3 Tips Jaga Keamanan Siber Untuk Anak yang Aktif di Dunia Maya
Merdeka.com - Melakukan parenting di era ini rasanya lebih sulit dari beberapa tahun lalu. Hal ini dikarenakan para orang tua juga anggota keluarga, harus belajar membiasakan diri dalam aktivitas anak secara online.
Fenomena ini membuat orang dewasa yang berada di rumah wajib memberi perhatian lebih soal keamanan siber terhadap aktivitas online anak.
Dalam keterangan resmi, Lucian Teo, Online Safety Education Lead di Google menyebut keamanan digital keluarga harus selalu menjadi perhatian orang tua dan saat ini hal itu semakin penting untuk diperhatikan.
-
Apa saja yang perlu diperhatikan dalam keamanan online anak? Fokus pada Satu Tugas Saja Batasi Penggunaan Layar Sebelum Tidur Jauhkan Gawai dari Area Belajar Selama waktu belajar atau saat anak-anak harus berkonsentrasi, pastikan semua perangkat digital berada di luar jangkauan.
-
Bagaimana cara menghindari anak terjebak di media sosial? Orang tua harus memahami faktor-faktor penyebabnya dan aktif berperan dalam membimbing anak-anak mereka agar dapat memanfaatkan media sosial dengan cara yang sehat dan seimbang.
-
Siapa yang wajib melindungi anak di dunia digital? Penyedia platform di dunia digital dituntut proaktif untuk mencegah anak-anak bisa mengakses konten yang tidak sesuai umur mereka.
-
Apa saja bahaya media sosial untuk anak? Belum lagi prevalensi cyberbullying, diskriminasi, ujaran kebencian, dan postingan yang mempromosikan tindakan menyakiti diri sendiri yang dapat berinteraksi secara teratur dengan remaja, menurut APA.
-
Bagaimana cara mengajarkan privasi data pada anak? Ajarkan mereka pentingnya melindungi informasi pribadi mereka di dunia digital. Ini termasuk mengajarkan mereka bagaimana menjaga kata sandi yang kuat, berbicara dengan bijak di media sosial, dan tidak membagikan informasi pribadi kepada orang yang tidak dikenal.
-
Bagaimana orang bisa melindungi diri dari serangan siber? Para ahli keamanan siber dari ESET menyarankan agar masyarakat menghindari penggunaan kode sandi yang terlalu sederhana, karena hal ini bisa membuat mereka lebih rentan terhadap serangan siber.
"Kami bekerja sama dengan tim Trust and Safety Research untuk melakukan survei terhadap para orang tua di seluruh kawasan Asia-Pasifik (Australia, Hong Kong, India, Indonesia, Jepang, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam) dan Amerika Latin (Argentina, Kolombia, Brasil, dan Meksiko).
Dari sana kami menemukan bahwa orang tua dari anak yang bersekolah online merasa lebih khawatir tentang keamanan online daripada mereka yang anaknya bersekolah seperti biasa," tutur Teo.
Dia mengaku, menanamkan kebiasaan yang aman di dunia maya kepada anak-anak bukan perkara mudah. Karena itu, dia pun membagikan beberapa tips. Dikutip dari Tekno Liputan6.com, berikut tips jaga keamanan siber untuk aktivitas online anak.
1. Lindungi identitas digital anak-anak
"Privasi dan keamanan informasi anak-anak adalah kekhawatiran terbesar orang tua yang kami survei. Mereka mengaku cemas dengan risiko penipuan atau peretasan terhadap akun anak," ujar Teo.
Untuk melindungi informasi anak-anak di dunia maya, ada beberapa cara sederhana yang dapat dicoba. Pertama, orang tua perlu mengajari anak cara membuat kata sandi (password) yang kuat dan tidak mudah ditebak.
"Hindari kata sandi sederhana yang menggunakan nama, tanggal lahir, atau bahkan karakter kartun favorit," kata Teo.
Selain itu, dia pun menekankan bahwa sebaiknya anak-anak selalu menggunakan platform yang memiliki reputasi baik soal keamanan pengguna.
