Analisa Pakar Kenapa Elektabilitas Ganjar dan Ridwan Kamil Naik saat Pandemi Covid-19
Merdeka.com - Elektabilitas sejumlah kepala daerah dan tokoh nasional mengalami naik turun di masa pandemi Covid-19. Alhasil elektabilitas Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil naik, sementara Anies Baswedan dan Prabowo Subianto turun.
Direktur Eksekutif Indonesia Watch for Democracy, Endang Tirtana mengatakan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi elektabilitas pada masa penanganan virus Corona. Masyarakat, dia mengungkapkan, memperhatikan bagaimana para kepala daerah dalam penangan virus asal Wuhan, China itu.
"Ganjar dianggap sigap dengan memberdayakan industri tekstil untuk memproduksi alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis. Untuk mengatasi keterbatasan bantuan sosial dari pemerintah, Ganjar meluncurkan kebijakan jogo tonggo yang bersifat bottom-up dari masyarakat," katanya kepada merdeka.com, Selasa (23/6).
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Siapa yang memimpin Satgas Penanganan Covid-19? Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia, Presiden Jokowi menugaskan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menjadi komando dalam sektor penanganan kesehatan. Lalu dibentuklah Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Pandemi Covid-19.
-
Apa saja faktor yang mempengaruhi Pilgub Jateng? 'Peta kompetisi Pemilihan Gubernur Jawa Tengah berdasarkan temuan survei ini tampak masih cair. Semua kandidat masih berpeluang untuk saling mengungguli. Selain faktor popularitas calon, faktor Jokowi Effect, melalui tingkat kepuasan kepada presiden dapat berpengaruh,' imbuh dia.
-
Siapa yang berperan dalam pelaksanaan Pilkada di Indonesia? Pilkada memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menilai kinerja pemimpin yang sedang menjabat.
-
Bagaimana polisi dapat berkontribusi dalam penanganan Covid-19? Operasi Aman Nusa II menjadi studi kasus utama yang memperlihatkan bagaimana kepolisian, dengan sumber daya dan kapasitasnya, dapat berkontribusi signifikan terhadap penanganan krisis kesehatan publik.
-
Bagaimana Pilkada 2020 dilaksanakan di tengah pandemi? Pemilihan ini dilakukan di tengah situasi pandemi COVID-19, sehingga dilaksanakan dengan berbagai protokol kesehatan untuk meminimalkan risiko penularan.
Faktor selanjutnya adalah sikap partisan. Dia mengungkapkan, Ganjar dan Ridwan Kamil mendapatkan keuntungan dengan peralihan dukungan dari Jokowi yang tidak bisa maju lagi pada 2024. Sementara Anies harus berebut suara dengan simpatisan Prabowo hingga tokoh-tokoh seperti Agus Harimurti Yudhoyono, Sandiaga Uno dan Gatot Nurmantyo.
"Faktor ketiga adalah komunikasi publik. Tidak bisa dipungkiri bahwa isu Corona menjadi satu-satunya yang membetot perhatian publik selama tiga bulan terakhir. Ganjar dinilai berhasil mendapatkan insentif elektoral dengan sering tampil di media," jelasnya.
Hal tersebut didukung oleh hasil analisis media sosial dan daring yang dilakukan Drone Emprit dengan metode social network analysis (SNA). Endang menerangkan, dibandingkan dengan Anies dan Emil, peta media sosial menunjukkan Ganjar lebih masif dukungan dan minim yang kontra atau menyerang.
"Padahal baik Ganjar maupun Kang Emil sama-sama lebih rendah popularitasnya, tetapi sama-sama paling disukai. Berbanding terbalik dengan Anies yang memiliki audiens terbesar dan banyak pendukung sekaligus juga menjadi target serangan yang masif," ungkapnya.
"Sementara Kang Emil cenderung sendirian dalam mengangkat narasi kinerja, gaya komunikasi Ganjar yang informal didukung oleh audiens yang aktif mempromosikan kegiatannya. Pesan-pesan Ganjar sederhana tapi mengena, yaitu soal imbauan jaga jarak, cuci tangan pakai sabun, dan pakai masker," tambah Endang.
