5 Fakta Menarik Masjid Raya Medan, Bangunan Tertua yang Jadi Kebanggaan Warga
Merdeka.com - Kota Medan memiliki banyak destinasi wisata yang bisa dikunjungi saat bulan Ramadan. Salah satu yang paling populer adalah Masjid Raya Medan. Masyarakat Kota Medan mengenal masjid ini dengan nama Masjid Al Mashun. Masjid Raya Medan ini terletak di Jalan Sisingamangaraja, Medan, Sumatera Utara.
Masjid yang merupakan peninggalan dari seorang Sultan Deli di Sumatera Utara ini hingga kini masih berdiri kokoh dan masih digunakan untuk tempat beribadah bagi umat Islam di Kota Medan. Bahkan, masjid ini merupakan pusat kegiatan umat Islam di sana, yang menjadi kebanggaan warga Kota Medan.
Bangunan yang sangat monumental dan memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi ini memiliki beberapa fakta menarik yang wajib untuk Anda ketahui. Berikut ulasannya.
-
Dimana masjid bersejarah itu berada? Situs ini merupakan sebuah masjid yang dibangun dari tanah dan batu oleh dinasti abad pertengahan yang berkuasa di Afrika Utara dan Spanyol.
-
Dimana masjid tertua ini berada? Tim Arkeolog Israel menemukan sebuah masjid kuno langka di Kota Rahat, Badui Negev, Israel.
-
Bagaimana Masjid Agung Banten bertahan sampai sekarang? Mereka kompak mendesain dan mengerjakan Masjid Agung Banten sehingga mampu bertahan hingga sekarang.
-
Apa yang unik dari masjid tertua ini? 'Yang unik di masjid ini adalah berkembangnya keramik abad ke-7 di situs tersebut, menjadikannya salah satu masjid paling awal di dunia.'
-
Dimana masjid kuno itu ditemukan? Situs arkeologi Alto da Vigia, di dekat Praia das Maçãs di garis pantai Sintra, mengungkap keberadaan masjid kedua yang berasal dari abad ke-11 dan ke-12 ini.
-
Apa yang diwariskan Kesultanan Palembang pada Masjid Agung? Masjid Agung ini merupakan bagian dari peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin I atau biasa dikenal dengan Jayo Wikramo.
Ada Al-Quran Berusia Tua
Sumber: dream.co.id ©2020 Merdeka.com
Di Masjid Raya Medan terdapat Al-Quran berusia ratusan tahun. Al-Quran tersebut dipajang di pintu masuk jemaah laki-laki. Al-Quran itu terbuat dari kertas kulit tua dan dibuat di Timur Tengah.
Jika diperhatikan dari jarak dekat, ada lekukan ayat Al-Quran yang merupakan tulisan tangan. Meski sudah berusia ratusan tahun, namun Al-Quran tersebut masih utuh dan dapat dibaca dengan jelas.
Tradisi Bubur Sop
Sumber: bangunsumatera.com ©2020 Merdeka.com
Masjid Raya Medan terkenal dengan tradisinya membagikan bubur sop atau bubur pedas untuk menu berbuka puasa. Tradisi ini sudah dilakukan sejak zaman dahulu dan menjadi tradisi turun-menurun yang masih dipertahankan. Bubur sop ini dibagikan secara gratis di Masjid Raya Medan sejak 1960-an. Sebelumnya, sejak Ramadan tahun 1909 Masehi, menu yang dibagikan adalah bubur pedas, makanan khas bangsawan Melayu. Saat itu merupakan masa kejayaan Kesultanan Deli di bawah Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alam Syah. Namun, belakangan ini bahan-bahan bubur pedas dinilai rumit karena sangat kaya rempah dan proses pembuatannya sulit, sehingga panitia akhirnya hanya membagikan bubur sop.Biasanya, Masjid Raya Medan membagikan sekitar 1.000 porsi untuk warga setiap selepas Asar hingga menjelang berbuka puasa selama bulan Ramadan. Makanan ini berbahan dasar beras ditambah daging dan sayuran, berupa kentang, wortel, serta bumbu sup, seperti merica dan daun seledri.
