Tari Sakral Guel Aceh dan Legenda Gajah Putih
Merdeka.com - "Tem o item...m Engingku ine…e," syair pembuka terdengar mengawali pertunjukan. Seorang penari keluar dari arah kiri, menuju ke tengah dengan kaki berjinjit. Tubuh penari tampak membungkuk, bahunya maju mundur, lengan timbul tenggelam dalam lipatan kain bersulam kerawang Gayo yang menutupi punggung. Gerakannya rampak seirama tabuhan rebana.
Pada satu titik penari mengempas dan mengibaskan kain ke udara. Terkadang penari berlari kecil sambil menukik. Perlahan bergerak mendekat, mengitari, lalu memberi sembah. Kiranya dia hendak merayu seorang penari lain yang tengah duduk bersimpuh agar mengikuti gerakannya, lalu keduanya bergerak bersamaan, padu padan dalam hentak estetis berirama.
Gerakan-gerakan di atas adalah gerakan Tari Guel. Tarian kebanggaan dari Tanah Gayo menjadi salah satu khasanah budaya Gayo di Aceh. Tarian ini mengisahkan upaya sejumlah orang untuk membangunkan seekor gajah putih yang berdasarkan cerita rakyat yang pernah ada.
-
Apa itu Tari Guel? Mengutip dari situs warisanbudaya.kemdikbud.go.id, Tari Guel adalah perpaduan dari seni sastra, seni musik, dan seni tari itu sendiri.
-
Bagaimana Tari Guel dimainkan? Secara visual, Tari Guel dimainkan oleh dua orang penari yang berbusana serupa tetapi warnanya yang berbeda yakni menggunakan warna hitam dan putih.
-
Kenapa Tari Guel diciptakan? Latar belakang lahirnya Tari Guel ini terdapat kisah panjang dan pastinya unik untuk diulas lebih mendalam.
-
Apa itu Geguduh? Geguduh adalah kuliner khas Lampung yang memiliki cita rasa manis. Makanan ini secara umum mirip pisang goreng, hanya saja pisangnya dihancurkan sampai halus.
-
Siapa yang mencari gajah putih dalam Tari Guel? Melansir dari Antara, latar belakang munculnya Tari Guel menurut sejarah lisan yang berkembang di masyarakat Gayo terinspirasi dari legenda seorang kakak adik bernama Sengeda dan Bener Meriah.
-
Apa yang dimaksud dengan Tari Ngebeng? Tari Ngebeng merupakan seni pertunjukan yang berasal dari Desa Rambutan Masam, Kecamatan Muara Tembesi, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi.
Tarian yang dapat dijumpai di Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Gayo Lue ini dulunya dikenal sebagai tarian yang sakral. Pagelaran tari guel tidak boleh sembarang tempat, panggung atau pentas, karena kesakralannya. Selain itu, tidak sembarang orang boleh menarikan guel, karena, mereka yang berhati bersih dan berjiwa tulus saja yang layak.
Nilai mistis Tari Guel terletak pada Guru Didong, sang penari tunggal Guel. Saat menari akan ada spirit yang luar biasa dalam diri penari ketika dimainkan. Penari tampak lebih bersemangat, energik dan lincah melebihi kelenturan dan keseragaman sebagai sebuah tarian biasa.
©2021 Merdeka.com/Laode Muhammad IqbalTari guel terbagi dalam 4 babak. Munatap menjadi awal babak, menggambarkan bentuk persuasi Sengeda yang hendak menaklukkan hati gajah putih, lalu berlanjut ke babak redep yang menggambarkan kesediaan gajah putih menuruti keinginan Sengeda.
Ketibung dan cincang nangka menjadi dua babak terakhir. Dua babak yang menggambarkan semakin kuatnya keinginan gajah putih mengikuti Sengeda, hingga akhirnya Sengeda berhasil menggiring gajah putih ke Kesultanan Aceh Darussalam.
