Usai 2 Debt Collector, Giliran Aiptu FN Jadi Tersangka Kasus Penganiayaan Berat
Pelaku terjatuh dan saat itulah Aiptu FN menikam RB berkali-kali yang mengenai leher, punggung, bahu kiri dan lengan kiri.
Anggota Polres Lubuklinggau itu dikenakan pasal penganiayaan berat.
Usai 2 Debt Collector, Giliran Aiptu FN Jadi Tersangka Kasus Penganiayaan Berat
Sehari setelah penetapan dua debt collector menjadi tersangka, penyidik Ditreskrimum Polda Sumatera Selatan kembali menetapkan status yang sama kepada Aiptu FN.
Anggota Polres Lubuklinggau itu dikenakan pasal penganiayaan berat.
"Benar, yang bersangkutan (Aiptu FN) jadi tersangka," ungkap Kabid Humas Polda Sumsel Kombes Pol Sunarto, Jumat (26/4).
Sunarto memastikan penyidik Ditreskrimum dan Propam Polda Sumsel berkomitmen dalam menangani perkara dan bertindak secara profesional dan proporsional. Tersangka Aiptu FN selanjutnya menjalani pemeriksaan dengan status itu.
"Penanganan kasus ini berproses dan tetap berjalan," kata Sunarto.
Penyidik menjerat Aiptu FN dengan Pasal 351 tentang penganiayaan berat dengan ancaman lima tahun penjara. Dia juga bakal menjalani sidang kode etik di Propam.
Diberitakan sebelumnya, penyidik Ditreskrimum Polda Sumsrl menetapkan dua debt collector menjadi tersangka karena mengeroyok Aiptu FN saat merampas mobil. Sementara sepuluh pelaku lain diimbau menyerahkan diri.
Kedua tersangka adalah BB dan RB. Keduanya dilakukan penjemputan paksa di rumah masing-masing karena dua kali mangkir dari panggilan penyidik tanpa alasan.
Dalam pemeriksaan, keduanya terlibat dalam melakukan perampasan, pengeroyokan, dan upaya percobaan pencurian mobil milik korban di parkiran Palembang Square Mall pada 23 Maret 2024 lalu. Istri korban tak terima sehingga melaporkan kasus ini ke polisi.
"Dua debt collector kami jadikan tersangka, mereka kami jemput paksa," ungkap Kasubdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Sumsel AKBP Yunar Sirait, Kamis (25/4).
Diketahui, kejadian itu bermula saat para pelaku mendapati mobil Toyota Avanza yang tengah mereka cari terparkir di parkiran pusat perbelanjaan di Jalan POM X Palembang, Sabtu (23/3) siang. Mereka mengecek nomor polisi di mobil itu tidak terdata di Samsat online.
Ketika dicek rangka dan nomor mesin, mobil tersebut ternyata cocok dengan yang dicari lantaran masuk dalam daftar kredit macet. Merasa tak senan, Aiptu FN mencoba kabur dan menabrakkan mobilnya ke mobil lain tetapi dihadang korban.
Aiptu FN lantas keluar dari mobil dan mengeluarkan senjata api dari pinggang dan menembakkannya ke arah RB. Tembakan dari jarak dekat itu tidak mengenai RB.
Lantas pelaku memukul RB dengan senjata itu yang mengenai kepalanya. Semakin emosi, pelaku mengambil pisau dari mobilnya dan mengejar DD.
Pelaku terjatuh dan saat itulah Aiptu FN menikam RB berkali-kali yang mengenai leher, punggung, bahu kiri dan lengan kiri. Keduanya dilarikan ke rumah sakit tak jauh dari TKP.
Polda Sumsel menerima dua laporan berbeda dari masing-masing istri dari debt collector dan Aiptu FN terkait perampasan mobil yang berujung pada penembakan dan penganiayaan. Istri masing-masing pihak mengklaim suaminya adalah korban. Semisal DO (43), istri DD, melapor ke Polda Sumsel pada Sabtu (23/4) sore.
DO tak terima suaminya ditusuk Aiptu FN hingga terluka parah dan masih menjalani perawatan di rumah sakit. Dia berharap polisi memproses laporannya.
Selang beberapa jam giliran istri Aiptu FN, DS (44), melapor ke SPKT Polda Sumsel. DS mengadukan tindakan melanggar hukum kedua debt collector itu berupa perampasan, pengancaman, dan pengeroyokan.