Belum Pernah Direnovasi
Dilansir dari laman ksmtour, sejak dibangun sampai saat ini, Masjid Raya Medan belum pernah direnovasi. Menurut salah seorang pengelola masjid, pemerintah daerah Sumatera Utara pernah merencanakan renovasi bagian-bagian Masjid Raya Medan yang telah rusak dimakan usia dan perluasan agar dapat menampung Jemaah lebih banyak.Namun, karena ditentang dari berbagai pihak yang khawatir nilai-nilai seni dari gaya arsitektur asli bangunan ini hilang, akhirnya pemerintah daerah hanya menambah sarana penunjang masjid, seperti penambahan tempat wudhu tanpa mengubah bangunan utamanya. Itulah sebabnya, bangunan masjid ini masih tetap utuh seperti bentuk aslinya ketika dibangun.
Berusia Lebih dari Satu Abad
Masih dilansir dari laman ksmtour, Masjid Raya Medan merupakan salah satu peninggalan seorang Sultan Deli di Sumatera Utara yang bernama Sultan Ma'moen Al Rasyid Perkasa Alam (1873-1924) yang sangat monumental dan memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi.Luas bangunan masjid sekitar 5.000 meter persegi dan dibangun di atas lahan seluas 18.000 meter persegi. Pembangunan masjid ini memakan waktu selama 3 tahun yaitu dari tanggal 21 Agustus 1906 sampai 19 September 1909. Masjid Raya Medan ini telah berumur lebih dari 1 abad dan termasuk salah satu bangunan tertua di Kota Medan.
Arsitektur yang Megah dan Unik
Sumber: marketeers.com ©2020 Merdeka.com
Masjid Raya Medan dibangun dengan arsitektur yang megah dan unik. Kemewahan Masjid ini bukan hanya terlihat dari besar gedung dan luas tanahnya saja, tetapi juga dari interior maupun perabotan yang digunakan. Arsitektur Masjid Raya Medan merupakan perpaduan konsep gaya Turki, Arab, Eropa, dan India. Masjid ini didesain oleh JA Tingdeman, seorang arsitek asal Belanda yang dipanggil secara langsung oleh Sultan pada waktu itu. Sedangkan barang-barang untuk membangun masjid seperti mimbar, tiang marmer, ubin, lampu hias dan kaca patri didatangkan langsung dari Italia.Selain itu, arsitektur masjid ini juga dipadukan dengan budaya Melayu. Hal ini terlihat dari pintu kayu yang dicat biru dan kuning. Warna kuning menyiratkan sifat Melayu karena Sultan Deli merupakan orang Melayu. (mdk/far)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di Kota Medan terdapat masjid berusia ratusan tahun yang hingga kini masih berdiri kokoh.
Baca SelengkapnyaResmi dibuka, ini fakta Masjid Agung Medan yang menjadi ikon baru Provinsi Sumatra Utara.
Baca SelengkapnyaMasjid ini dibangun diatas ukuran 13,1 m × 13,1 m yang terdiri dari 14 pintu jendela, 2 pintu besar, 8 tiang penyangga dan 1 tiang utama
Baca SelengkapnyaSaat ini masjid tersebut hanya tersisa ruang mahrab, pondasi, dan menara yang sudah tidak utuh.
Baca SelengkapnyaMasjid ini memiliki gaya arsitektur Arab yang dipadu dengan Jawa.
Baca SelengkapnyaBangunan yang hampir seluruh bagiannya menggunakan kayu itu menjadi bagian dari sejarah masuknya Islam di Sumbar yang berlangsung sejak ratusan tahun.
Baca SelengkapnyaGubernur hingga perusahaan swasta menyerahkan hewan kurban di masjid ini
Baca SelengkapnyaKota Palembang memiliki ragam bangunan kuno yang sampai sekarang masih bisa dijumpai.
Baca SelengkapnyaMasjid ini jadi sisa peninggalan Kesultanan Banten yang masih tersisa.
Baca SelengkapnyaMasjid ini menawarkan daya tarik arsitektur kuno dan percampuran budaya Jawa dengan Sunda
Baca SelengkapnyaPada awal pendiriannya, masjid ini hanya diperuntukkan keluarga keraton.
Baca SelengkapnyaJelajah Masjid Raya Syahabuddin, jejak peninggalan sejarah dari Kerajaan Siak.
Baca Selengkapnya