6 Fakta Gunung Lewotobi di Pulau Flores, Gunung Pasangan 'Suami-Istri' yang Sedang Aktif
Dikabarkan peningkatan aktivitas Gunung Lewotobi di Pulau Flores yang naik dari level normal menjadi level waspada.
Dikabarkan peningkatan aktivitas Gunung Lewotobi di Pulau Flores yang naik dari level normal menjadi level waspada.
6 Fakta Gunung Lewotobi di Pulau Flores, Gunung Pasangan 'Suami-Istri' yang Sedang Aktif
Gunung Lewotobi yang terletak di wilayah Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan sebuah gunung kembar atau dikenal sebagai gunung pasangan "suami-istri".
Sang "suami" dinamakan Gunung Lewotobi Laki-laki, sedangkan sang "Istri" disebut dengan Gunung Lewotobi Perempuan.
Secara geografis, kedua gunung ini hanya berjarak dua kilometer saja.
Pada senin (18/12), dikabarkan Gunung Lewotobi Perempuan sedang mengalami peningkatan aktivitas vulkanik yang menyebabkan statusnya berubah dari level normal ke waspada.
Kemudian, Gunung Lewotobi Laki-laki juga mengalami peningkatan aktivitas dengan status waspada.
Simak fakta-fakta dari Gunung Lewotobi atau Gunung Kembar yang dirangkum merdeka.com dari beberapa sumber berikut ini.
Tinggi Gunung Lewotobi
Gunung Lewotobi Laki-laki memiliki ketinggian 1584 meter di atas permukaan laut.
Sedangkan Gunung Lewotobi Perempuan lebih tinggi, yakni 1703 meter di atas permukaan laut.
Gunung Kembar, 'Pasangan Suami-Istri'
Gunung Lewotobi Laki-laki yang diistilahkan sebagai "sang suami", lalu Gunung Lewotobi Perempuan disebut sebagai "sang istri" itu memang sudah dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai gunung kembar.
Jalur Pendakian Favorit
Melansir dari situs gunung.id, kedua Gunung Lewotobi menjadi spot pendakian favorit bagi para pencinta gunung di Indonesia bahkan mancanegara.
Jalur pendakian yang relatif pendek dan tidak terlalu tinggi menjadi spot yang cocok bagi para pendaki pemula.
Meski gunung ini kurang begitu terkenal, akan tetapi keduanya memiliki sensasi tersendiri di kalangan para pendaki.
Gunung Lewotobi Laki-laki cenderung lebih banyak dipilih ketimbang Gunung Lewotobi Perempuan.
Jarang Aktif
Kawah puncak Lewotobi laki-laki memiliki diameter 400 meter, sedangkan kawah di puncak Lewotobi Perempuan mencapai 700 meter.
Rekam jejak aktivitas vulkanik Lewotobi Laki-laki lebih banyak ketimbang pasangannya yang hanya aktif 2 kali dalam sejarah
Sejarah Letusan Gunung Lewotobi
Mengutip dari Liputan6.com, berikut beberapa catatan sejarah aktivitas vulaknik dari Gunung Lewotobi:
- Tahun 1932: terjadi letusan gas
- Tahun 1933: terjadi letusan abu pada tanggal 17 Desember 1933
- Tahun 1939: terjadi letusan pada 17 Desember 1936 – tepat 6 tahun setelah letusan sebelumnya.
- Tahun 1991: terjadi letusan di puncak kawah pada Mei dan Juni 1991
- Tahun 1999: gemuruh dan abu keluar dari perut Lewotobi mulai 31 Maret 1999, disusul dengan letusan kuat pada tanggal 1 Juli 1999.
Lava pijar tersembur hingga radius 500 meter. Letusan dan semburan lava itu mengakibatkan kebakaran hutan sampai lebih dari 2,5 km. Abu beterbangan sampai radius 8 km.
- Tahun 2003: Terjadi letusan pada 30 Mei 2003. Material abu mencapai ketinggian lebih dari 200 meter dari puncak gunung.
Letusan dan hujan abu itu berlanjut sampai Juni dan Juli 2003. Aktivitas seismik itu berakhir pada September 2003.
Kembali Aktif
Melansir dari situs resmi vsi.esdm.go.id, hasil pengamatan aktivitas kedua gunung tersebut telah terjadi peningkatan vulkanik.
Pada pengamatan periode tanggal 1-17 Desember 2023 telah terjadi 3 kali gempa Harmonik, 11 kali gempa Vulkanik Dangkal, 20 kali Gempa Vulkanik Dalam.
Kedua gunung pun meningkat menjadi level waspada oleh pihak PVMBG sejak tanggal 17 Desember 2023 pada pukul 12:00 WITA.
Seluruh masyarakat telah diimbau untuk menjadi wilayah kawah sejauh 2 Kilometer agar terhindar dari bahaya gas beracun.