Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Vaksin palsu, negara dinilai gagal jamin warga atas hak kesehatan

Vaksin palsu, negara dinilai gagal jamin warga atas hak kesehatan Ilustrasi vaksin palsu. ©2016 Merdeka.com

Merdeka.com - Kasus vaksin palsu yang belakangan ini marak beredar di sejumlah rumah sakit membuat para orangtua korban geram. Oleh karena itu, puluhan orangtua korban vaksin palsu bersama KontraS dan YLBHI mendatangi Rumah Sakit Harapan Bunda meminta pertanggungjawaban.

"Dalam kasus ini negara telah gagal untuk menjamin pemenuhan hak atas standar kesehatan yang dialami oleh anak-anak yang menjadi korban kejahatan vaksin palsu," ujar perwakilan KontraS, Puri Kencana Putri di RS Harapan Bunda di Jakarta Timur, Rabu (20/7).

Selain itu, Puri menuding upaya penegakan hukum yang dilakukan juga kenyataannya belum menyentuh keadilan dan cenderung mengkerdilkan kasus ini menjadi kejahatan antara produsen dengan pihak rumah sakit ataupun klinik.

Orang lain juga bertanya?

"Negara belum berhasil mengungkap jalur peredaran vaksin palsu secara menyeluruh dan keterlibatan berbagai aktor di balik bisnis vaksin yang sudah terjadi cukup lama ini," bebernya.

Puri juga mendesak Rumah Sakit Harapan Bunda agar bertanggungjawab atas praktik pemberian vaksin palsu. "Hingga saat ini pihak rumah sakit belum merespons tuntutan yang diajukan oleh para orangtua korban vaksin palsu," tandasnya.

Tak hanya itu, lanjut Puri, Kemenkes harus melakukan pembenahan secara menyeluruh terhadap sistem pengawasan farmasi dengan melakukan validasi terhadap distributor farmasi resmi.

"Selain itu lembaga-lembaga semacam Komnas HAM, KPAI dan lainnya turut merespons kelalaian yang dilakukan oleh rumah sakit. Penegak hukum juga harus mengambil tindakan tegas sehingga kasus ini tidak terulang kembali," tutup Puri.

(mdk/eko)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Ketua DPR Puan Maharani: No viral, No Justice
Ketua DPR Puan Maharani: No viral, No Justice

Ketua DPR menilai mengatakan inisiatif masyarakat untuk memviralkan permasalahan di media sosial atau no viral, no justice menjadi tantangan bagi DPR

Baca Selengkapnya
Klaim Pandemi Covid-19 Rekayasa Muncul Lagi, Begini Kata Kemenkes
Klaim Pandemi Covid-19 Rekayasa Muncul Lagi, Begini Kata Kemenkes

Bahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.

Baca Selengkapnya
Respons Menkes Budi soal UU Kesehatan Digugat ke MK: Itu Normal, Anytime
Respons Menkes Budi soal UU Kesehatan Digugat ke MK: Itu Normal, Anytime

IDI mengajukan judicial review UU Kesehatan ke Mahkamah Konstitusi.

Baca Selengkapnya
KPK Usut Dugaan Korupsi APD Covid-19 di Kemenkes
KPK Usut Dugaan Korupsi APD Covid-19 di Kemenkes

Dalam penyidikan kasus ini, KPK sudah menentukan pihak yang akan bertanggungjawab.

Baca Selengkapnya
Kasus Korupsi APD Covid-19, Eks Kadinkes Sumut Ajukan Banding Ngaku Tak Bersalah
Kasus Korupsi APD Covid-19, Eks Kadinkes Sumut Ajukan Banding Ngaku Tak Bersalah

Alwi divonis 10 tahun pernjara karena terbukti korupsi APD sebesar Rp24 miliar.

Baca Selengkapnya
IDI Harap RPP Kesehatan Tidak Buru-Buru Disahkan, Ini Alasannya
IDI Harap RPP Kesehatan Tidak Buru-Buru Disahkan, Ini Alasannya

IDI mengimbau Kemenkes tidak terburu-buru mengesahkan RPP Kesehatan

Baca Selengkapnya
Mantan Ketua MK Hamdan Zoelva Kritisi PP Piutang Negara: Banyak Norma Bertentangan
Mantan Ketua MK Hamdan Zoelva Kritisi PP Piutang Negara: Banyak Norma Bertentangan

Hamdan menilai PP itu cacat hukum lantaran saling tumpang tindih dan inkonsisten dengan peraturan hukum lainnya.

Baca Selengkapnya
Penghapusan Mandatory Spending adalah Pengkhianatan Terhadap Konstitusi
Penghapusan Mandatory Spending adalah Pengkhianatan Terhadap Konstitusi

Gelombang penolakan RUU Omnibus Law Kesehatan kembali bergulir. Fokus utamanya adalah pengembalian mandatory spending pada RUU Omnibus Law Kesehatan.

Baca Selengkapnya