Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Komisioner Kena OTT Hingga Dipecat, KPU Periode Saat Ini Disebut Paling Apes

Komisioner Kena OTT Hingga Dipecat, KPU Periode Saat Ini Disebut Paling Apes Uji Publik Rancangan Peraturan Pilkada 2020. ©2019 Liputan6.com/Helmi Fithriansyah

Merdeka.com - Kornas Jaringan Pendidikan Pemilu untuk Rakyat (JPPR) Alwan Ola Riantoby menanggapi keputusan DKPP yang memecat Evi Novida Ginting dari jabatan komisioner. Keputusan tersebut menambah masalah yang terjadi di tubuh KPU.

Sebagaimana diketahui, dalam keputusannya," DKPP tidak hanya memberhentikan secara tetap Evi, tapi juga memberikan peringatan kepada sejumlah komisioner KPU. Hal ini, kata dia, patut diperhatikan secara serius.

"Saya kira (KPU) periode ini adalah periode yang paling apes lah. Karena memang OTT iya. selain OTT, dipecat lagi sekarang. Selain Bu Evi dipecat, ada peringatan keras kan. Hampir semua," kata dia kepada Merdeka.com, Kamis (19/3).

Orang lain juga bertanya?

Menurut dia, ada dua hal yang dapat dibaca dari keputusan DKPP itu. Pertama terkait profesionalitas penyelenggara pemilu yang harus dijaga. "Kedua, dalam menjalankan tugas, dengan kasus Kalbar itu, KPU kemudian merasa berbesar hati, atau berbesar kepala. Lalu tidak mau mendengar masukan dari, misalnya dari lembaga pemantau, dari Bawaslu."

Akibatnya, KPU kemudian merasa sudah menjalankan tugas sesuai dengan ketentuan. Meskipun pada faktanya tidak demikian. "Kondisi ini menunjukkan soal kepentingan komisioner masih ada, kenapa kemudian tidak menjalankan rekomendasi Bawaslu. Kalau soal salah menafsirkan saya kira sangat keliru. Karena ini komisioner. Soal pengetahuannya sudah oke," kata dia.

Mekanisme Rekrutmen Dipertanyakan

Dia pun menyoroti mekanisme rekrutmen komisioner KPU. Titik fokus dia arahkan pada panitia seleksi (pansel). Rekrutmen komisioner harus dimulai dengan memperhatikan siapa saja yang masuk dalam pansel.

"Saya kita di tim seleksi ini perlu diperhatikan. Jangan pada saat menentukan tim seleksi sudah ada kepentingan-kepentingan sehingga proses rekrutmen kemudian bermasalah. Pola rekrutmen kita ini keliru kerena memilih orang-orang yang lemah. Memilih orang yang lemah sehingga bisa diuruslah oleh partai, oleh kepentingan politik lain," tukasnya.

"Orang-orang yang bisa dibangun konspirasi dan konsensus-konsensusnya. Tapi kalau memilih orang-orang yang berani saya kira tidak akan terjadi seperti kasus Wahyu Setiawan, seperti Evi Novida Ginting ini," imbuhnya.

Dia mengatakan masalah yang terjadi bisa saja berdampak negatif, yakni turunnya tingkat kepercayaan publik kepada kerja-kerja yang dijalankan KPU.

"Secara moral dan dalam pendekatan politik saya kira muncul konspirasi baru bahwa KPU sebelum pelaksanaan dan penetapan hasil, mereka sudah banyak dicurigai oleh publik kan. Lalu hari ini terbukti, ada fakta, kita rasakan ada pemecatan ada OTT, ini justru akan menurunkan kepercayaan publik, integritas penyelenggara, khususnya KPU," lanjut dia.

Karena itu, dia mengumpamakan keputusan DKPP laksana wabah yang menggerogoti bahkan bisa saja membunuh kepercayaan publik. Hal tersebut, jelas berlawanan dengan upaya-upaya yang dilakukan berbagai elemen masyarakat demi terciptanya pemilu yang bersih.

"Karena pada satu sisi misalnya teman-teman JPRR atau lembaga lain, kita bicara soal pendidikan pemilih. Kita minta pemilihnya untuk tidak menerima uang dalam politik uang, tapi pada lain hal penyelenggaranya jadi begini. Kekhawatiran kita orang jadi antipati pada proses pemilihan nanti," terang dia.

