Kisruh Partai Demokrat: Dari Jejak Pertarungan Elite dan Oligarki Parpol
Merdeka.com - Drama perebutan kepengurusan Partai Demokrat yang dibumbui gelaran Kongres Luar Biasa (KLB) di Deli Serdang, Sumatera Utara, menjadi antiklimaks dengan memilih Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko sebagai ketua umum.
Sejarah mencatat, KLB partai politik selalu menyisakan konflik internal tak berkesudahan yang penyelesaiannya bertahun-tahun. Drama selanjutnya adalah terjadi saling klaim dan saling gugat di pengadilan. Jika ini yang terjadi maka masa depan partai Demokrat menjadi suram.
Kasus Partai Demokrat bukan yang pertama walaupun sumber dan relasi konfliknya berbeda. Pengamat politik Universitas Muhammadiyah Kupang Ahmad Atang menuturkan, kondisi ini memberikan gambaran bahwa manajemen pengelolaan partai politik di Indonesia masih sangat tradisional. Sehingga tidak ada mekanisme penyelesaian konflik.
-
Kenapa dinasti politik bisa melemahkan demokrasi? Menurut Arga, fenomena kuatnya dinasti politik di ranah legislatif akan terus berlanjut dan menyebabkan eksklusivitas dalam lingkup politik. Ia mengakui bahwa dinasti politik pernah terjadi pada negara-negara besar seperti Amerika. Namun menurutnya di sana masih ada proses demokrasi yang bermain. Sementara ia melihat fenomena di Indonesia adanya dinasti politik justru melemahkan demokrasi dan berpotensi meningkatkan kolusi dan nepotisme.
-
Kenapa oligarki tidak efektif? Sistem ini telah ada sejak zaman kuno dan sampai sekarang masih menimbulkan perdebatan tentang betapa tidak efektifnya sistem tersebut. Selain karena keputusan politik hanya ditentukan oleh segelintir orang, sistem ini juga membuat masyarakat tidak ikut berpartisipasi aktif dalam politik yang ada di sebuah negara bersistem oligarki.
-
Bagaimana oligarki mempertahankan kekuasaan? Salah satu kritik utama terhadap oligarki adalah bahwa sistem ini memungkinkan kelompok kecil untuk mempertahankan kekuasaan mereka melalui kontrol terhadap sumber daya ekonomi dan politik.
-
Apa itu oligarki? Oligarki adalah sistem kekuasaan atau pemerintahan di mana kendali berada di tangan segelintir individu, kelompok, atau keluarga yang memiliki kekayaan, kekuasaan, atau pengaruh besar dalam kehidupan sosial, ekonomi, atau politik suatu negara.
-
Apa dampak buruk dinasti politik bagi proses demokrasi? 'Saya kira ini menjadi salah satu konsekuensi dari anggota partai politik yang berasal dari elitis atau orang-orang dari lingkungan kekuasaan,' kata Arga dikutip dari Ugm.ac.id. Lalu bagaimana adanya politik dinasti ini mempengaruhi kualitas demokrasi di Indonesia? Berikut selengkapnya:
-
Siapa yang mengendalikan oligarki? Dalam sistem oligarki, kekuasaan politik, ekonomi, atau sosial dikuasai oleh sekelompok kecil individu atau keluarga.
Menurutnya, konflik partai politik di Indonesia selalu diawali dengan konflik elite. Kenyataan ini menunjukkan bahwa elite politik di republik ini belum dewasa dan masih labil dalam berpolitik.
Partai politik hanya institusi demokrasi untuk mewujudkan kebaikan bersama. Oleh karena itu, partai harus menjadi sarana untuk membangun kualitas demokrasi. Bukan sebaliknya, memundurkan demokrasi.
"Konflik partai merupakan bentuk dari buruknya praktik demokrasi. Oleh karena itu, jika ingin demokrasi menjadi baik di Indonesia maka harus dilakukan perbaikan terhadap partai politik," ujarnya seperti dilansir Antara, Minggu (7/3).
Langkah ini penting karena salah satu fungsinya adalah menyediakan sumber daya untuk mengisi kepemimpinan nasional. Demokrasi di Indonesia akan baik dan berkualitas maka partai politiknya harus baik dan itu jaminannya.
Penuh pertarungan
Akademisi dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Nusa Tenggara Timur Mikhael Raja Muda Bataona mengatakan, kemelut yang terjadi di pusaran kekuasaan partai Demokrat hingga terbelah dua saat ini, bukan sebuah peristiwa aksidental. Tapi ada rekam sejarah dalam jejak pengelolaan partai ini.
"Saya membaca kemelut partai Demokrat tidak boleh direduksi hanya pada kasus KLB hari ini, tetapi harus dicek secara kronologi jejak-jejak pertarungan dan peristiwa latar, juga variabel-variabel kunci yang bermain hingga terjadinya KLB ini," kata pengajar investigatif news dan jurnalisme konflik pada Fisip Unwira Kupang ini.
Dia mengungkit residu kongres luar biasa pergantian Anas Urbaningrum. Ketika saat ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah awal mula pecahnya partai ini.
