AI itu Mirip Manusia, Makin Tua Sistemnya Makin Pikun
Studi terbaru di jurnal BMJ mengungkap bahwa kemampuan kognitif AI seperti ChatGPT dan Gemini menunjukkan penurunan seiring waktu, mirip dengan manusia.

Teknologi kecerdasan buatan (AI) seperti model bahasa besar (LLM) dan chatbot menunjukkan tanda-tanda penurunan kemampuan kognitif seiring waktu, mirip dengan manusia.
Temuan ini dipublikasikan di jurnal BMJ di tengah meningkatnya penggunaan AI untuk diagnosis medis karena kemampuannya menyederhanakan istilah medis yang rumit.
Para peneliti menguji kemampuan kognitif model AI terkemuka, termasuk ChatGPT versi 4 dan 4o, Claude 3.5 "Sonnet" dari Anthropic, serta Gemini versi 1 dan 1.5 dari Alphabet.
Pengujian dilakukan menggunakan Montreal Cognitive Assessment (MoCA), yang biasanya dipakai untuk mendeteksi penurunan kognitif dan tanda awal demensia pada manusia.
Dalam tes ini, skor 26 dari 30 dianggap lolos tanpa gangguan kognitif. Hasilnya, hanya ChatGPT 4o yang meraih skor 26, sementara ChatGPT 4 dan Claude hanya memperoleh 25. Gemini 1.0 mencatat skor terendah dengan hanya 16 poin.
Kelemahan AI di Bidang Kognitif Tertentu
Mengutip NDTV, Senin (24/2), semua model AI menunjukkan kinerja buruk dalam keterampilan visuospasial dan tugas eksekutif. Contohnya adalah:
- Tes Menggambar Jam: Menggambar jam dengan waktu tertentu.
- Tes Koneksi Nomor dan Huruf: Menghubungkan angka dan huruf secara berurutan.
Model Gemini bahkan gagal dalam tugas mengingat urutan lima kata (delayed recall task).
Mirip Gejala Alzheimer
Peneliti mengungkapkan bahwa pola penurunan kognitif pada AI mirip dengan pasien manusia yang mengalami posterior cortical atrophy, salah satu varian penyakit Alzheimer.
"Hasil ini menantang asumsi bahwa AI akan segera menggantikan dokter manusia. Penurunan kognitif yang terlihat pada chatbot terkemuka dapat memengaruhi keandalan mereka dalam diagnosis medis dan mengurangi kepercayaan pasien," tulis para peneliti.
Meskipun AI memiliki potensi besar dalam bidang kesehatan, penelitian ini menunjukkan bahwa dokter, terutama di bidang neurologi, tidak akan tergantikan dalam waktu dekat.
Menariknya, para peneliti menyatakan bahwa di masa depan, dokter mungkin akan menangani "pasien virtual" berupa model AI itu sendiri.