Mengenal Sosok Marah Roesli, Dokter Hewan Sekaligus Sastrawan Pencipta Karya Siti Nurbaya
Dalam dunia sastra Indonesia, Marah Roesli tercatat sebagai pengarang roman pertama.
Dalam dunia sastra Indonesia, Marah Roesli tercatat sebagai pengarang roman pertama.
Mengenal Sosok Marah Roesli, Dokter Hewan Sekaligus Sastrawan Pencipta Karya Siti Nurbaya
Marah Roesli atau yang memiliki nama lengkap Marah Roesli bin Abu Bakar lahir di Padang, Sumatera Barat pada 7 Agustus 1899. Ia lahir dari pasangan Abu Bakar (ayah) yang merupakan seorang bangsawan dan ibunya berdarah Jawa keturunan Sentot Alibasyah.
Marah Roesli menikah dengan gadis keturunan Sunda pada tahun 1911. Mereka dikaruniai tiga orang anak, dua orang laki-laki dan seorang perempuan. Meski tidak direstui oleh orang tua Marah, namun ia bersikeras untuk meminang gadis tersebut. (Foto: Wikipedia)
-
Siapa Siti Rukiah Kertapati? Mungkin tak banyak yang mengenal sosok Siti Rukiah Kertapati, seorang penulis Indonesia. Di balik ketidak populerannya ini, rupanya ia memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam perkembangan dunia sastra di tanah Pasundan.
-
Apa yang ditulis Siti Rukiah Kertapati? Sampai akhir hayatnya, ia telah membuat puluhan karya sastra termasuk fokus mengembangkan cerita anak yang di tahun 1950 sampai 1960-an masih jarang digeluti.
-
Dimana Siti Rukiah Kertapati menulis? Dirinya, terus mengembangkan kemampuan menulisnya termasuk bergabung ke sejumlah media majalah seperti Pujangga Baru yang terbit di Purwakarta.
-
Apa yang dilakukan Raudhah Mariyah? Raudhah Mariyah, seorang pengacara berpengalaman, telah berhasil menangani beberapa kasus yang mendapat sorotan publik.
-
Siapa Mbah Marsiah? Mbah Marsiah merupakan seorang lansia yang hidup sebatang kara. Usianya sudah 75 tahun. Kini ia tinggal di sebuah kampung terpencil di Dusun Kebo Kuning, Desa Karanganyar, Kecamatan Purwonegoro, Banjarnegara.
-
Siapa yang dibantu Raudhah Mariyah? Ketika dia membantu Rebecca Klopper menangani kasus penyebaran video syur, kecantikannya semakin terlihat oleh netizen di media sosial.
Karya sastra fenomenal yang pernah Marah buat yaitu berjudul Siti Nurbaya. Sebuah mahakarya berbentuk roman ini menceritakan seorang wanita terpaksa menikah dengan laki-laki yang tidak diinginkannya karena keadaan ekonomi keluarga.
Lantas, seperti apa perjalanan karier Marah Roesli? Simak informasi selengkapnya yang dirangkum merdeka.com (5/6) dari berbagai sumber berikut ini.
Lulusan Dokter Hewan
Melansir dari badanbahasa.kemdikbud.go.id, Marah Roesli memang terkenal sebagai sastrawan yang handal. Akan tetapi, ia memiliki profesi lainnya yaitu dokter hewan.
Namun, ia berbeda dengan Taufiq Ismail dan Asrul Sani yang ogah melanjutkan profesi sebagai dokter hewan. Marah Roesli justru tetap menekuni dunia profesinya tersebut hingga tahun 1952 dengan jabatan terakhir menjadi Kepala Dokter Hewan.
Dirinya sudah mencintai dunia sastra sedari kecil. Ia senang mendengar cerita-cerita dari tukang kaba, tukang dongeng yang berada di Sumatera Barat yang berkeliling kampung untuk menjual ceritanya. Di samping itu, ia juga gemar membaca buku-buku sastra.
Bapak Roman Modern Indonesia
Dalam dunia sastra Indonesia, Marah Roesli tercatat sebagai pengarang roman pertama yang kemudian diberi gelar oleh H.B. Jassin dengan nama Bapak Roman Modern Indonesia. Sebelum adanya roman, bentuk prosa yang biasa digunakan adalah Hikayat.
Marah memiliki jenjang pendidikan yang baik, ia banyak membaca buku-buku yang terbit dari negara Barat berisi soal kemajuan zaman. Kemudian ia melihat jika keadaan di lingkungannya sudah tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman.
Lahirnya Karya Siti Nurbaya
Melansir dari beberapa sumber, dengan latar belakang pendidikan dan pengetahuan Marah yang maju, hal ini yang memicu lahirnya sebuah karya sastra legendaris yang berjudul Siti Nurbaya.
Dengan lahirnya karya ini dapat melepaskan masyarakat dari belenggu adat yang tidak memberi kesempatan bagi yang muda untuk menyatakan pendapatan atau keinginannya. Dalam karya Siti Nurbaya, sangat kental soal pemikiran yang mengarah ke emansipasi wanita.
Siti Nurbaya menjadi cerita yang membuat wanita mulai memikirkan hak-haknya apakah menyerah karena tuntutan adat ataukah harus mempertahankan apa yang diinginkan.
Maka dari itu, karya Marah Roesli yang satu ini sangat membuka pemikiran para pembacanya. Bahkan, sampai detik ini roman Siti Nurbaya masih terus diingat dan dikenang oleh para pencinta karya sastra.