'Hampir tidak ada daerah yang maju karena politik dinasti'
Merdeka.com - Masyarakat diminta untuk kritis terhadap dinasti politik di Pilkada 2018. Hal ini diungkapkan pengamat politik dari Universitas Padjajaran Firman Manan. Menurutnya, dinasti politik hanya akan menciptakan korupsi. Bahkan tidak ada daerah yang maju saat politik dinasti berkuasa.
"Di Indonesia saya hampir tidak melihat adanya daerah yang maju karena politik dinasti. Justru yang banyak terjadi adalah ditemukannya banyak kasus korupsi, sehingga daerah itu nggak maju-maju," ujar Firman kepada wartawan, Senin (28/5).
Dalam banyak kasus di Indonesia, kata dia, politik dinasti identik dengan korupsi. Politik dinasti dinilai hanya akan menghambat kemajuan dan pembangunan daerah.
-
Kenapa dinasti politik bisa melemahkan demokrasi? Menurut Arga, fenomena kuatnya dinasti politik di ranah legislatif akan terus berlanjut dan menyebabkan eksklusivitas dalam lingkup politik. Ia mengakui bahwa dinasti politik pernah terjadi pada negara-negara besar seperti Amerika. Namun menurutnya di sana masih ada proses demokrasi yang bermain. Sementara ia melihat fenomena di Indonesia adanya dinasti politik justru melemahkan demokrasi dan berpotensi meningkatkan kolusi dan nepotisme.
-
Apa dampak buruk dinasti politik bagi proses demokrasi? 'Saya kira ini menjadi salah satu konsekuensi dari anggota partai politik yang berasal dari elitis atau orang-orang dari lingkungan kekuasaan,' kata Arga dikutip dari Ugm.ac.id. Lalu bagaimana adanya politik dinasti ini mempengaruhi kualitas demokrasi di Indonesia? Berikut selengkapnya:
-
Bagaimana dinasti politik berdampak pada kualitas demokrasi di Indonesia? Didominasi Orang-Orang Politik Arga melihat, sejauh ini partai besar sekalipun didominasi oleh orang-orang dari lingkup politik, bukan dari masyarakat luas. Bahkan jabatan strategis dengan mudah diperoleh dari hubungan keluarga dan kerabat. Dampaknya semakin sulit bagi individu dari kalangan masyarakat biasa untuk ikut andil dalam politik.
-
Siapa yang menolak dinasti politik? Abu Bakar pun turut menolak secara tegas konsep dinasti politik. Hal ini terlihat dari ungkapan Abu Bakar menjelang wafatnya.
-
Siapa yang menganggap dinasti politik sebagai virus pembunuh demokrasi? Pendapat yang kurang lebih sama disampaikan Busyro Muqoddas terkait dinasti politik. Ia melihat adanya dinasti politik bisa menjadi virus pembunuh bagi demokrasi dan kedaulatan rakyat.
-
Apa itu Pilkada? Pilkada atau Pemilihan Kepala Daerah adalah proses demokratisasi di Indonesia yang memungkinkan rakyat untuk memilih kepala daerah mereka secara langsung.
Masyarakat, menurut Firman, sudah melihat kalau praktik dinasti kekuasaan hanya akan menimbulkan banyak masalah terutama korupsi. "Sehingga wajar banyak yang menolak," ujarnya.
Seperti yang diketahui, beberapa daerah melakukan pernah mengalami praktik politik dinasti seperti di Cimahi, Bandung Barat, Kendari (Sulawesi Tenggara) serta saat ini di Purwakarta di mana Dedi Mulyadi maju sebagai cawagub Jabar 2018 dan istrinya maju sebagai calon bupati Purwakarta 2018, jabatan yang pernah diisi oleh Dedi Mulyadi sebelumnya.
Selain praktik korupsi, Firman juga mengingatkan bahwa politik dinasti juga menciptakan ketidaksetaraan dalam berpolitik, karena menutup kesempatan bagi calon kepala daerah yang lain.
Kesempatan dalam mengalokasikan kekuasaan politik menjadi hilang bahkan tidak akan pernah terjadi selama dinasti politik itu berkuasa di suatu daerah.
"Proses rekrutmen jadi tertutup lantaran tidak ada kesetaraan. Kesempatan bagi calon lain menjadi sirna, pendidikan politik juga nggak jalan. Ini muncul lantaran adanya dominasi keluarga dalam politik," ujar Firman.
Dulu, kata Firman, sebenarnya sudah ada aturan UU Pilkada tentang larangan dinasti politik ini. Namun peraturan itu gugur melalui judicial review di Mahkamah Konstitusi. Akibatnya praktik politik dinasti atau kekuasaan yang turun-temurun kembali marak terjadi.
Apakah perlu aturan lain untuk membatasi praktik dinasti politik, Firman menegaskan sangat diperlukan sebuah sistem guna mengantisipasi praktik politik dinasti ini.
"Problemnya, sekarang ini kita belum punya sistem untuk mengantisipasi itu. Kalau mengingat banyaknya dampak negatif atas politik turun-temurun itu, saya ingin adanya aturan, ada pengawasan," ujarnya.
Aturan itu bisa saja melalui tenggang waktu atau periode kekuasaan bagi penguasa turun-temurun. "Ada periodenya. Ada jeda kekuasannya," tuturnya.
Misalkan satu periode dari petahana. Setelah satu periode kekuasaan, boleh saja keturunannya, atau istrinya, pamannya, atau anggota keluarga lainnya kembali berkuasa.
"Jadi ada satu periode jeda, dimana kekuasaan dipegang bukan oleh keluarga atau dinastinya. Setelah itu, baru bisa pegang lagi, tapi melalui mekanisme pemilihan yang fair, ada kesetaraan berpolitik," tutupnya. (mdk/rnd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Apakah partai politik saat ini benar-benar mewakili aspirasi rakyat dan sungguh-sungguh menjalankan aspirasi tersebut.
Baca SelengkapnyaSejumlah kalangan yang menolak Politik Dinasti memajang spanduk "Ayo Lawan Politik Dinasti" di Jakarta.
Baca SelengkapnyaSekretaris Jenderal Transparency Internasional Indonesia (TII) Danang Widoyoko melihat dengan putusan MK membuat politik dinasti semakin tumbuh subur
Baca SelengkapnyaNamun, dalam dalil penambahan syarat capres cawapres minimal punya pengalaman kepala daerah, dikabulkan oleh MK.
Baca SelengkapnyaBusyro menilai jika di Pemilu 2024 etika politik telah dikubur dan diganti dengan syahwat politik.
Baca SelengkapnyaCalon wakil presiden Mahfud Md memberikan respons terkait dinasti politik yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan publik
Baca SelengkapnyaSyaratnya adalah ada orang lain yang bukan bagian keluarga Kepala Negara tadi juga mendapatkan porsi dan hak yang sama.
Baca SelengkapnyaData-data survei opini publik digunakan dengan populasi seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum.
Baca SelengkapnyaKamhar menuturkan, polemik tentang politik dinasti ini selalu menjadi diskursus publik, utamanya menjelang pemilu dan pilkada.
Baca SelengkapnyaMenurut Mahfud, Indonesia sudah terlalu banyak menteri di dalam suatu pemerintahan.
Baca SelengkapnyaPilkades diharapkan berjalan seperti sebelumnya tanpa keterlibatan partai politik.
Baca SelengkapnyaSurvei dilakukan pada 4-11 Januari 2024 terhadap 1.220 responden. Survei dilakukan melalui teknik wawancara tatap muka
Baca Selengkapnya