2. Ketahui siapa lawan bicara anak-anak
Pembatasan sosial merupakan konsekuensi sulit dari pandemi Covid-19, sehingga anak-anak pun berinteraksi dengan teman mereka secara online, entah itu lewat aplikasi olah pesan teks maupun pesan suara seperti saat bermain gim. Dalam hal ini, orang tua mesti menyadari bahwa kanal komunikasi ini juga dapat dimanfaatkan orang tak dikenal yang berniat buruk.
"Seperti di dunia nyata, kita harus tahu dengan siapa mereka bicara di internet," tutur Teo.
Karena itu, orang tua harus mencoba mengajak bicara anak-anaknya tentang gim apa yang dia mainkan dan video apa yang dia tonton, serta siapa yang sering berinteraksi dengan mereka di dunia maya.
Menurut survei ini, lebih dari 70 persen orang tua di Asia-Pasifik tidak cukup yakin anak mereka akan memberi tahu mereka, jika menemui situasi online yang tidak aman.
"Bahkan, lebih dari sepertiga orang tua yang kami wawancarai mengaku tidak pernah berbicara dengan anak tentang keamanan online. Kita harus bekerja keras untuk meyakinkan anak bahwa kita selalu ada untuk memandu dan melindungi mereka," kata Teo.
Hal yang tak kalah penting, saat menilai apakah suatu gim cocok dimainkan oleh anak-anaknya, orang tua sebaiknya memeriksa tidak hanya kontennya, tetapi juga apakah gim itu memungkinkan komunikasi online dengan orang lain.
"Beberapa gim multiplayer hanya menyediakan sedikit opsi interaksi sosial, seperti sekadar memberikan suka (like) dan bukan pesan tertulis. Ini cukup banyak mengurangi risiko terjadinya interaksi sosial yang tidak diinginkan," ujar Teo.
3. Tunjukkan konten yang sesuai dengan usianya
Ketakutan jika anak menemui konten yang tidak pantas sudah lama menjadi salah satu kekhawatiran terbesar orang tua.
Terkait hal ini, ada fitur-fitur keamanan keluarga yang dapat dimanfaatkan untuk membantu melindungi anak dari konten yang mungkin tidak sesuai dengan usianya.
Namun, survei juga menunjukkan bahwa jumlah orang tua yang menggunakan fitur itu masih kurang dari 40 persen.
Berikut beberapa fitur yang dapat para orang tua gunakan segera:
Sumber: Liputan6.comReporter: Mochamad Wahyu Hidayat
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada era digital ini, anak perlu dilindungi dari permasalahan digital yang muncul akibat gawai.
Baca SelengkapnyaKunci utama dalam melindungi anak di era digital adalah membangun lingkungan yang aman dan protektif, terutama dari orang tua dan keluarga.
Baca SelengkapnyaOrangtua perlu mengatur strategi dengan tepat demi perkembangan anak di era digital ini.
Baca SelengkapnyaPerilaku yang beradab, tidak hanya wajib dilakukan di dunia nyata, tapi diperlukan untuk membangun generasi penerus yang bijak berdigital.
Baca SelengkapnyaAturan itu menjadi perpanjangan dari Undang-Undang nomor Nomor 1 Tahun 2024.
Baca SelengkapnyaPelatihan literasi itu menjadi langkah awal untuk menciptakan lingkungan internet yang lebih positif dan bertanggung jawab di Kabupaten Kediri.
Baca SelengkapnyaPembatasan penggunaan gawai pada anak bisa dimulai dari orangtua yang juga membatasi penggunaannya.
Baca SelengkapnyaLiterasi digital diharapkan mampu berperan penting untuk memberikan sosialisasit terkait pencegahan dan penekanan lonjakan angka judi online.
Baca SelengkapnyaFitur Pencarian Aman mendukung pengawasan internet pada anak.
Baca SelengkapnyaData dari BNN, BRIN, NPS di 2021, membuktikan penggunaan narkoba relatif meningkat di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMencegah anak terlibat dalam pergaulan bebas juga bisa dilakukan orangtua walau dari jauh.
Baca SelengkapnyaSejumlah cara perlu dilakukan oleh orangtua untuk membatasi screentime anak sejak usia dini.
Baca Selengkapnya