Orang Tua Wajib Waspada! Kenali Gejala dan Akibat Kurang Zat Besi pada Balita
Kekurangan zat besi pada balita akan menyebabkan anemia dan orang tua harus memperhatikan hal ini.

Anemia adalah kondisi di mana tubuh kekurangan sel darah merah sehat yang cukup untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh. Salah satu bentuk anemia yang paling umum adalah anemia akibat kekurangan zat besi, yang dikenal dalam istilah medis sebagai iron deficiency anemia. Kondisi ini terutama berisiko pada bayi dan balita karena kebutuhan zat besi mereka yang tinggi selama masa pertumbuhan yang cepat.
Penyebab Anemia Akibat Kekurangan Zat Besi
Zat besi adalah mineral penting yang membantu tubuh memproduksi sel darah merah. Tanpa cukup zat besi, tubuh tidak dapat memproduksi hemoglobin yang cukup, komponen dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh.Beberapa penyebab utama anemia akibat kekurangan zat besi pada bayi dan balita meliputi:
- Asupan Zat Besi yang Tidak Memadai
Pola makan yang kurang mengandung zat besi adalah penyebab utama. Bayi yang mulai mengonsumsi makanan padat tetapi tidak mendapatkan cukup zat besi dari sumber makanan seperti daging, ikan, telur, dan sayuran berdaun hijau berisiko lebih tinggi mengalami anemia.
- Pertumbuhan Pesat
Selama masa bayi dan balita, tubuh berkembang pesat, sehingga membutuhkan zat besi lebih banyak. Bayi lahir dengan cadangan zat besi di tubuhnya, tetapi cadangan ini cepat habis dalam beberapa bulan pertama kehidupan, terutama jika tidak diimbangi dengan asupan zat besi yang memadai.
- Konsumsi Susu Sapi Sebelum Waktunya
Bayi di bawah usia 12 bulan yang diberi susu sapi sebagai pengganti ASI atau susu formula cenderung lebih rentan mengalami anemia. Hal ini karena susu sapi:
- Mengandung zat besi dalam jumlah yang sangat sedikit.
- Dapat menyebabkan kehilangan darah kecil dari usus.
- Menghambat penyerapan zat besi dari makanan lain.
- Kebiasaan Minum Susu Berlebihan pada Balita
Anak-anak di atas usia 1 tahun yang minum terlalu banyak susu sapi cenderung mengurangi asupan makanan lain yang kaya zat besi, sehingga menempatkan mereka dalam risiko kekurangan zat besi.
Gejala Anemia pada Balita

Gejala anemia bervariasi tergantung pada tingkat keparahannya. Pada anemia ringan, bayi atau balita mungkin tidak menunjukkan gejala yang jelas. Namun, saat kadar zat besi dan jumlah sel darah merah menurun lebih jauh, gejala berikut dapat muncul:
- Iritabilitas
Anak mungkin menjadi lebih rewel atau sulit diatur.
- Kelelahan atau Kelemahan
Anak terlihat lemah, mudah lelah, atau tidak seaktif biasanya.
- Nafsu Makan Menurun
Anak mungkin menolak makan atau menunjukkan ketidaktertarikan terhadap makanan.
- Pica
Anak mungkin mengembangkan kebiasaan makan benda-benda yang tidak biasa, seperti tanah, kapur, atau kertas.
- Sesak Napas dan Pusing
Pada kasus yang lebih serius, anak mungkin mengalami kesulitan bernapas atau sering merasa pusing.
Gejala tambahan pada anemia berat meliputi:
- Kuku Rapuh dan Kulit Pucat
Kuku anak menjadi rapuh atau terbelah, dan kulit mereka tampak pucat.
- Mata Berwarna Kebiruan atau Pucat
Bagian putih mata anak mungkin terlihat kebiruan atau pucat.
Pencegahan dan Pengobatan

Mencegah anemia akibat kekurangan zat besi memerlukan perhatian terhadap pola makan dan kebiasaan makan anak. Beberapa langkah yang dapat diambil adalah:
Memberikan ASI atau Susu Formula yang Diperkaya Zat Besi
Bayi yang disusui memerlukan zat besi tambahan melalui MPASI (Makanan Pendamping ASI) mulai usia 6 bulan. Jika bayi diberikan susu formula, pilihlah yang diperkaya dengan zat besi.
Memperkenalkan Makanan Kaya Zat Besi
Saat bayi mulai makan makanan padat, tambahkan makanan kaya zat besi ke dalam menu mereka, seperti:
- Daging merah
- Hati ayam
- Sereal yang diperkaya zat besi
- Sayuran berdaun hijau gelap seperti bayam dan brokoli
Membatasi Susu Sapi
Setelah anak berusia 1 tahun, batasi konsumsi susu sapi hingga maksimal 2 cangkir per hari (sekitar 470 ml) untuk mencegah pengurangan asupan makanan lain yang kaya zat besi.
Mengombinasikan Zat Besi dengan Vitamin C
Vitamin C membantu penyerapan zat besi dari makanan. Berikan buah-buahan seperti jeruk, stroberi, atau mangga bersamaan dengan makanan kaya zat besi.
Konsultasi dengan Dokter
Jika anak menunjukkan gejala anemia, segera konsultasikan ke dokter. Pemeriksaan darah sederhana dapat memastikan diagnosis. Dokter mungkin akan meresepkan suplemen zat besi jika diperlukan.
Anemia akibat kekurangan zat besi adalah kondisi yang umum terjadi pada bayi dan balita, tetapi dapat dicegah dan diobati dengan langkah-langkah yang tepat. Pola makan yang sehat, memperhatikan asupan zat besi, dan membatasi konsumsi susu sapi yang berlebihan adalah kunci utama dalam mencegah kondisi ini.
Penting bagi orang tua untuk memahami kebutuhan nutrisi anak mereka, terutama selama masa pertumbuhan yang cepat, serta untuk segera mengidentifikasi dan menangani gejala anemia. Dengan perawatan yang tepat, anak dapat tumbuh sehat dan berkembang optimal tanpa hambatan dari kekurangan zat besi.4o