©2021 Merdeka.com/Laode Muhammad IqbalTari Guel juga lekat dengan kostum yang mencuri perhatian, yaitu busana tradisional Aceh, baju Kerawang. Dengan motif yang cantik dan penuh makna. Perpaduan warna merah, hitam, putih, kuning terukir apik. Berdasarkan keterangan dari warna-warna kerawang, Masyarakat Gayo dilambangkan sebagai masyarakat yang Mersik (berani), Lisik (rajin) dan Urik (teliti).
Selain itu salah satu ciri khas dari kostum Tari Guel ini adalah kain opoh ulen-ulen yang dikenakan di punggung penari pria, dan digunakan sebagai atribut menarinya. Kain ulen-ulen dengan lebar 1×2 meter ini dipenuhi sulaman kerawang Gayo yang menjadi properti utama Tari Guel. Dihempas dan dikibas-kibaskan oleh penari seperti kepakan burung yang sedang mengudara.
©2021 Merdeka.com/Laode Muhammad IqbalIstilah ‘guel’ dalam bahasa lokal (Gayo) berarti ‘membunyikan’ ini juga berkaitan erat dengan legenda Gajah Putih dalam cerita rakyat 'Sengeda dan Bener Merie'.
Mimpi Sengeda membawanya pada sebuah pertemuan dengan seekor gajah putih, yang konon adalah jelmaan abangnya, Bener Merie. Skema Sengeda menaklukkan hati Sang gajah putih yang akhirnya berbalas menjadi puncak tarian ini. Guel berakhir saat gajah putih bersedia mengikuti Sengeda ke Kesultanan Aceh Darussalam sebagai persembahan untuk putri sultan yang tengah mengidam-idamkannya.
Unik dan memiliki makna yang dalam, Tari Guel menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia yang ditetapkan oleh United Nations Educational, Science and Cultural Organization (UNESCO) pada 2016 lalu. (mdk/Tys)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kesenian tradisional dari Tanah Gayo Aceh ini terinsipirasi dari legenda dua bersaudara yang mencari gajah putih untuk dipersembahkan kepada putri raja.
Baca SelengkapnyaTidak hanya keindahan alam yang memikat, Gunung Raung juga menyimpan misteri dan sejarah. Mitos tempat tinggal demit hingga kerajaan macan putih, yuk simak
Baca SelengkapnyaMengmleng merupakan pementasan tradisional dengan menampikan hewan macan tiruan.
Baca SelengkapnyaWarisan leluhur Jakarta ini menghadirkan seni lisan, sastra hingga musik tradisional yang indah.
Baca SelengkapnyaKonon tarian ini sudah lahir sejak abad 15 saat Karo masih dikenal dengan Kerajaan Lingga.
Baca SelengkapnyaKesenian banyak ditemukan di daerah Kalimantan Timur dari suku Dayak Benuaq dan Dayak Tunjung sebagai lambang kegembiraan dan juga ramah tamah.
Baca SelengkapnyaMenurut budayawan dan sesepuh Besemah, nama tersebut berasal dari pengucapan orang Belanda yang salah.
Baca SelengkapnyaKonon di malam Selasa dan malam Jumat kerap terdengar sayup-sayup suara gamelan Sunda pengiring wayang golek.
Baca SelengkapnyaDahulu para penari asal Jawa Tengah dibawa ke Sukabumi untuk mengusir hewan buas dan makhluk halus melalui tarian.
Baca SelengkapnyaSeni tari dari Cigasong ini unik karena menggunakan topeng dari genteng.
Baca SelengkapnyaMeskipun motif batik khas Magetan beragam tetapi Batik Pring tetap dikenal oleh masyarakat luas.
Baca SelengkapnyaGajeuma menjadi alat musik yang berfungsi sebagai pengiring lagu-lagu tradisional yang ada di Mentawai.
Baca Selengkapnya