Pemilu 2024 memang masih lama, dia mengatakan, namun trend dalam tiga bulan terakhir menunjukkan perubahan signifikan dalam peta elektoral. Gerindra harus mencermati turunnya elektabilitas Prabowo, setelah sebelumnya merajai survei. Demikian pula dengan Anies Baswedan yang makin tertinggal dari Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil.
"Kinerja Anies dinilai tidak konkret dan banyak dipersoalkan publik. Anies kerap memainkan narasi-narasi besar tetapi tidak dibuktikan menjadi fakta," tutupnya.
Hasil Survei
Survei terbaru Indikator Politik Indonesia yang dirilis pada 7 Juni 2020 jika dibandingkan dengan bulan Februari 2020, elektabilitas Ganjar naik dari 9,1% menjadi 11,8%, hingga menggeser posisi Anies dari urutan kedua setelah Prabowo. Anies turun dari 12,1% menjadi 10,4% dan Prabowo dari 22,2% tersisa hanya tinggal 14,1%.
Jika melihat hasil survei lembaga lain pada Februari-Maret 2020, kenaikan elektabilitas Ganjar tampak cukup signifikan. Median mencatat angka keterpilihan Ganjar hanya sebesar 5,5%, sedangkan Indo Barometer 7,7% dan Charta Politika 10,8%.
Dari segi urutan, sebelumnya Ganjar hanya menempati posisi ketiga (Charta Politika) atau keempat (Indo Barometer dan Indikator), bahkan kelima (Median). Kini Ganjar bertengger di posisi kedua, membayangi Prabowo dan mengancam dominasi Anies sebagai penantang utama Prabowo.
Kecenderungan naiknya elektabilitas Ganjar setidaknya sudah muncul sejak sebulan sebelumnya, dari rilis hasil survei yang dilakukan oleh Index Research pada 7 Mei 2020. Dibandingkan dengan survei bulan Februari, elektabilitas Ganjar melesat dari 9,9% menjadi 14,1%.
Kenaikan tersebut juga menggeser Anies dari posisi kedua, menempatkan Ganjar di bawah Prabowo yang turun dari 21,1% menjadi 19,3%. Kenaikan serupa dialami oleh Kang Emil, yang terpotret baik dari hasil survei Indikator maupun Index Research.
Anies yang turun tipis dalam survei Index dari 13,7% menjadi 13,3% cenderung makin turun dalam rentang sebulan seperti ditunjukkan dalam survei Indikator. Hasil survei Indikator dan Index konsisten, elektabilitas Ganjar dan Kang Emil naik sedangkan Prabowo dan Anies terus menurun.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gerindra merespons soal elektabilitas Ridwan Kamil sebagai calon gubernur Jakarta masih kalah dari Anies
Baca SelengkapnyaDia memaparkan, simulasi 11 nama cawapres menempatkan RK dengan elektabilitas 30,4 persen, Erick Thohir 14,5 persen, dan Muhaimin Iskandar 13,0 persen.
Baca SelengkapnyaPartai Golkar akan memperhitungkan matang-matang untuk memajukan Prabowo-Gibran.
Baca SelengkapnyaGubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku bersyukur dirinya disebut memiliki elektabilitas tinggi sebagai calon wakil presiden (cawapres).
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil masuk radar bacawapres Ganjar dan Prabowo
Baca SelengkapnyaDalam simulasi semi terbuka, enam nama kandidat teratas yakni Ridwan Kamil (RK), Pramono Anung, Dharma Pongrekun, Suswono, Rano Karno dan Kun Wardana.
Baca SelengkapnyaCalon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 1 Ridwan Kamil menanggapi santai elektabilitas di Pilkada DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil tak mau menanggapi hasil survei berlebihan karena menurutnya angka dalam survei selalu bergerak, bisa naik dan turun.
Baca SelengkapnyaElektabilitas tiga nama besar di Pilkada Jakarta saling berkejaran
Baca SelengkapnyaSurvei terbaru Indikator Politik Indonesia menyatakan elektabilitas Ridwan Kamil dan Pramono Anung selisih tipis 3 persen saja.
Baca SelengkapnyaLitbang Kompas merilis hasil survei terbaru untuk calon gubernur di Pilkada Jawa Barat 2024.
Baca SelengkapnyaPoltracking mencatat elektabilitas Prabowo-Gibran mengalahkan Ganjar-Mahfud dan Anies-Cak Imin dengan selisih suara yang besar.
Baca Selengkapnya