Tatapan Kosong Rakijan Saat Rumahnya Ambruk Diduga Aktivitas Tambang Kaltim
Merdeka.com - Rakijan (49), warga RT 09 poros Sangasanga-Muara Jawa, Kutai Kartanegara, hanya bisa menatap rumahnya yang kini amblas akibat longsor. Peristiwa itu benar-benar di luar dugaan.
Merdeka.com menyambangi lokasi kejadian. Jaraknya sekira 35 kilometer dari kota Samarinda. Badan jalan benar-benar putus. Enam rumah ambruk. Di dekat situ, seorang pria dengan baju hitam bergambar Presiden Pertama RI, Sukarno, berdiri mematung memandang rumah yang amblas. Pria itu bernama Rajikan. Ada banyak kenangan dalam rumah itu. Ikut tertimbun longsor.
"Dulu, saya lama tinggal ngontrak di situ (sambil menunjuk ke arah rumah yang ambruk akibat longsor). Sekarang, rumahnya sudah hilang," kata Rakijan, mengawali perbincangan bersama merdeka.com, siang tadi.
-
Siapa yang tinggal di rumah nyaris roboh? Sang pemilik, Abun (63), tak bisa berbuat banyak lantaran hidup di bawah garis kemiskinan.
-
Siapa yang tinggal di rumah tak layak huni? Sudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
-
Bagaimana kondisi rumah setelah longsor? Kondisi rumah-rumah yang berada di lokasi bencana tampak banyak yang hancur rata dengan tanah. Rumah yang masih berdiri sudah tak lagi menyisakan atap atau tembok dinding.
-
Siapa saja yang tinggal di Rumah Rakit? Sementara pedagang asing, hanya diperbolehkan membangun rumah di atas rakit karena kebijakan politik Sultan Palembang.
-
Siapa yang tinggal di kolong rumah? 'Biasanya suara itu terdengar larut malam, dan kami mengira itu hanya hewan yang berada di kolong rumah,' ungkap Ricardo Silva, menantu pemilik rumah tersebut. 'Suara-suara itu mirip ketukan, seperti saat istri saya berjalan, dan terdengar seperti suara balasan dari bawah rumah, sehingga dia berkata, 'kamu tahu ada yang salah'.'
-
Di mana Rumah Lontiok berada? Rumah tradisional milik masyarakat Kampar di Provinsi Riau ini memiliki ciri khas yang unik, penuh filosofi, dan punya makna yang mendalam.
Kini Rakijan menumpang di rumah yang berada di seberang jalan yang longsor. Dia tinggal bersama istri dan dua anaknya di sebuah bangsal. Karena retakan tanah, perlahan terus melebar, dia terpaksa mengungsi.
"Saya sudah kemasin barang-barang. Tapi mengungsi kemana, saya belum tahu. Sementara tinggal menumpang dulu. Ya, mau bagaimana lagi?" ungkapnya.
Rakijan ingat persis, dua hari sebelum longsor, hujan deras mengguyur. "Was-was juga sebenarnya. Itu aktivitas tambang dekat sekali dengan rumah. Rawan kalau tambang dekat rumah begitu," terangnya.
"Siang malam, alat berat tambang bekerja. Kalau malam, kita susah tidur. Ya itu tadi, kalau soal was-was itu pasti," sebutnya lagi.
Di lokasi siang ini tadi, ada terlihat bangunan rumah sudah posisi miring. Warga masih sempat mengeluarkan motor yang tersimpan di dalam, dan tilam serta beberapa perabot lain. Tapi yang jelas, rumah itu sudah tidak bisa ditinggali lagi, dan pemilik rumah pun memilih mengungsi.
Sejauh ini, belum ada alat berat yang mendekat di lokasi. Selain retakan tanah dan badan jalan terus melebar, juga dikhawatirkan mempercepat terjadinya longsor susulan.
"Kalau korban jiwa, tidak ada. Yang ada, kerugian materi. Sejauh ini perusahaan tambang PT ABN sudah cukup responsif. Kerugian materi belum bisa dikalkulasi," kata Ketua RT 09, Tukijo, dalam kesempatan yang sama.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kampung Bulak Barat sempat direndam banjir hingga menutupi rumah-rumah warga
Baca SelengkapnyaTidak ada lagi jalan setapak menuju desa. Semua tenggelam dalam rob.
Baca SelengkapnyaMenurut Samid, belasan tempat tinggal dan rumah kontrakan milik warganya itu rusak parah karena dampak dari pembangunan Tol Japek 2.
Baca SelengkapnyaAda seorang warga kampung yang hilang dan keberadaannya belum diketahui hingga kini.
Baca SelengkapnyaKakek Sanusi kini hanya mengandalkan pemberian tetangga untuk sekedar makan dan bertahan hidup.
Baca SelengkapnyaTerjangan banjir bandang telah meluluhlantakkan rumah-rumah warga di Ganting, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
Baca SelengkapnyaTebing yang longsor diperkirakan mencapai tinggi 50 meter.
Baca SelengkapnyaSaat musim tanam tiba, para perantau itu pulang sebentar untuk menanam jagung dan selanjutnya pergi merantau lagi
Baca SelengkapnyaRumah ini ternyata pemberian dari seorang kiai. Begini potretnya yang bikin miris.
Baca Selengkapnya