Pengamat politik Adi Prayitno pun menitikberatkan pada proses rekrutmen. Putusan DKPP tidak hanya menjadi bahan evaluasi bagi penyelenggara pemilu, melainkan juga bagi semua elemen masyarakat. Dia mendorong berbagai kelompok civil society dan LSM untuk berani membedah dan mempublikasikan rekam jejak para calon komisioner.

Pansel pun harus diisi oleh orang-orang yang memiliki track record bagus. Juga dapat dipastikan memiliki integritas. Dengan begitu, calon-calon komisioner yang disodorkan untuk dipilih DPR benar-benar berkualitas.

"Kan problemnya sering kali yang jadi panselnya rada-rada genit, afiliatif terhadap salah satu kekuatan politik. Ke depan harus ada pansel, kalangan profesional, tidak pernah bersinggungan dengan kekuatan politik manapun."

"Dalam bayangan saya siapa orang-orang itu, seperti Romo Magnis-Suseno, Buya Syafii Maarif. Orang yang hidupnya tulus untuk mengabdi pada negara. Merekalah yang semestinya jadi pansel. Bukan orang-orang yang dulu pernah jadi politisi, sekarang jadi independen. Bukan. Harus dihilangkan," tutur dia.

Dia pun membantah bahwa masalah yang terjadi di tumbuh KPU bakal berdampak pada turunnya legitimasi moral atas hasil pemilu lalu. Misalnya hasil pilpres, dimana Joko Widodo dan Ma'ruf Amin keluar sebagai pemenang.

"Enggak ada kalau itu. Untuk konteks pilpres, 01 sudah melalui semua tahapan pemilu. Ada beberapa sengketa ada pengaduan dan ending-nya ditandatangani oleh pihak yang bertarung, Jokowi dan Prabowo. Artinya tidak ada sedikitpun cacat hukum, cacat politik yang bisa mendelegitimasi hanya dengan dua kasus KPU ini. Apa lagi simbol 02 sudah merapat ke kekuasaan," terang Adi.

Penyelenggara harus Fair

Secara terpisah, Wakil Ketua Komisi II Arwani Thomafi mengatakan, putusan DKPP terhadap sejumlah komisioner KPU memberi pesan penting bahwa penyelenggaraan pemilu itu tidak hanya soal aspek teknis semata. Namun menyelenggarakan pemilu secara fair, adil dan bertanggung jawab juga merupakan hal yang elementer dalam penyelenggaraan pemilu.

"Jadi, persoalan integritas merupakan hal yang prinsip dalam penyelenggaraan pemilu," ujar dia kepada wartawan.

Menyikapi putusan DKPP ini, komisioner KPU yang masih tersisa harus segera melakukan perbaikan secara mendasar dengan membuktikan integritasnya. Khususnya dalam melaksanakan Pilkada serentak pada September 2020 mendatang.

"Berikan jaminan kepada peserta pilkada bahwa pelaksanaan Pilkada mendatang diselenggarakan dengan dasar integritas yang dapat dipertanggungjawabkan baik secara hukum maupun moral," tegas dia.

Komisioner KPU harus memanfaatkan momentum ini untuk membentuk sistem pengawasan di internal. Kasus yang menimpa Wahyu Setiawan dan putusan terakhir DKPP ini, lanjut dia, mengonfirmasi belum maksimalnya sistem pengawasan di internal KPU yang baik.

"KPU harus membuat peta jalan (road map) integritas di internal KPU yang bisa operasional di lapangan. Bukan road map yang hanya di atas kertas semata," ungkapnya.

Selain itu, politikus PPP ini pun mendorong Presiden untuk segera melakukan pergantian antar waktu terhadap komisioner KPU yang diberhentikan oleh DKPP. Langkah tersebut demi efektivitas KPU dalam rangka menyambut pilkada serentak September 2020 mendatang.

Anggota Komisi II dari fraksi PKS Mardani Ali Sera pun mengapresiasi langkah yang diambil DKPP. Dia meminta agar KPU segera memberikan tanggapan dan penjelasan terkait keputusan tersebut.

"KPU perlu memberi tanggapan secara resmi atas keputusan ini karena semua mendapat sanksi. Seolah keputusan KPU pada kasus ini salah secara kelembagaan," ujar dia.

"Ketiga, publik perlu mengawal kasus ini agar ke depan penyelenggara pemilu perlu dijaga integritas dan netralitasnya," tandasnya.

