Pemilu di Madura dinilai masih rawan kecurangan
Merdeka.com - Pemilu di kawasan Madura, baik pemilihan presiden maupun kepala daerah, patut mendapat pengawasan ekstra. Sebab, di pelbagai gelaran pesta demokrasi di 'Pulau Garam' ini, sering terjadi kecurangan secara massif, sistemik, dan terstruktur.
Tengok saja di dua edisi Pilgub Jawa Timur (2008 dan 2013), kemenangan Khofifah Indar Parawansa selalu terhenti di Madura. Bahkan sempat melakukan coblosan ulang dan hasilnya tetap memenangkan pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf (KarSa).
Pun begitu saat Pilpres 2014 lalu. Joko Widodo (Jokowi) yang saat ini menjadi presiden, keok di hampir seluruh daerah Madura yang memenangkan Prabowo Subianto 100 persen.
-
Dimana pelanggaran pemilu bisa terjadi? Pelanggaran pemilu dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti penyebaran berita palsu atau hoaks, intimidasi terhadap pemilih, pencurian atau manipulasi suara atau penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan politik.
-
Dimana pelanggaran administrasi pemilu bisa terjadi? Pelanggaran administrasi pemilu adalah pelanggaran terhadap tata cara, prosedur, dan mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pemilu dalam setiap tahapan penyelenggaraan pemilu.
-
Mengapa pelanggaran pemilu berbahaya? Pelanggaran pemilu mencakup berbagai tindakan yang dapat merusak keabsahan suara dan mengancam prinsip demokrasi.
-
Mengapa pengawasan pemilu sangat penting bagi demokrasi di Indonesia? Pengawasan merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga integritas, transparansi, dan keadilan dalam proses pemilihan umum. Dengan adanya pengawasan yang baik, proses pemilu akan berjalan secara fair dan tidak terjadi manipulasi atau kecurangan.
-
Bagaimana cara menangani pelanggaran pemilu? Penanganan perkaranya dilakukan oleh Bawaslu dan kepolisian.
-
Apa itu Pemilu? Pemilu adalah sarana penyelenggaraan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
"Dalam beberapa kali gelaran Pemilu, fenomena perolehan suara 100 persen itu tidak aneh di Madura. Bahkan saksipun bisa jadi tidak memilih partai atau kandidat yang didukung," kata peneliti Surabaya Survey Center (SSC), Surokim Abdussalam, Sabtu (12/8).
Menurut Surokim, untuk meminimalisasi potensi kecurangan hasil Pemilu, termasuk Pilgub Jawa Timur 2018 nanti, perlu ada pengawasan ekstra ordinary secara masif di Pulau Madura.
"Khusus Pemilu di Madura, dibutuhkan banyak lembaga pengawas, termasuk pengawas ekstra ordinary secara massif dan menjangkau semua kawasan termasuk wilayah kepulauan," imbaunya.
Dosen Ilmu Komunikasi Politik Universitas Trunojoyo, Madura ini menegaskan, dalam pengawasan ekstra itu, perlu juga melibatkan aparat keamanan. Mengingat, selama ini masyarakat memiliki respek yang tinggi terhadap pihak keamanan, khususnya dari TNI.
Surokim juga menyebut, secara kultural, pemilih tradisional di Madura sangat patuh pada patronnya, khususnya para kiai. Para kiai, kata Surokim, memiliki pengaruh kuat dan sangat ditaati oleh semua kelompok, tanpa terkecuali para 'bandar' suara.
"Simpul operator sebenarnya ada di elite-elite pemimpin lokal, khususnya didesa," katanya.
Masih kata Surokim, karakter masyarakat Madura sangat menjaga harga diri. Maka, jika ada penegakan hukum serius sebagaimana dilakukan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) akan bisa menjadi shock theraphy.
Selain itu, juga bisa meminimalisasi kecurangan di level desa, kecamatan, dan KPUD (Komisi Pemilihan Umum Daerah). "Secara kultur memang agak sulit menghapus praktik ini. Butuh extra policy dan ekstra body untuk meminimalisasi kuasa dominan elite lokal ini," katanya.
"Nah, melalui berbagai upaya pengawasan dan edukasi politik, diharapkan akan terjadi perbaikan dari dalam diri masyarakat mengenai perlunya Pemilu demokratis sesuai dengan aspirasi masyarakat," tutupnya.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tiga pengelompokan yang dimaksud antara lain, wilayah yang sangat rawan, wilayah rawan, dan wilayah kurang rawan.
Baca SelengkapnyaPuan mengatakan Pemilu tahun ini penuh kecurangan yang sistematis, terstruktur dan massif.
Baca SelengkapnyaKerawanan tinggi potensial terjadi pada tahapan kampanye dan proses pemungutan suara.
Baca SelengkapnyaKetua Tim Penjadwalan Tim Pemenangan Nasional Ganjar-Mahfud Aria Bima menyoroti banyaknya kecurangan pada Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaPelanggaran administrasi pemilu adalah pelanggaran terhadap tata cara, prosedur, dan mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pemilu.
Baca SelengkapnyaBawaslu DKI telah memetakan tiga kategori kerawanan yang terjadi di Pilgub DKI Jakarta yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Baca SelengkapnyaDiketahui, wacana Pilkada serentak 2024 dipercepat terus bergulir. Ada usulan Pilkada dimajukan September dari semula digelar November 2024.
Baca SelengkapnyaKepala desa biasanya memiliki hubungan dengan petahana sehingga dapat mendobrak atau mengurangi suara politisi tersebut.
Baca SelengkapnyaBawaslu mengatakan politik uang dan netralitas ASN menjadi kerawanan Pilkada 2024
Baca SelengkapnyaMahfud beserta jajaran di Kemenkopolhukam berharap kontestasi Pemilu 2024 dapat berjalan dengan jujur, adil, damai.
Baca SelengkapnyaMardiono mengatakan seluruh pihak harus menjaga dan mengawasi proses jalannya pesta demokrasi di 2024 mendatang.
Baca SelengkapnyaMenurut Mahfud, kecurangan pemilu dari tahun 2019 dan 2024, lebih terstruktur, sistematis dan massif
Baca Selengkapnya