Jawaban Jujur Kakak Ipar Prabowo yang Ahli Ekonomi, Lebih Pilih Makan Bergizi Gratis Daripada IKN
Jawaban Jujur Kakak Ipar Prabowo yang Ahli Ekonomi, Lebih Pilih Makan Bergizi Gratis Daripada IKN
Soedradjad diwawancara salah satu stasiun televisi nasional soal sikapnya terhadap kedua program tersebut.
Jawaban Jujur Kakak Ipar Prabowo yang Ahli Ekonomi, Lebih Pilih Makan Bergizi Gratis Daripada IKN
Anggota Dewan Pakar Tim Kemenangan Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Soedradjad Djiwandono menyatakan lebih memilih program makan siang gratis atau Makan Bergizi Gratis (MBG) dibandingkan pembangunan megaproyek Ibu Kota Nusantara (IKN).
"Sebagai seorang ekonom ya enggak bisa bohong dalam soal ini, saya mengatakan ya saya memilih makan siang bergizi. Karena saya tahu itu akan bisa dilaksanakan segera. Bahkan, kita sudah memperhitungkan secara rinci biayanya, siapa yang akan menerima," kata Soedradjad dalam Mid Year Banking and Economic Outlook Infobank di Jakarta, Selasa (2/7).
Soedradjad mengaku sebenarnya sulit menguraikan pandangannya soal IKN atau program makan siang gratis. Hal ini dikarenakan dirinya merupakan ipar dari Presiden terpilih Prabowo.
Sampai akhirnya, Soedradjad diwawancara salah satu stasiun televisi nasional soal sikapnya terhadap kedua program tersebut.
"Saya tidak hanya sudah umur 86 tetapi kebetulan saya ini kakak iparnya Presiden terpilih sehingga mau ngomong apaun jadi susah," ujar dia.
Meski memilih program makan siang, dia mengklaim tidak pernah menolak pembangunan IKN Nusantara yang digagas Presiden Jokowi.
Dia hanya memberikan catatan, pemindahan Ibu Kota semestinya dipikirkan secara matang terkait perencanaan pembangunan dan pembiayaannya.
"Saya tidak pernah saya tidak setuju Ibu Kota Baru, hanya seolah-olah setelah wawancara tersebut, saya dibilangi di medsos saya akan memisahkan antara Prabowo dan Pak Jokowi bahwa saya tidak setuju IKN,"
Sebab, menurut Soedradjad, pembiayaan dan perencanaan IKN hingga sekarang masih belum diketahui rinciannya. Bahkan, dia mengatakan belum ditemukan akses air bersih di IKN.
"Mengenai Ibu Kota baru, kita belum tahu persis biayanya sebesar apa yang akan kita harus mengeluarkan. Dan kebetulan seperti yang sekarang terpilih itu air bersih saja enggak ada. Pembiayaannya jelas luar biasa besarnya, itu sebagai ekonom ya yang saya perhatikan itu," tegas Soedradjad.
Mantan Menteri Muda perdagangan ini menilik ke belakang bahwa pemindahan Ibu Kota Negara sebenarnya bukan proyek baru.
Sejak masih menjadi Menteri pada medio 1988 hingga 1993, dia mengatakan wacana memindahkan Ibu Kota ke wilayah Sentul, Bogor.
Pemindahan ini didasari pada prediksi air laut makin naik yang dapat menyebabkan sulitnya akses air tanah di Jakarta. Sudah ada wacana untuk mendirikan Sentul sebagai pengganti dari Jakarta," papar dia.
Soedradjad lantas mencontohkan, proyek pemindahan Ibu Kota di sejumlah negara tetangga yang gagal. Salah satunya Kamboja yang membangun Ibu Kota baru di tengah hutan. Pada akhirnya, tidak ada orang yang ingin pindah ke wilayah tersebut.
Padahal, lanjut dia, gedung-gedung pemerintahan sudah dibangun pada wilayah tersebut.
Sayangnya, pegawai pemerintahan dan warga Kamboja enggan dipindah ke Ibu Kota itu.
Di balik cerita kegagalan Kamboja, kata Soedradjad, ada pula kisah sukses membangun Ibu Kota seperti yang dilakukan Malaysia. Ada contoh-contoh di negara tetangga kita bagaimana Malaysia mengubah Ibu kotanya menjadi hasil yang baik sekali," kata SOedradjad.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa program makan siang dan susu gratis akan masuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2025.
Diketahui, pemberian makan siang dan susu gratis merupakan salah satu program unggulan pasangan Calon presiden (capres) nomor urut 01 Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka.
Anggaran yang disediakan untuk program makan siang dan pemberian susu gratis tersebut berkisar Rp400 triliun. Namun, penyaluran anggaran akan dilakukan secara bertahap.