Media Australia Dorong Timnasnya Bisa Ikut Piala AFF agar Tak Ketinggalan Negara ASEAN
Media Australia berpendapat bahwa The Socceroos seharusnya berpartisipasi dalam Piala AFF untuk meningkatkan pengalaman dan kompetisi tim.
Ajang Piala AFF 2024 akan segera berlangsung. Turnamen bergengsi antarnegara ASEAN yang ke-15 ini dijadwalkan dimulai pada 8 Desember dan berakhir pada 5 Januari 2025. Babak penyisihan Piala AFF 2024 akan dibagi menjadi dua grup yang masing-masing terdiri dari lima tim.
Dalam Grup A terdapat Thailand, Malaysia, Singapura, Kamboja, dan Timor Leste, sedangkan Grup B diisi oleh Timnas Indonesia, Filipina, Vietnam, Myanmar, dan Laos. Dengan waktu satu minggu tersisa, sepuluh tim peserta harus mempersiapkan diri dengan baik sebelum berkompetisi di Piala AFF kali ini.
Thailand menjadi tim paling sukses dalam sejarah turnamen ini dengan tujuh gelar, diikuti oleh Singapura yang mengoleksi empat gelar, Vietnam dengan dua gelar, dan Malaysia yang memiliki satu gelar. Turnamen ini sangat dinantikan oleh negara-negara Asia Tenggara, karena memberikan kesempatan bagi mereka untuk menunjukkan kemampuan dan menarik perhatian dunia terhadap sepak bola, terutama mengingat reputasi Asia Tenggara yang sering dianggap kurang berprestasi.
Menariknya, ada usulan bahwa Australia seharusnya ikut berpartisipasi dalam turnamen dua tahunan ini, seperti yang dilaporkan oleh media Australia, The Roar.
Australia awalnya tergabung dalam zona Oseania saat Piala AFF pertama kali diadakan. Diperlukan waktu hampir dua dekade bagi Australia untuk bergabung dengan sepak bola Asia Tenggara, dan tujuh tahun setelah mereka menjadi anggota AFC. Ketika tim Australia secara resmi bergabung dengan AFF (federasi sepak bola Asia Tenggara) pada tahun 2013, level permainan Socceroos dianggap terlalu tinggi dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Oleh karena itu, negara-negara lain sepakat untuk mengizinkan Australia menjadi anggota AFF dengan satu syarat ketat, yaitu Socceroos dilarang ikut serta dalam Piala AFF.
Belajar dari pengalaman
Langkah tersebut diambil untuk mendukung perkembangan tim nasional negara-negara Asia Tenggara, sehingga mereka dapat membentuk skuad yang lebih banyak dan kompetitif di masa yang akan datang. Selain itu, pembatasan ini tidak diberlakukan pada tim junior Australia dalam setiap ajang kejuaraan regional.
Selama bertahun-tahun, Socceroos hanya bisa mengamati bagaimana negara tetangga mereka di Asia Tenggara berkompetisi, baik dengan baik atau hanya stagnan. Namun, seiring berjalannya waktu, negara-negara di ASEAN mulai menunjukkan kemajuan, salah satunya melalui kompetisi di Piala AFF.
Contohnya terlihat pada Kualifikasi Piala Dunia 2018, di mana Australia, yang saat itu merupakan juara Asia, menghadapi kesulitan yang signifikan saat melawan Thailand. Tim Australia berhasil meraih hasil imbang 2-2 di markas Thailand, sementara kemenangan tipis 2-1 di kandang mereka tidak cukup untuk memastikan kualifikasi langsung, setelah Arab Saudi meraih kemenangan 1-0 atas Jepang di kandang.
Dalam Kualifikasi Piala Dunia 2022, Socceroos menunjukkan peningkatan saat bersaing melawan Vietnam, dengan mengalahkan mereka baik di kandang maupun tandang meskipun melalui banyak momen yang menegangkan. Namun, hasil tersebut menjadi satu-satunya cahaya dalam serangkaian penampilan buruk yang membuat Australia kembali terpaksa menjalani fase play-off.
Meskipun Thailand dan Vietnam tidak berhasil lolos ke Piala Dunia, Socceroos mampu menembus Piala Dunia Qatar dan melaju hingga babak 16 besar. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan, perkembangan yang telah dicapai oleh tim-tim di Asia Tenggara tidak dapat diabaikan.
