Soeharto Marah Dilengserkan: Saya Dihina, Dendamnya Bukan Main!
Soeharto marah dan dendam dilengserkan. Ada sejumlah orang dia cap sebagai pengkhianat.
Soeharto kalau tidak senang dengan seseorang pintu silaturahmi ditutup rapat-rapat. Jangankan menyapa, bertemu saja Soeharto ogah.
Soeharto Marah Dilengserkan: Saya Dihina, Dendamnya Bukan Main!
Presiden kedua Soeharto ternyata marah dan dendam karena dilengserkan dari kekuasaannya. Terutama terhadap orang yang Soeharto anggap sebagai pengkhianat dan tak mampu membantunya mempertahankannya sebagai presiden.
Soeharto sakit hati
Bahkan, setelah lengser, Soeharto ogah bertemu dengan orang-orang itu. Yang bikin Soeharto sakit hati, para bekas menteri-menterinya bahkan tak berkunjung menemuinya. Begini Ceritanya
Pakar Ekonomi Prof Priyono Tjiptoherijanto beberapa kali bertemu dengan Soeharto setelah lengser di kediamannya Jalan Cendana, Menteng, Jakarta Pusat. Soeharto saat itu masih sehat dan berkomunikasi dengan lancar. Priyono melihat dengan jelas betapa bencinya Soeharto dengan bekas menteri-menterinya. Priyono sempat menanyakan siapa menteri yang datang berkungjung setelah lengser."Siapa, Mas, saya kan orang hina. Orang yang Dihina!," kata Soeharto menjawab pertanyaan itu.
"Ya, saya bilang, habis ini negara! Ini dendamnya Bukan Main!," kata Pak Harto marah, bahkan sampai dua kali mengatakan soal dendam itu.
Cerita di balik turunnya Soeharto dari tampuk kekuasaan.
Namun memang, Soeharto kalau tidak senang dengan seseorang apalagi dicap sebagai pengkhianat, pintu silaturahmi dan komunikasi ditutup rapat-rapat. Jangankan menyapa, bertemu saja Soeharto ogah.
Tapi Soehato mengakui ada hal yang ia sesalkan.
Diceritakan dalam buku Dari Soekarno hingga SBY, Intrik dan Lobi Politik para penguasa karya Tjipta Lesmana, kepada Anton Tabah, Soeharto juga menyatakan penyesalan dan keheranan kenapa tidak diperiksa secara tuntas ketika masih sehat.
Namun setelah kesehatannya menurun, begitu banyak yang mendesaknya untuk diperiksa.
Pada tahun 2005 dan 2006, Soeharto sudah tidak mampu berkomunikasi dengan baik, hanya sepatah dua patah saja bisa diucapkan. Itu juga tidak terdengar jelas. Bahkan, Soeharto mulai lupa dan tidak ingat siapa saja yang menemuinya, termasuk putra-putrinya.
Harmoko Meminta Soeharto Mundur
Soeharto tak mampu mempertahankan kekuasaannya