Yorrys akui Golkar di bawah Setnov sulit konsolidasikan kader
Merdeka.com - Ketua Korbid Politik, Hukum dan Keamanan Partai Golkar Yorrys Raweyai mengakui pengurus DPP di bawa kepemimpinan Setya Novanto kesulitan mengonsolidasikan seluruh elemen partai mulai dari tingkat pusat hingga ke daerah.
Yorrys menyebut, tugas konsolidasi merupakan amanat dari Munaslub 2016. Tujuannya demi rekonsiliasi di tubuh Partai Golkar yang 2 tahun belakangan diterpa konflik.
"Ini memang kesepakatan pertama yang memang sudah diwacanakan sebelum akhir 2016 harus konsolidasi semua. Ternyata emang tidak mudah, apalagi ini mengkonsolidasikan 34 tingkat provinsi kemudian 500-an tingkat II dengan berbagai macam persoalan ini kan rekonsiliasi," kata Yorrys di Hotel Puri Denpasar, Kuningan, Jakarta, Minggu (21/5).
-
Siapa ketua umum Partai Golkar saat ini? Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Partai Golkar ke-11 sejak pertama kali dipimpin Djuhartono tahun 1964.
-
Kenapa Golkar harus konsolidasi? “Saya instruksikan kepada seluruh partai Golkar di Indonesia. Sekarang sedang disusun berdasarkan nomor urut dan pemilu sudah system terbuka, sehingga dengan demikian sudah waktunya sekarang untuk langsung bergerak, konsolidasi di akar rumput, rebut hati rakyat,“ katanya.
-
Siapa Ketua Umum Partai Golkar? Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto bersilaturahmi dengan pimpinan ormas Hasta Karya atau pendiri, ormas yang didirikan, dan organisasi sayap partai berlambang pohon beringin, Minggu (6/8/2023).
-
Siapa yang memimpin Golkar? Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mendampingi Presiden Joko Widodo yang memimpin jalannya KTT di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, Rabu (6/9).
-
Bagaimana Golkar dapat mengonsolidasikan suara? “Rata-rata kami mempunyai 5 juta kader, jadi kalau dikalikan 10 saja, bisa menghitung, paling tidak ada 50 juta suara yang bisa kami konsolidasikan dari Hasta Karya ini,“ Diketahui, Partai Golkar memiliki sepuluh ormas.
Yorrys mengklaim, langkah konsolidasi di tingkat pusat relatif berhasil. Sayangnya, upaya konsolidasi belum maksimal karena pengurus dan kader di beberapa daerah masih bergejolak karena perbedaan pandangan.
"Kalau di tingkat atas ini relatif sudah bisa menerima proses walaupun ada perbedaan. Tapi kalau di tingkat bawah ini kan di tingkat I dan II ini. Kalau tingkat II karena pemahamannya saja kan seperti di Lampung ada gejolak, di Kalbar, Sumut dan Aceh sudah relatif baik," terangnya.
Oleh karena itu, kata Yorrys, Partai Golkar akan mengevaluasi masalah konsolidasi dari pusat ke daerah itu dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas).
"Kita dorong Golkar ini lakukan refleksi pada Oktober kemudian refleksi akhir tahun. Nah Rapimnas ini salah satu juga evaluasi itu," ujar Yorrys.
Selain melakukan evaluasi, kata dia, dalam Rapimnas itu juga akan dibahas soal proyeksi dan persiapan menyambut agenda politik ke depan seperti Pilkada 2018 dan Pemilu Serentak.
"Kemudian mempersiapkan karena kita mulai Juni sudah harus proses-proses kemudian Agustus-Oktober verifikasi faktual kemudian Oktober-Desember itu sudah mulai proses penjaringan caleg, partai kan harus konsolidasi, samakan persepsi kemudian apa yang harus kita kedepankan sesuai target-target," pungkasnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar Akbar Tanjung menyampaikan sejumlah cacatan refleksi satu tahun kepemimpinan Ketua Umum Setya Novanto. Akbar menilai, konsolidasi di internal Partai Golkar belum berjalan, padahal kepemimpinan Novanto telah berjalan satu tahun. Novanto dinilai belum bisa menyampaikan amanat dan produk Munaslub 2016 kepada seluruh kader Golkar.
"Hasil munaslub, yang saya ketahui belum didistribusikan secara total, produk munas belum diketahui anggota, kader, termasuk yang di dewan. Boleh dikatakan konsolidasi belum berjalan padahal sudah setahun," kata Akbar di acara yang sama.
Akbar juga menganggap, Novanto melakukan upaya komunikasi ke daerah-daerah untuk menyolidkan seluruh unsur partai. Sayangnya, hasil dari upaya Novanto itu belum terlihat hingga sekarang.
"Novanto mencoba melakukan komunikasi daerah belum lihat mempengaruhi soliditas partai, konsolidasi partai ternyata tidak," tegasnya.
Belum terkonsolidasinya internal partai dengan baik, kata dia, terlihat dari banyaknya Pelaksana tugas (Plt) DPD-DPD yang berasal dari pengurus pusat.
"Banyak DPD 1 dipimpin Plt dari pusat, ini memperlihatkan belum terkonsolidasi dengan baik dan mekanisme orangsisas," ujar Akbar. (mdk/rnd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Internal Golkar kembali panas jelang Munas pemilihan ketua umum
Baca SelengkapnyaAirlangga mengingatkan agar seluruh kader Partai Golkar merapatkan barisan.
Baca SelengkapnyaAgung Laksono menyindir sejumlah pengurus Partai Golkar yang merangkap jabatan.
Baca SelengkapnyaDalam penyusunan kabinet antar partai politik pengusung Prabowo tak saling rebutan
Baca SelengkapnyaMunaslub Golkar dilakukan oleh Faksi Kecil yang bermain di tikungan terakhir jelang Pemilu 2024
Baca SelengkapnyaJokowi membantah ikut cawe-cawe soal isu Munaslub Golkar.
Baca SelengkapnyaSenior Golkar Musfihin Dahlan mengusulkan Jokowi menjadi Ketua Umum Golkar bersama Bahlil Lahadalia sebagai Sekjen.
Baca SelengkapnyaJK sebut Golkar telat dalam menentukan arah koalisi pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Baca SelengkapnyaPartai Beringin tua kembali panas. Kini, giliran Airlangga Hartarto memutuskan untuk mundur dari kursi ketua umum Partai Golkar.
Baca SelengkapnyaDia menyebut tak menjamin Airlangga akan terpilih menjadi ketua umum kembali.
Baca SelengkapnyaJK menegaskan untuk dapat menjadi Ketua Umum Partai Golkar perlu modal yang cukup banyak.
Baca SelengkapnyaGolkar mulanya berharap Prabowo Subianto merestui Airin Rachmi Diany sebagai calon Gubernur Banten.
Baca Selengkapnya