Timnas Indonesia tidak sama seperti sebelumnya
Saat ini, situasi yang dihadapi jauh lebih memprihatinkan, terutama dengan adanya perluasan penyelenggaraan putaran final Piala Dunia FIFA 2026 yang meningkat dari 32 menjadi 48 tim. Timnas Indonesia, yang kini tampil di fase ini, tidak lagi sama seperti tim Indonesia di masa lalu. Dipimpin oleh Shin Tae-yong, yang dikenal karena perannya dalam kemenangan 2-0 Korea Selatan atas Jerman di Piala Dunia 2018, Indonesia kini mengalami kebangkitan yang signifikan sebagai negara yang sebelumnya kurang berprestasi.
The Roar menyoroti kontribusi Ketua PSSI, Erick Thohir, mantan pemilik klub Serie A Inter Milan, yang telah mengaktifkan kebijakan naturalisasi dengan merekrut banyak pemain keturunan Indonesia dari berbagai belahan dunia, khususnya dari Belanda, yang memiliki sejarah panjang selama masa kolonial.
"Dampak dari upaya ini sangat besar. Indonesia lolos dari babak grup Piala Asia U-23, dan baru-baru ini tampil mengesankan di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, termasuk tidak terkalahkan melawan Arab Saudi dalam dua pertandingan mereka, dan hasil imbang kandang yang mengesankan melawan Australia yang menyebabkan Graham Arnold mengundurkan diri," tulis The Roar.
Selain itu, "Kemenangan luar biasa 2-0 di kandang atas Arab Saudi, penakluk Argentina di Piala Dunia 2022, telah menimbulkan sensasi besar di Indonesia dan di seluruh Asia atas kemenangan mengejutkan tersebut. Bahkan media Indonesia pun memberitakan bahwa mereka adalah pemenang yang unggul dari Argentina-nya Leo Messi," lanjut artikel tersebut.
Tingkatkan kompetisi
Di sisi lain, Australia tampak tidak mampu belajar dari pengalaman sebelumnya. Meskipun dua edisi Kualifikasi Piala Dunia yang lalu berjalan dengan baik, kekuatan tim Australia saat ini tidak sekuat masa lalu. Mereka telah mengalami dua kali kegagalan melawan Bahrain, serta tidak mampu mencetak gol melawan Timnas Indonesia dan Arab Saudi.
Hal ini menempatkan Australia dalam kondisi yang sangat kritis, yang bisa digambarkan sebagai sebuah krisis besar. Meskipun tim yang dilatih oleh Tony Popovic masih berada di posisi kedua klasemen Grup C dengan total tujuh poin, mereka tetap harus waspada. Timnas Indonesia, Arab Saudi, Bahrain, dan China dapat menjadi ancaman serius bagi mereka. Dengan hanya selisih satu poin dan empat pertandingan tersisa, situasi ini sangat tidak menentu.
"Timnas Indonesia akan memiliki acara sepak bola regional yang besar untuk diikuti guna meningkatkan daya saing mereka. Mengingat seberapa besar kemajuan yang telah dicapai Indonesia, fakta bahwa Australia tidak akan berpartisipasi dalam Kejuaraan ASEAN merupakan pertanda buruk," seperti yang dinyatakan dalam artikel The Roar.
Belajar adalah proses yang penting untuk perkembangan diri
Jika Australia diberikan kesempatan untuk berpartisipasi, maka sangat penting bagi Socceroos untuk melakukan regenerasi pemain secara maksimal. Sayangnya, adanya klausul yang melarang Australia ikut serta dalam ajang senior Asia Tenggara pada tahun 2013 juga menunjukkan adanya kelalaian dari pihak federasi sepak bola Australia. Namun, situasi yang terjadi selama Kualifikasi Piala Dunia 2026 menjadikan hal ini semakin mendesak bagi Australia. Mereka tidak bisa lagi mengabaikan kekuatan negara-negara Asia Tenggara yang semakin meningkat, terutama setelah bergabung dengan AFF sejak tahun 2013.
"Federasi sepak bola Australia harus mulai menegosiasikan ulang klausul tersebut, dan secara aktif berkampanye untuk menghapuskan larangan tersebut. Kemajuan yang diraih Timnas Indonesia harus dijadikan pembelajaran bagi masa depan Socceroos," ungkap pihak The Roar.
"Harus ada solusi proaktif yang diusulkan agar Socceroos bisa bermain seperti tim Asia Tenggara. Di sisi lain, negara-negara Asia Tenggara juga menyadari bahwa mereka membutuhkan partisipasi Australia," tambahnya. Hal ini menunjukkan bahwa kolaborasi dan partisipasi Australia di ajang tersebut bisa membawa manfaat bagi kedua belah pihak.