Wacana pemindahan ibukota, Jakarta daerah vital bermasalah kompleks
Merdeka.com - Wacana pemindahan ibu kota dari Jakarta kerap mencuat. Di era Jokowi-JK, wacana ini juga sempat mencuat pada 2015 lalu.
Wacana ini kembali terbuka. Gubernur Kalimantan Tengah, Sugianto Sabran menyatakan kesiapan Kalteng menjadi ibu kota negara. Hal ini diungkapkannya saat bertemu dengan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro di Kantor Bappenas, hari ini.
Dia yakin pemindahan ibu kota pemerintahan dapat mengurangi beban Jakarta yang sudah terlalu padat. Pengamat kebijakan publik dari Universitas Paramadina, Muhamad Ikhsan, menilai ada beberapa faktor utama yang membuat beban Jakarta semakin berat.
-
Bagaimana Palangka Raya dipersiapkan jadi ibu kota? Pemerintahan Soekarno pun jor-joran membangun sejumlah fasilitas di tengah kondisi negara yang baru saja merdeka. Beberapa bangunan yang didirikan di antaranya pusat kota seluas 10 x 10 kilometer persegi, gedung perkantoran, perumahan pegawai, sekolah, poliklinik, rumah sakit, pasar, hotel, dan pembangkit listrik.
-
Kenapa Palangka Raya gagal jadi ibu kota? Adapun terdapat beberapa faktor yang menyebabkan Kota Palangka Raya batal jadi ibu kota Indonesia. Pertama karena sebagian besar tanah di sana merupakan daerah gambut, sehingga kualitasnya akan sangat buruk untuk menunjang pembangunan ibu kota pemerintahan juga kebutuhan air. Kemudian, wilayah tersebut juga jauh dari pelabuhan dan harus memutar ke wilayah Sampit, Kalimantan Tengah dan Banjarmasin, Kalimantan Selatan dengan jarak masing-masing sekitar 4 jam. Pembangunan di Palangka Raya akan memakan banyak biaya, karena proses perkerasan tanah akan dilakukan berulang-ulang dan memakan waktu yang lama, sehingga pembangunan akan banyak yang tertunda.
-
Kapan Soekarno memutuskan Palangka Raya batal jadi ibu kota? Namun sebelum itu, pada 17 Juni 1964, Soekarno sempat melemparkan pernyataan bahwa penetapan Palangka Raya sebagai Ibu Kota Indonesia batal. Ini beriringan dengan keluarnya Undang-Undang No. 10 tahun 1964 tersebut.
-
Kenapa pusat pemerintahan dipindahkan ke Bagansiapiapi? Setelah banyak orang Tionghoa yang bermukim di wilayah ini, kemudian pemerintah Belanda memindahkan pusat pemerintahannya ke Bagansiapiapi.
-
Kenapa pusat kerajaan berpindah ke Malang? Baru setelah Ken Arok membunuh Akuwu Tunggul Ametung dan menikahi Ken Dedes, pusat kerajaan berpindah ke Malang.
-
Kenapa Banten Girang diduga sebagai ibu kota? Dilansir dari Indonesia.go.id, dari temuan sumber-sumber Portugis, Banten Girang sebenarnya merupakan ibu kota kerajaan tua.
"Jakarta itu kota yang rawan bencana alam dan manusia. Banjir dan ledakan populasi penduduk terutama di daerah penyangga. Lalu tidak ada antisipasi yang benar-benar serius di masa lalu. Sementara Jakarta harus jadi representasi Indonesia, jadi ibu kota bukan hal sederhana," kata Ikhsan, Rabu (11/01).
Menurutnya, sebagai pusat pemerintahan dan bisnis, DKI Jakarta adalah daerah paling vital di Indonesia. Namun, permasalahan yang begitu kompleks menghambat Jakarta untuk menjalankan peran-perannya.
"Masyarakat boleh saja berharap, tetapi harus tetap dengan akal sehat. Pemimpin bagus dan dana besar yang dimiliki tetap akan sulit selesaikan masalah. Ini sudah terlalu mengakar. Saya belum ketemu hitungannya persoalan bisa selesai dalam sepuluh tahun," katanya.
Dia berharap adanya solusi dari pemerintah pusat agar masalah Ibu Kota tidak semakin berlarut-larut. "Campur tangan pemerintah pusat sangat dibutuhkan. Masalah Jakarta adalah masalah nasional karena kita sudah pusatkan semuanya di sini. Kerusakan Jakarta akan semakin berat jika tidak ada satu langkah berani," katanya.
Pada 2015 lalu, wacana pemindahan Ibu Kota sempat mencuat kembali. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) saat itu, Andrinof Chaniago mengatakan Palangka Raya tak lagi menjadi pilihan pemerintah untuk dijadikan ibu kota negara yang baru. Sebab dinilai sudah tidak layak karena daya dukung lahan yang tidak memadai.
Andrinof menyebut dua kota lain di Kalimantan Tengah, yakni Sampit (ibu kota Kabupaten Kotawaringin Timur) dan Pangkalan Bun (ibu kota Kabupaten Kotawaringin Barat) sebagai wilayah yang cocok menjadi sasaran pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan karena jaraknya yang lebih dekat dari Pulau Jawa sehingga tidak akan sulit untuk menjaga kesinambungan.
Saat melakukan kunjungan kerja di Palangka Raya, Andrinof Chaniago yang pernah menjadi salah seorang anggota Tim Visi Indonesia 2033 yang terbentuk pada 2008 atau pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menyatakan Kementerian PPN/Bappenas sedang membuat peta jalan untuk pemindahan ibu kota negara.
"Jadi akan sangat 'urgent'. Daya dukung Pulau Jawa tidak cukup," kata Andrinof seperti dilansir dari Antara, Jakarta, (7/4/2015). (mdk/dan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Soekarno melihat Palangka Raya memiliki potensi yang kuat sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian negara.
Baca SelengkapnyaRencana untuk memindahkan ibu kota negara dari Jakarta tersebut urung terwujud di era Presiden Soekarno.
Baca SelengkapnyaBagi Anies di kalimantan sendiri juga tidak ada jaminan bebas dari masalah.
Baca SelengkapnyaMantan Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengungkapkan riset pertimbangan ibu kota pindah ke IKN.
Baca SelengkapnyaSederet alasan Mahfud MD yang akan tetap melanjutkan pembangunan IKN.
Baca SelengkapnyaAnies menilai langkah pemerintah membangun IKN tidak tepat.
Baca SelengkapnyaPramono Anung, menolak dengan tegas wacana pemindahan Balai Kota dari Jakarta Pusat ke wilayah Jakarta Utara.
Baca SelengkapnyaPramono sempat menyindir rencana yang hampir sama pernah disampaikan Ridwan Kamil saat masih menjabat Gubernur Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaPerlu ada pemerataan penduduk agar tidak jawa sentris dengan cara pindah ibu kota.
Baca SelengkapnyaSejumlah peneliti asing mengkritik rencana pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Nusantara di Kalimantan Timur.
Baca SelengkapnyaPKS sepakat dengan Anies bahwa memindahkan ibu kota tidak serta merta akan terjadi pemerataan.
Baca SelengkapnyaPramono mengatakan akan tetap mempertahankan lokasi Balai Kota di Jakarta Pusat bila menang di Pilkada Jakarta 2024.
Baca Selengkapnya