Jejak politik aliran masih ada
Merdeka.com - Pilihan partai politik berdasarkan kesamaan agama ternyata masih terjadi di Indonesia. Hasil survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menunjukkan jejak politik aliran seperti Pemilu 1955 masih ada hingga saat ini.
"Ini berbeda dengan pendapat beberapa kalangan. Survei CSIS menemukan indikasi bahwa jejak 'politik aliran' masih ada, terutama kuatnya orientasi agama pada pilihan politik," kata Kepala Departemen Politik dan Hubungan Internasional Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Philips Vermonte, di Kantor CSIS, Jalan Tanah Abang III, Jakarta Pusat, Minggu (1/12).
Menurut Philips, munculnya jejak 'politik aliran' itu saat survei CSIS mengajukan pertanyaan tentang pendapat atas keberadaan rumah ibadah agama lain di lingkungan rumah responden.
-
Kenapa Golkar unggul dibanding Gerindra dan PDIP? 'Itu sebabnya Golkar menjadi satu-satunya partai di parlemen yang jumlah kursinya lebih banyak dibanding rival yang miliki suara lebih besar. Pada 2019 lalu kalahkan Gerindra dan sekarang potensial kalahkan PDIP,' tutur Dedi.
-
Siapa yang diusung PDIP? Tri Rismaharini dengan Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans yang diusung PDIP.
-
Bagaimana PDIP menentukan sikap politiknya? 'Memberikan usulan kepada Ibu Megawati Sukarnoputri selaku ketua umum PDIP pemegang hak prerogatif kongres untuk kemudian disanalah (Rakernas) PDIP akan menentukan sikap politiknya. Akan berada di dalam atau di luar pemerintahan,' ungkapnya.
-
Apa yang Golkar dukung? Terakhir, pertemuan juga kembali menggarisbawahi dukungan terhadap kerangka kerja ASEAN Outlook on Indo-Pacific (AOIP) sebagai landasan sekaligus panduan bagi ASEAN dalam menavigasikan konstelasi politik kawasan yang dinamis.
-
Mengapa PDIP menjadi partai pemenang? PDIP berhasil menjadi partai pemenang pemilu 2019 dengan memperoleh dukungan yang signifikan dari masyarakat.
"Pemilih partai-partai nasionalis (PDIP, Gerindra, Golkar) relatif lebih toleran. Sementara pemilih partai-partai Islam cenderung menyatakan keberatan atau lebih baik tidak dalam proporsi yang lebih besar dibanding tidak keberatan," papar Philips.
Adapun hasil lengkapnya, responden dari pemilih partai PPP menduduki urutan keberatan paling tinggi, yakni 61 persen, yang menjawab lebih baik tidak 24,4 persen, dan tidak keberatan 14,6 persen. Setelah itu ikuti PBB, keberatan 60 persen, lebih baik tidak dan tidak keberatan masing-masing 20 persen.
Untuk PKS dan PKB, responden pemilihnya menyatakan keberatan masing-masing sebanyak 50 persen. Untuk PKS yang menyatakan tidak keberatan 23,7 persen dan PKB yang tidak keberatan sebanyak 14,8 persen.
Sedangkan untuk PAN yang menyatakan keberatan sebanyak 47,4 persen, Golkar 44,2 persen, Gerindra 36,6 persen, dan PDIP 35,4 persen. Untuk jawaban responden yang tidak keberatan tertinggi berasal dari Gerindra 33,7 persen dan PDIP 33 persen.
Tingginya suara keberatan keberadaan rumah ibadah lain dari responden pemilih partai-partai Islam menunjukkan masih kuatnya sentimen agama itu. Menurut Philips, mestinya sistem elektoral bisa membuat pemilih menjadi lebih moderat.
"Partai politik menjadi penting, jika pemilih yang mulanya konservatif menjadi moderat, kerena ujungnya suara mereka tersalurkan melalui partai politik. Mereka harus bisa menegosiasikan kepentingan-kepentingan itu. Pemilih makin rasional itu bisa terjadi kalau sistem partai terlembaga seperti rekrutmennya calegnya baik dan teruji. Tapi itu tidak dipakai partai, yang malah dimobilisasi partai malah isu-isu agama dan rasial masih digunakan," ujar Philips.
Survei yang dirilis CSIS itu dilakukan di 33 provinsi dan berlangsung pada 13 sampai 20 November 2013 dengan wawancara tatap muka. Jumlah sampel 1180 responden dengan tingkat kesalahan 2,85 persen dan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.
Pemilihan responden dilakukan secara acak bertingkat dan proporsi kelamin 50:50 persen untuk laki-laki dan perempuan. Proporsi responden untuk desa dan kota juga sama 50:50 persen dengan data BPS 2011.
Baca juga:
5 Survei ini prediksi PKS bakal jeblok di 2014
Survei PDB: Publik tak puas dengan penanganan macet ala Jokowi
Anis Matta pasrah PKS jadi partai Islam terburuk versi survei
Survei: PKS partai Islam paling tidak disukai
Survei: Mahfud MD paling bisa jadi pemersatu partai Islam (mdk/ren)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Poltracking menggelar survei tatap muka pada 29 Oktober-3 November 2023.
Baca Selengkapnyaapabila pemilihan legislatif dilakukan pada hari ini, PDIP menjadi partai yang paling banyak dipilih dengan 17,4 persen."
Baca SelengkapnyaGerindra unggul dengan capaian elektabilitas 21,2 persen.
Baca SelengkapnyaPDIP menilai masyarakat akan menguji gagasan bukan seberapa banyak partai gabung koalisi
Baca SelengkapnyaPSI yang diketuai oleh Kaesang Pangarep menjadi partai non parlemen yang alami lonjakan elektabilitas cukup besar.
Baca SelengkapnyaHasil Survei CSIS mengungkapkan rata-rata pemilih partai belum solid mendukung capres
Baca SelengkapnyaSementara elektabilitas PDIP dan Gerindra berada di bawah PKB.
Baca SelengkapnyaPeluang koalisi Partai Golkar dengan PDIP di Pilkada Banten semakin terbuka lebar.
Baca SelengkapnyaPDIP mengklaim sejak awal menghindari kerja sama yang didasari oleh nafsu kekuasaan semata.
Baca Selengkapnya"Jadi politik Aceh saat ini sangat dinamis dan sangat modern,” kata Wakil Ketua DPP Partai Nurlis Effendi
Baca SelengkapnyaPDIP memperoleh suara paling tinggi yakni 20,3 persen.
Baca SelengkapnyaPDIP mendapatkan perolehan paling banyak sebanyak 24,1 persen dibandingkan dengan partai politik lainnya, berdasarkan survei indikator
Baca Selengkapnya