Kisah Dua Orang Utan Sumatera Korban Perdagangan Ilegal, Kini Belajar di Sekolah Hutan
Dua Orang Utan Sumatra yang berhasil diselamatkan dari perdagangan ilegal telah mengikuti sekolah hutan agar siap hidup dan dilepaskan ke alam liar.
Dua Orang Utan Sumatra yang berhasil diselamatkan dari perdagangan ilegal kini ikuti sekolah hutan agar siap hidup dan dilepaskan ke alam liar.
Kisah Dua Orang Utan Sumatera Korban Perdagangan Ilegal, Kini Belajar di Sekolah Hutan
Korban Perdagangan
Pada tahun 2021, Balai Konservasi Sumber Daya Bengkulu dan Lampung berhasil menyelamatkan dua ekor Orang Utan di Pelabuhan Bakauheni Lampung. Mereka pun rencananya akan dijual secara ilegal, begitu sedih melihat kata tersebut.
-
Siapa yang mengajari orang utan muda? Mereka menghabiskan waktu ini untuk belajar segala hal darinya – termasuk apa yang baik untuk dimakan.
-
Apa yang dipelajari antropologi di Sumut? Antropologi adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari manusia dalam berbagai dimensinya, termasuk aspek fisik, budaya, sosial, dan linguistik.
-
Apa yang terjadi pada anak orangutan? 'Tim di lapangan berhasil evakuasi induknya hari Sabtu sekitar jam 9 pagi. Tapi anaknya, saat tim mengevakuasi, memisahkan diri dari induknya dan masuk cepat ke dalam hutan,' kata Kepala BKSDA Kalimantan Timur, Ari Wibawanto, dikonfirmasi merdeka.com, Senin (25/9).
-
Apa yang terjadi di Sumbar? Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi memerintahkan Rumah Sakit Achmad Muchtar (RSAM) Bukittinggi untuk menerima semua korban bencana yang dirujuk tanpa terkecuali.
-
Bagaimana kenakalan remaja di Sumut? Kenakalan remaja merupakan fenomena sosial yang kian mengkhawatirkan di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia.
-
Siapa yang menjadi korban tawuran pelajar di Jakarta? Dahulu, korbannya tidak hanya sesama pelajar, namun juga para guru juga rentan menjadi sasaran.
Kemudian, kedua ekor Orang Utan itu sempat dirawat di Lampung. Namun, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan merujuk mereka ke tempat rehabilitasi di Jambi yang bekerja sama dengan Frankfurt Zoological Society (FSZ) Indonesia.
Sekolah Hutan
Selama setahun menjalani karantina di Jambi, kedua ekor Orang Utan yang bernama Siti dan Sudin itu mulai belajar di sekolah hutan. Tujuannya sendiri untuk melatih mereka dan mempersiapkannya kembali ke alam liar dengan pelatihan adaptasi. Siti dan Sudin nantinya akan belajar adaptasi dengan kondisi hutan dan juga pengetahuan jenis pakan dari hutan yang dapat dikonsumsi.
"Saat ini Siti dan Sudin masih menjalani proses reintroduksi seperti belajar hidup di alam melalui pelatihan sekolah hutan. Setiap hari, pelatih Orang Utan membawa mereka mengikuti sekolah hutan dari pagi sampai sore,"
Ungkap Staf Ahli Menteri LHK, Indra Exploitasia melansir dari situs resmi Menlhk (21/8)
Proses Belajar
Siti dan Sudin banyak belajar dari Orang Utan lainnya yang sudah lebih dulu hidup di alam liar agar memiliki insting bertahan hidup di hutan dengan cara menirunya. Meski memakan proses yang lama, mereka berdua memiliki karakter yang berbeda. Siti yang cenderung lebih aktif dibandingkan Surdin. Keduanya pun sempat tidak bisa memanjat pohon dan sering terjatuh. Namun, seiring berjalannya waktu mereka pun berusaha untuk belajar memanjat hingga berhasil.
Selama sekolah di sekirat area Sumatran Orang Utan Reintroduction Center (SORC) di Sungai Pengian, Jambi, Siti dan Sudin cenderung banyak berinteraksi dengan Orang Utan lainnya. Bahkan mereka terus tumbuh berkembang dengan meniru serta belajar dari aktivitas induk dan anak Orang Utan yang sering mereka temui di hutan.
Membuat Sarang
Dari hasil proses belajar di sekolah hutan SORC Jambi, Siti dan Sudin sekarang sudah bisa membuat sarang di atas pohon dengan cukup baik. Mereka sudah bisa memilih kayu atau dahan yang kuat untuk membangun sarang dan melipat dedauan menjadi sarang kecil. Namun Sudin masih belum bisa dan masih berbagi sarang dengan Siti atau menggunakan sarang Orang Utan lainnya.
Dirawat dengan Baik
Saat beristirahat di malam hari, Siti dan Sudin dirawat dengan sangat baik. Mulai dari mendapatkan segala jenis pakan mulai dari buah lokal hingga pakan dari hutan serta susu. Saking baiknya, mereka tidak pergi ke sekolah hutan saat turun hujan dan menerima sesi pengayaan perilaku di dalam kandang saja.