Warga Demak Tolak Penambangan Pasir Laut di Morodemak: Sudah Banyak Rumah Tenggelam
Merdeka.com - Sejumlah perwakilan warga Morodemak melakukan aksi penolakan terhadap penambangan pasir laut di Morodemak.
Penolakan penambangan dilakukan karena berdampak pada banjir rob di sepanjang pesisir Demak, sehingga mengakibatkan banyak desa-desa tenggelam dan tidak sedikit yang terpaksa harus pindah.
Perwakilan warga Morodemak, Salim mengatakan, pemerintah hingga saat ini belum sadar akan dampak dari pembangunan dan penambangan yang sembarangan tersebut.
-
Apa dampak banjir Demak? Akibatnya banjir meluas hingga ke desa lain seperti Desa Undaan Lor, Undaan Kidul, Karanganyar, dan Wonorejo. Bahkan akibat banjir, jalur pantura lumpuh total dan tergenang air sepanjang 2 km di wilayah Kecamatan Karanganyar dengan ketinggian lebih dari dua meter.
-
Apa saja dampak banjir Demak? Tak hanya itu, sejauh ini tercatat ada tiga orang meninggal dunia akibat bencana ini yaitu seorang wanita lansia, seorang pemuda usia 16 tahun, dan seorang balita berusia 18 bulan.
-
Apa yang terkena dampak banjir rob Demak? Banjir rob telah berdampak pada 23 desa, 157 fasilitas umum, 6.088 hektare lahan pertanian, dan 44.884 jiwa.
-
Apa yang terjadi akibat banjir di Demak? Jalur lalu lintas penghubung antara Kudus dengan Demak lumpuh total sejak Jumat (16/3) hingga Minggu (18/3).
-
Mengapa banjir Demak terjadi? Banjir terjadi dipicu adanya tanggul sungai yang jebol.
-
Kenapa banjir rob Demak terjadi? Dia menilai, banjir rob di Demak akibat dari kebijakan pembangunan yang tidak memperhatikan dampak lingkungan jangka panjang. Seperti penambangan pasir laut, reklamasi, hingga pengambilan air tanah secara berlebihan.
"Ini penambangan dan pembangunan yang sembarang merusak lingkungan dan sama saja dengan menenggelamkan Rakyat Pesisir Demak," kata Salim, Kamis (29/6).
Laporan Warga Tidak Digubris
Salim mengatakan, setiap tahun masyarakat sudah melaporkan permasalahan sedimentasi laut kepada pemerintah. Namun pemerintah Demak maupun Pemprov Jateng tidak memberi tanggapan maupun tindakan serius.
"Rencana penambangan yang akan digunakan untuk mengisi tanggul-tanggul di Semarang bukan merupakan solusi di saat pesisir Demak sendiri sangat membutuhkan pasir," ujar dia.
Kondisi lingkungan Demak, khususnya Morodemak, saat ini tidak membutuhkan adanya pengerukan. Namun justru perlu adanya pengurukan karena kondisinya yang semakin parah.
"Morodemak saja ini sudah banyak rumah tenggelam. Warga membutuhkan pengerukan karena akses jalan sudah tenggelam, tapi ini kok malah pasirnya mau ditambang gimana? Apa enggak kebalik," tegas dia.
Masyarakat Pesisir Demak menolak rencana penambangan pasir laut di Morodemak. Mereka juga meminta solidaritas dan dukungan dari masyarakat Demak untuk ikut menyuarakan penolakan rencana penambangan ini.
"Terus harapannya ya tolong pemerintah tolong survei, lihat langsung, terutama Pemprov Jateng, dan Demak juga. Karena bupatinya (Demak) tidak pernah datang sekalipun ke sini (Morodemak), enggak tahu dia kondisi pesisir Morodemak," ujar dia.
Dampak Penambangan Pasir Laut
Sementara itu, Manager Advokasi Kampanye Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Tengah, Iqbal Alma Gofani mengatakan bahwa penambangan pasir laut di Morodemak bisa menimbulkan banyak persoalan. Paling parah hanya bisa semakin cepat menghilangkan garis pantai.
"Hilang akibat abrasi. Kawasan mangrove juga terancam hilang. Itu dampak belum sama hilangnya wilayah tangkap nelayan dan rusaknya ekosistem laut," kata Iqbal.
Iqbal berharap pemerintah segera mencabut PP Nomor 26 Tahun 2023 tentang Pengelolaan Hasil Sedimentasi di Laut. Sebab, hal itu akan mempercepat, memperluas dan melanggengkan kerusakan di pesisir, laut dan pulau-pulau kecil.
"PP tersebut akan memperburuk kehidupan masyarakat pesisir yang tinggal di hampir 13 ribu desa pesisir di Indonesia," ujar dia.
Iqbal mengaku telah mendorong pemerintah untuk menghentikan beban kerusakan di Pantura. Yakni mulai dari beban industri, beban bangunan hingga pertambangan pasir laut.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tidak ada lagi jalan setapak menuju desa. Semua tenggelam dalam rob.
Baca SelengkapnyaBudi, salah seorang warga mengaku resah dan khawatir jika ada aktivitas tambang pasir
Baca SelengkapnyaPerubahan iklim telah membuat Dusun Rejosari Senik, yang dahulu dihuni 225 kepala keluarga (KK), kini ditinggalkan penduduknya.
Baca SelengkapnyaKampung Bulak Barat sempat direndam banjir hingga menutupi rumah-rumah warga
Baca SelengkapnyaJalan setapak, bangunan sekolah sampai lapangan bola kini berubah menjadi lautan.
Baca SelengkapnyaBanjir rob telah berdampak pada 23 desa, 157 fasilitas umum, 6.088 hektare lahan pertanian, dan 44.884 jiwa.
Baca SelengkapnyaBanjir besar itu menyebabkan Jalan Pantura Demak-Kudus lumpuh total
Baca SelengkapnyaDulu Dusun Simonet merupakan kampung yang ramai. Tapi kini tak ada satupun warga yanga bermukim di sana.
Baca SelengkapnyaWarga membacakan teks proklamasi yang berisi tentang keresahan warga terdampak rob.
Baca SelengkapnyaAir laut yang terus meninggi diduga merupakan dampak dari pembangunan.
Baca Selengkapnya