1 Gunung di NTT Siaga & 3 Lainnya Waspada, PVMBG Paparkan Potensi Bahaya bagi Warga jika Tak Menjauh
Satu gunung api di NTT berada pada level III atau Siaga. Sedangkan tiga gunung api lainnya berstatus Waspada atau level II.
Satu gunung api yang berstatus Siaga atau berada pada level III yakni Gunung api Lewotobi Laki-laki di Wulanggitang.
1 Gunung di NTT Siaga & 3 Lainnya Waspada, PVMBG Paparkan Potensi Bahaya bagi Warga jika Tak Menjauh
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengungkapkan, satu gunung api di Nusa Tenggara Timur (NTT) berada pada level III atau Siaga. Sedangkan tiga gunung api lainnya berstatus Waspada atau level II.
"Dari 17 gunung api aktif di Pulau Flores dan Lembata, satu gunung api sudah berstatus Siaga dan tiganya berstatus Waspada," kata Kepala Balai Pemantau Gunung Api dan Mitigasi Gerakan Tanah Wilayah Nusa Tenggara, Zakarias Ghele Raja dilansir Antara, Senin (1/1).Satu gunung api yang berstatus Siaga atau berada pada level III yakni Gunung api Lewotobi Laki-laki di Wulanggitang, Flores Timur. Status gunung ini baru dinaikkan dari level II atau Waspada pada pukul 04.00 Wita dini hari tadi.
Selanjutnya tiga gunung api yang berstatus Waspada yakni Gunung api Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Inelika di Kabupaten Ngada, dan Lewotobi Perempuan di Flores Timur.
Gunung Ile Lewotolok sebelumnya berstatus Siaga, namun status gunung itu diturunkan pada 28 Desember 2022 menjadi Waspada.
Sementara itu, Gunung Inelika yang sebelumnya berstatus Normal atau berada pada level I mengalami peningkatan status menjadi level II atau Waspada pada 4 Oktober 2023.
Kenaikan status itu didasarkan pada adanya peningkatan aktivitas kegempaan yang menunjukkan kenaikan tekanan di bawah tubuh gunung itu yang dapat memicu munculnya gempa-gempa vulkanik dan erupsi freatik.
"Sedangkan kenaikan status gunung api Lewotobi Perempuan menjadi Waspada terjadi pada 17 Desember 2023 lalu,"
kata Zakarias.
Potensi Bahaya
Zakarias mengatakan ada beberapa potensi bahaya yang harus dijauhi oleh masyarakat yakni abu vulkanik, awan panas, serta gas beracun yang keluar.
Oleh karena itu, masyarakat di sekitar gunung harus menjauh dari pusat erupsi gunung atau tidak melakukan aktivitas di sekitar gunung. Hal itu harus dilakukan karena kecepatan pergerakan magma yang secara tiba-tiba di perut bumi sangat susah diantisipasi.
"Memang pergerakan magma dari sumber magma dapat diketahui melalui frekuensi gempa vulkanik, namun kecepatan magma secara tiba-tiba itu sulit dihindari," katanya.