Benarkah Vasektomi Bisa Pengaruhi Ejakulasi Pria?
Tindakan metode KB dengan vasektomi tidak memengaruhi ejakulasi pria.
Vasektomi merupakan pilihan kontrasepsi bagi pria. Salah satu pertanyaan dari metode ini adalah apakah pria tetap bisa ejakulasi?
-
Bagaimana vasektomi mempengaruhi fungsi seksual? Vasektomi tidak memengaruhi kinerja seksual atau libido pria.
-
Mengapa vasektomi tidak memengaruhi ereksi? Mekanisme vasektomi tidak memengaruhi produksi hormon testosteron, libido, maupun kemampuan ereksi pria.
-
Apa saja efek samping vasektomi? Salah satu efek samping umum yang sering terjadi setelah prosedur vasektomi adalah nyeri atau ketidaknyamanan pada area pangkal paha atau testis.
-
Apa itu vasektomi? Vasektomi adalah prosedur medis yang dilakukan pada pria untuk mencegah kehamilan secara permanen. Prosedur ini melibatkan pemotongan atau pengikatan saluran sperma (vas deferens) yang membawa sperma dari testis ke uretra. Dengan cara ini, sperma tidak dapat bercampur dengan cairan semen, sehingga ketika seorang pria ejakulasi, cairan yang keluar dari pria tidak mengandung sperma dan tidak dapat membuahi sel telur wanita.
-
Kenapa pria memilih vasektomi? Prosedur vasektomi biasanya dilakukan sebagai bentuk kontrasepsi permanen bagi pria yang yakin tidak ingin memiliki anak lagi.
-
Bagaimana vasektomi bekerja? Prosedur ini secara permanen menghentikan aliran sperma dari testis ke saluran reproduksi pria.
Benarkah Vasektomi Bisa Pengaruhi Ejakulasi Pria?
Sambil tersenyum, dokter spesialis urologi Irvan Octavian menjelaskan bahwa para suami tidak perlu khawatir mengenai prosedur vasektomi, yang lebih dikenal sebagai Metode Operasi Pria (MOP). Prosedur ini melibatkan pemotongan dan penyegelan saluran yang mengangkut sperma ke air mani.
"Ejakulasi itu yang paling tinggi adalah keluarnya cairan gula yang dihasilkan oleh vesikula seminalis atau tempat penghasil gulanya. Kemudian berikutnya dari epididimis, dan dari prostat," terang Irvan.
"Nah, yang kita ikat ini hanya saluran ke servernya atau saluran pengangkut dari spermanya, sehingga cairan dari prostat masih keluar. Cairan dari yang lainnya masih keluar, jadi ejakulasi dan sensasinya masih ada."
Saluran Diikat agar Sperma Tak Mengalir
Lebih terperinci, vesikula seminalis merupakan sepasang kelenjar yang terletak di bagian belakang bawah kantung kemih pada pria. Kelenjar ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan cairan yang berkontribusi pada pembentukan air mani. Sekitar 70 persen dari total volume cairan mani manusia berasal dari vesikula seminalis.
Epididimis adalah saluran yang terletak di dalam skrotum, yang melekat pada bagian belakang testis, yang juga dikenal sebagai buah zakar.
Dalam prosedur vasektomi konvensional, seorang dokter bedah akan membuat sayatan pada kedua sisi skrotum, yaitu di bagian atas skrotum dan bagian bawah penis. Setelah itu, saluran yang disebut vas deferens, yang terdapat di dalam skrotum, akan diikat. Hal ini dilakukan untuk mencegah sperma mengalir melalui saluran ini, sehingga sperma tidak dapat bercampur dengan cairan semen.
Irvan Octavian melanjutkan, biasanya pertanyaan dari pasien atau dari keluarga lainnya, yakni sperma di dalam saluran yang diikat ke mana?
"Apabila terjadi ejakulasi sesudah dilakukan vasektomi, spermanya ini tidak keluar sampai ke ujung kemaluan, dia tertahan diiketannya dan itu akan diabsorpsi atau diserap oleh tubuh dengan baik, tanpa ada risiko apapun, dia akan diserap," katanya.
"Memang pada pasien-pasien prostat yang dikasih obat prostat itu kembali lagi spermanya, namanaya ejakulasi retrograde. Tetapi pada pasien vasektomi, dia keluar di tempat ikatannya, tertahan dan kemudian diserap oleh tubuh."
Ejakulasi retrograde adalah sebuah istilah yang merujuk kepada kondisi di mana air mani kembali masuk ke dalam kandung kemih, daripada keluar melalui uretra dan ujung penis selama mencapai klimaks seksual. Uretra adalah saluran yang memungkinkan keluarnya urine dan sperma dari tubuh.
Terkait dengan tindakan mengikat saluran vas deferens agar sperma tidak dapat mengalir dan bercampur dengan cairan semen, prosedur ini melibatkan pemotongan ikatan tersebut. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah risiko terjadinya 'bocornya' sperma.
"Kalau kendor ikatannya gimana? Yang namanya ikatan ini karena ya manusiawi, dia ada risiko putus, tapi untuk pencegahannya, setelah diikat itu kita potong, sehingga kemungkinan (sperma) dari saluran bagian bawah nyambung ke saluran atas sangat rendah sekali," jelas Irvan Octavian.