pondok Pesantren yang berada di puncak pegunungan kapur Ponorogo yang sempat dikenal angker.
Baca SelengkapnyaPPPA Daarul Qur'an mengunjungi Pondok Pesantren Rehabilitasi At-Tauhid Kota Semarang pada Senin pekan lalu.
Baca SelengkapnyaSelain mengajarkan pendidikan Islam, ustaz Yahya juga membagikan sejumlah cerita kisah Nabi dan Rasul kepada anak-anak.
Baca Selengkapnya