Akhirnya Cak Imin Cerita Blak-blakan Keluar Koalisi Prabowo dan Jadi Cawapres Anies
Cak Imin menceritakan awal mula memutuskan keluar koalisi Prabowo
Cak Imin menceritakan awal mula memutuskan keluar koalisi Prabowo
Akhirnya Cak Imin Cerita Blak-blakan Keluar Koalisi Prabowo dan Jadi Cawapres Anies
Bakal calon wakil presiden (Bacawapres) Muhaimin Iskandar menceritakan kisahnya ketika mempunyai firasat tidak dipilih untuk mendampingi Bacapres Prabowo Subianto.
Hal ini dia ungkapkan di hadapan para Kiai dan Bu Nyai ketika melakukan silaturahmi di Pondok Pesantren Al Aqobah Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Minggu (10/9).
Awalnya, dia bercerita ketika melakukan rapat koordinasi nasional (Rakornas) DPP PKB. Saat itu, pria yang akrab disapa Cak Imin ini mengundang Ketua DPW PKB seluruh Indonesia dan Ketua DPC secara online.
Dalam acara itu Cak Imin berpesan agar tidak membahas Pemilihan Presiden (Pilpres). Hal ini disebutnya karena ia bertanggung jawab membawa amanat Muktamar.
"Saya sebagai ketua umum yang bertanggung jawab membawa amanat Muktamar dalam Pilpres ini mengamati perkembangan setengah bulan lagi, atau maksimal sebulan lagi kita akan memutuskan apa yang terbaik buat kita dan kepentingan bangsa. Sehingga, tolong untuk Rakornas ini benar-benar hanya fokus di pemilihan legislatif," kata Cak Imin.
Bertepatan dengan Rakornas PKB, malam tersebut juga acara ulang tahun Partai Amanat Nasional (PAN) yang saat itu merupakan anggota baru dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).
Dalam acara ulang tahun PAN tersebut, juga turut dihadiri oleh seluruh anggota KKIR yang kini bernama Koalisi Indonesia Maju (KIM). Saat itu nama KKIR berganti nama menjadi KIM.
"Di tempat itu tiba-tiba koalisi KKIR, Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya tiba-tiba berganti nama tanpa ngajak bicara PKB secara detail menjadi Koalisi Indonesia Maju. Nah, konco-konco sing Rakornas niki kerungu, lalu 'loh Ini berarti koalisi Kebangkitan Indonesia Raya dinyatakan selesai, dinyatakan berganti menjadi koalisi baru'," ungkapnya.
Dengan bergantinya nama koalisi tanpa mengajak bicara partainya itu, Cak Imin menyimpulkan jika koalisi khusus bersama Prabowo-Muhaimin bisa dikatakan berakhir.
"Bahkan saya feeling aja ketemu salah satu ketua umum yang ada, saya bilang ini kayaknya, tanda-tandanya yang akan dijadikan Wapres Pak Prabowo ini bukan Ketua Umum PKB ini, enggak jelas posisinya," jelasnya.
"Karena enggak jelas saya bilang, saya lihat Pak Prabowo ini sudah cukup raupnya 20 persen lebih. Dulu kita sepakat bersama Gerindra dan PKB sama-sama butuh. Pak Prabowo butuh 20 persen, PKB butuh 20 persen. Pak Prabowo butuh calon wakil presiden, kita butuh calon presiden, saling melengkapi," sambungnya.
Dari situ, kemudian kader PKB meminta Cak Imin untuk segera mengambil langkah cepat. "Begitu pulang dari Rakornas, teman-teman seluruh Indonesia menyatakan Ketua Umum dan PKB harus mengambil langkah cepat dan tepat. Sehingga PKB tetap bisa menjadi calon presiden dan wakil presiden tahun 2024," paparnya.
"Nah penugasan baru dalam waktu cepat mengambil langkah itulah, tiba-tiba Pak Surya Paloh mengajak pertemuan makan malam. Saya mengira pertemuan ini penjajakan, seperti perjodohan ada proses yang namannya saling bertanya dan salih melihat peluang dan kemungkinan," tambahnya.
Tetapi, diskusi dalam pertemuan itu panjang lebar dengan kesimpulan Partai NasDem punya calon presiden, PKB punya calon presiden.
Kemudian, Cak Imin ditanya oleh Surya Paloh soal target PKB. Cak imin menjawab menjadi calon presiden sama seperti NasDem. Akhirnya, ketika itu dia menawarkan, apakah PKB mau untuk menjadi Cawapres.
"Saya bilang jangan bercanda, saya bilang. Saya harus lapor ke kiai-kiai dulu, saya harus sosialisasikan ke pengurus-pengurus, saya minta waktu dua hari, akhirnya saya telepon para Majelis Dewan Syuro, bahkan saya sempat mengumpulkan beberapa kiai sepuh yang ada di Jakarta," ucapnya.
"Kemudian Pak Halim saya suruh langsung pulang ke Jawa Timur, pagi-pagi keliling kiai-kiai sepuh di Jawa Timur, kabarin hasilnya maksimal jam 5 sore, apa respons dan jawaban para kiai," sambungnya.
Singkat cerita, akhirnya PKB dengan NasDem bersepakat untuk berkoalisi pada Pemilu 2024 mendatang. Kemudian, dilaksanakan deklarasi pada 2 September 2023 di Jawa Timur.
"Itulah yang kemudian akhirnya usut punya usut, diskusi punya diskusi kesimpulannya tanggal itu kemudian menyatakan sepakat NasDem dan PKB berkoalisi dan akhirnya deklarasi pada tanggal 2 September di Hotel Majapahit, Surabaya," jelasnya.
"Alhamdulillah lonjakan beritannya mengalahkan seluruh pengumuman capres-capres selama ini yang ada. Pengamat bahkan lonjakan perolehan Pak Anies ini kira-kira tinggal 13 persen lonjakan perolehan elektabilitasnya," pungkasnya.