(mdk/bal)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Catatan Kelam Komisioner KPU: Dari Korupsi sampai Berbuat Asusila
Catatan Kelam Komisioner KPU: Dari Korupsi sampai Berbuat Asusila

Hasyim pun dipecat dan menerima putusan DKPP karena berbuat asusila.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Ragam Reaksi Keras Ketua KPU Dipecat Akibat Asusila dari Jokowi dan Ma'ruf Amin
VIDEO: Ragam Reaksi Keras Ketua KPU Dipecat Akibat Asusila dari Jokowi dan Ma'ruf Amin

Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), Hasyim Asy'ari resmi diberhentikan dari jabatannya oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP).

Baca Selengkapnya
Respons KPU Dituding DPR 70 Persen Komisioner Tak Layak
Respons KPU Dituding DPR 70 Persen Komisioner Tak Layak

Sebelumnya Wakil Ketua Komisi II DPR RI Junimart Girsang menyebut 70 persen komisioner KPU se-Indonesia tidak layak.

Baca Selengkapnya
FOTO: Momen Ketua KPU Hasyim Asy'ari Angkat Bicara Usai Resmi Dipecat DKPP karena Tindak Asusila
FOTO: Momen Ketua KPU Hasyim Asy'ari Angkat Bicara Usai Resmi Dipecat DKPP karena Tindak Asusila

Hasyim Asy'ari resmi dipecat DKPP dari jabatannya sebagai Ketua KPU karena terlibat kasus dugaan tindak asusila.

Baca Selengkapnya
KPU Diminta Berbenah Usai DKPP Pecat Hasyim Asy'ari Akibat Kasus Asusila
KPU Diminta Berbenah Usai DKPP Pecat Hasyim Asy'ari Akibat Kasus Asusila

Pemberhentian dilakukan karena DKPP meyakini Hasyim terbukti melanggar etik berat akibat perbuatan asusila.

Baca Selengkapnya
Respons KPU Terkait Putusan DKPP soal Pemecatan Hasyim Asy'ari Karena Asusila
Respons KPU Terkait Putusan DKPP soal Pemecatan Hasyim Asy'ari Karena Asusila

Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Hasyim Asy'ari dipecat buntut kasus dugaan asusila.

Baca Selengkapnya
Sah, Mochammad Afifuddin Resmi jadi Ketua KPU Definitif
Sah, Mochammad Afifuddin Resmi jadi Ketua KPU Definitif

Komisi Pemilihan Umum resmi menetapkan Mochammad Afifuddin sebagai ketua KPU RI definitif.

Baca Selengkapnya
Wamendagri Bela KPU yang Dituding Mahfud MD Tak Layak Jadi Penyelenggara Pemilu
Wamendagri Bela KPU yang Dituding Mahfud MD Tak Layak Jadi Penyelenggara Pemilu

Ketua KPU Hasyim Asy'ari sudah dipecat karena kasus asusila.

Baca Selengkapnya
Timnas AMIN ingin Bawaslu Tindaklanjuti Putusan DKPP Terhadap Ketua KPU
Timnas AMIN ingin Bawaslu Tindaklanjuti Putusan DKPP Terhadap Ketua KPU

Pelanggaran terhadap enam anggota KPU lainnya ini dikarenakan menerima pendaftaran Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya
Terungkap! Segini Gaji Hasyim Asy'ari, Ketua KPU yang Dipecat DKPP Akibat Kasus Asusila
Terungkap! Segini Gaji Hasyim Asy'ari, Ketua KPU yang Dipecat DKPP Akibat Kasus Asusila

Hasyim dipecat terkait kasus asusila yang dilaporkan anggota PPLN Den Haag, Belanda berinisial CAT.

Baca Selengkapnya
Ketua KPU Hasyim Asy'ari Dipecat Karena Asusila, TKN Prabowo: Bukti Jokowi Tidak Backup
Ketua KPU Hasyim Asy'ari Dipecat Karena Asusila, TKN Prabowo: Bukti Jokowi Tidak Backup

TKN Prabowo menilai keputusan Dewan Kehormatan Penyelenggara (DKPP) memecat Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari tepat.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Kata-kata Afifudin Jadi Plt Ketua KPU Gantikan Hasyim
VIDEO: Kata-kata Afifudin Jadi Plt Ketua KPU Gantikan Hasyim "Innalillahi Wainnailaihi Rojiun"

Komisioner KPU melakukan rapat pleno memutuskan Pelaksana Tugas Ketua KPU setelah Hasyim Asy'ari diberhentikan karena kasus asusila

Baca Selengkapnya