Akui PDIP Sedih karena Jokowi, Ganjar Singgung Tragedi Kudatuli
Ganjar menegaskan masih menghormati Jokowi dan Gibran meski berbeda pilihan.
Ganjar menegaskan masih menghormati Jokowi dan Gibran meski berbeda pilihan.
Akui PDIP Sedih karena Jokowi, Ganjar Singgung Tragedi Kudatuli
Bakal calon presiden Ganjar Pranowo merespons pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang mengaku sedih karena ditinggalkan Presiden Joko Widodo dengan mencalonkan anaknya, Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden Prabowo Subianto.
Ganjar mengakui bahwa pihaknya sempat mengalami kesedihan. Meski demikian, ia tak mau lama-lama terpuruk dan langsung bangkit bergerak.
"Kesedihan itu pasti ada tapi kita enggak akan cengeng. Banteng enggak cengeng, banteng ketaton (terluka) itu langsung bergerak," ujar Ganjar di Jakarta Selatan, Minggu (29/10).
"Jadi kita tidak dalam romantisme kesedihan tapi kita harus berjuang. PDIP waktu PDI dihajar habis-habisan bahkan ada yang mati. Jangan lupa dengan Kudatuli lho ya," ujar Ganjar.
Maka dari itu, Ganjar pun menegaskan ia masih menghormati Jokowi dan Gibran karena hal itu merupakan pilihan politik masing-masing.
"Kita coba fight terus, kita enggak cengeng dengan segala apa yang terjadi dan sampai detik ini saat ini saya menghormati Pak Jokowi, menghormati Mas Gibran sebagai suatu pilihan-pilihan politik," ujar Ganjar.
Diberitakan sebelumnya, PDI Perjuangan merasakan suasana sedih dan luka hati yang perih karena telah ditinggalkan Presiden Joko Widodo. Hal itu ditandai putra Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka yang dipinang menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto.
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan, PDIP mencintai Jokowi dan keluarga. Sampai memberikan privilese yang besar. Namun, kini PDIP ditinggalkan oleh Jokowi karena permintaan yang melanggar konstitusi.
"Ketika DPP Partai bertemu dengan jajaran anak ranting dan ranting sebagai struktur Partai paling bawah, banyak yang tidak percaya bahwa ini bisa terjadi. Kami begitu mencintai dan memberikan privilege yang begitu besar kepada Presiden Jokowi dan keluarga, namun kami ditinggalkan karena masih ada permintaan lain yang berpotensi melanggar pranatan kebaikan dan Konstitusi," ujar Hasto dalam keterangannya, Minggu (26/10).PDIP awalnya berdoa supaya hal tersebut tidak terjadi. Tetapi, kini hanya bisa pasrah menerima keadaan.
"Pada awalnya kami hanya berdoa agar hal tersebut tidak terjadi, namun ternyata itu benar-benar terjadi," sambung Hasto.
Seluruh simpatisan, anggota dan kader PDIP belum selesai lelah setelah bekerja dari lima pilkada dan dua pilpres sebelumnya. Hasto mengatakan hal tersebut menjadi wujud rasa cinta kepada Jokowi.
"Pada awalnya kami memilih diam. Namun apa yang disampaikan Butet Kartaredjasa, Goenawan Muhammad, Eep Syaifullah, Hamid Awaludin, Airlangga Pribadi dll beserta para ahli hukum tata negara, tokoh pro demokrasi dan gerakan civil society, akhirnya kami berani mengungkapkan perasaan kami," kata Hasto.