Naiknya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menggantikan Anas Urbaningrum, di mana orang-orang Anas kemudian dibabat habis adalah basis material atau sebab lainnya yang membuat kasus saat ini demikian parah dan panas.
Belum lagi dilanjutkan dengan kongres partai setahun silam yang disebut tidak demokratis. Kongres menetapkan AHY sebagai Ketua Umum adalah pemicu berikutnya yang turut serta menjadi variabel perusak harmoni partai berikutnya dari internal.
Jadi fenomena ini jika dikaji dari perspektif politik kekuasaan maka inilah wajah asli pertarungan kekuasaan di internal partai politik. Jamak terjadi dan biasa terjadi karena yang paling purba dalam urusan politik adalah pertarungan kekuasaan dan kepentingan. Di mana, secara ilmu, harus dipahami bahwa tidak ada entitas sosial politik yang sangat solid, bersatu padu dan utuh.
"Partai politik memang tidak mungkin solid. Partai apa pun pasti terfragmentasi dalam banyak faksi. Hanya saja bagaimana kepemimpinan-nya yang akan menentukan solid tidaknya partai tersebut."
Sebagai entitas politik, partai politik seperti Demokrat adalah bangunan megah yang hanya tampak kompak dan kokok dari luar. Tapi di dalam sebenarnya tidak seperti itu.
Dalam setiap partai politik, sudah menjadi hal wajib bahwa sepanjang waktu akan penuh dengan pertarungan, gesekan, kompetisi dan bahkan saling jegal antarfaksi.
Karena itu, fenomena KLB Demokrat ini dari kaca mata teori konflik, itu hal lumrah dan biasa. Tinggal manajemen kepemimpinan-nya, sebab bertarung antarfaksi itulah jati diri setiap organisasi politik.
"Hanya saja dalam kasus ini Demokrat sedang ketiban sial, sebab kepemimpinan-nya yang tidak mampu menyatukan faksi-faksi dalam partai tersebut," katanya.
Setiap ketua umum partai di segala level harusnya paham yang paling primer menjadi budaya dalam politik yaitu perebutan kekuasaan itu abadi.
Maka siapa pun pemimpin partai, harus sudah paham sejak awal bahwa tugasnya adalah memanajemen semua faksi yang saling berkompetisi bahkan saling jegal di internal partai untuk bersatu memberi yang terbaik bagi kemajuan partai.
Pesan politik
Kasus Demokrat juga memberi semacam pesan politik bahwa ke depannya, bisa saja akan terjadi fenomena merosot-nya aura oligarki politik di Indonesia. Karena faksi-faksi di internal partai saat ini mulai tidak lagi mengakui dan tunduk pada kekuatan elite di internal partai.
Kekuatan elite yang kadang disebut dalam aliran kritis sebagai oligarki partai politik ini harus diakui sebagai kekuatan pemersatu hampir semua partai di Indonesia.
Ketika oligarki yang umumnya telah menjelma menjadi elite dalam partai tersebut tidak lagi dihargai oleh semua faksi di internal partai maka jalan menuju perpecahan itu hanya menunggu waktu.
Menurutnya, meskipun hampir semua partai politik oligarki sangat kuat, tapi pada suatu titik bisa saja menjadi tak lagi berwibawa dan tak punya aura.
"Di mana ketika wibawa dan aura oligarki tersebut memudar maka perpecahan partai adalah konsekuensi-nya. Bahwa elite dalam tubuh birokrasi partai politik adalah sumber masalah yang potensial menghancurkan sebuah partai," ucapnya.
Bila konflik di Demokrat ini bisa terselesaikan dengan baik, bisa jadi Partai Demokrat meraih insentif elektoral pada Pemilu 2024. Tapi sebaliknya bila tidak terselesaikan, bisa saja PD tinggal kenangan.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
KPU akan menggelar Pemilu dan Pilkada serentak pada tahun 2024. Pemilu presiden dan caleg digelar 14 Februari, sementara Pilkada dilaksanakan pada November.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum informasi tentang apa itu oligarki, sekaligus memuat pembahasan tentang ciri dan tipenya.
Baca SelengkapnyaSistem pemerintahan oligarki memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Baca SelengkapnyaSecara konfigurasi, parpol-parpol lama masih menguasai peringkat 10 besar elektabilitas.
Baca SelengkapnyaApakah partai politik saat ini benar-benar mewakili aspirasi rakyat dan sungguh-sungguh menjalankan aspirasi tersebut.
Baca SelengkapnyaPartai Beringin tua kembali panas. Kini, giliran Airlangga Hartarto memutuskan untuk mundur dari kursi ketua umum Partai Golkar.
Baca SelengkapnyaKetua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyinggung keprihatinan konflik yang terjadi di tubuh partai politik.
Baca SelengkapnyaMegawati menilai, saat ini politik hanya digunakan untuk penggalangan kekuatan untuk kekuasaan belaka.
Baca SelengkapnyaRuginya, Demokrat akan mendapat banyak kekecewaan dari masyarakat.
Baca Selengkapnya