Dibeli: malware untuk kepentingan FBI!
Merdeka.com - Banyak cara dilakukan penegak hukum untuk memecahkan kasus kejahatan. FBI misalnya, berani membeli malware dengan tujuan tersebut.
Seperti yang dilansir Mashable (5/2), FBI mengatakan ingin membeli virus dan berbagai jenis malware lainnya dengan tujuan untuk memecahkan kasus kriminal. Hal ini diketahui setelah sebuah dokumen dipublikasikan minggu ini.
Adapun pihak yang ingin menggunakan metode tersebut adalah Investigative Analysis Unit FBI dari Divisi Teknologi Operasi. Mereka membentuk sebuah tim yang spesialisasinya dalam bidang dukungan teknologi dan metode analitik terkembang untuk menganalisis bukti digital.
-
Mengapa FBI menyelidiki kasus ini? Lalu, mereka menghubungi Federal Bureau of Investigation (FBI) agar membantu menyelidiki kasus ini.
-
Apa yang dilakukan FBI? Dalam pernyataan bersama, FBI dan Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur (Cybersecurity and Infrastructure Security Agency/CISA) mengungkapkan bahwa mereka tengah menyelidiki akses ilegal ke infrastruktur telekomunikasi komersial yang dilakukan oleh pelaku yang berhubungan dengan Republik Rakyat China (hacker China).
-
Apa yang ditemukan FBI di HP pelaku? Sayangnya, tak jelas bagaimana FBI mengakses telepon pelaku tersebut. Informasi yang disampaikan mereka hanya menemukan perangkat mencurigakan di rumah dan mobilnya.
-
Kenapa FBI buka enkripsi HP pelaku? Butuh waktu beberapa hari, namun FBI akhirnya berhasil memecahkan sandi dari telepon pria berusia 20 tahun yang tewas.
-
Dari mana malware ini disebar? Walau begitu, Zimperium mengungkapkan jika malware berformat APK ini belum terdeteksi di Google Play Store. Dari situ diketahui jika aplikasi berbahaya tersebut didistribusikan lewat cara alternatif, seperti toko aplikasi pihak ketiga.
-
Kenapa penting untuk mengidentifikasi kerusakan akibat ransomware? Sistem dan data yang terkena serangan perlu diidentifikasi dengan menggunakan alat dan teknik forensik untuk memahami sifat peretasan.
"Koleksi malware dari banyak industri, penegak hukum, dan sumber penelitian penting untuk memahami kesadaran tentang ancaman malware secara global. Koleksi dari malware ini juga membantu kami menyediakan intelijensi yang terarah bagi penyidik dalam menangani kasus kriminal dan intelijensia," sebut laporan itu.
Hingga kini masih belum diketahui apa jenis malware yang digunakan untuk kepentingan itu. Namun, bisa saja malware yang digunakan bisa menyadap sasaran yang diharapkan para penyidik.
(mdk/nvl)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Lodewijk memahami risikonya memang besar jika meminta bantuan ke FBI.
Baca SelengkapnyaBSSN masih berkoordinasi dengan Polri terkait dugaan kebocoran data INAFIS tersebut.
Baca SelengkapnyaKelompok hacker yang dikenal sebagai FIN7 meluncurkan situs generator foto atau video telanjang palsu bertenaga AI (deepfake).
Baca SelengkapnyaTim Siber TNI langsung turun. Mengecek kabar dugaan peretasan yang dialami data milik Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI
Baca SelengkapnyaTudingan ini cukup serius karena FBI menilai dua negara itu ingin mencuri data-data rahasia AS.
Baca SelengkapnyaDittipidnarkoba Bareskrim Polri membongkar kasus TPPU yang dilakukan bandar narkoba jaringan Malaysia-Indonesia. Aset senilai Rp89 miliar berhasil disita.
Baca SelengkapnyaMAFA berhasil meraup untung jutaan rupiah dari bisnis yang dilakukan sejak bulan Agustus 2023
Baca SelengkapnyaPelaku dapat mengakses situs resmi BKN setelah mendapatkan username dan password dalam sebuah forum darkweb.
Baca SelengkapnyaSerangan hacker Indonesia ke situs-situs pemerintahan Israel sedang jadi perbincangan.
Baca SelengkapnyaRevisi UU Polri Beri Wewenang ke Polisi untuk Penyadapan dan Galang Intelijen, Ini Isi Aturannya
Baca SelengkapnyaBeberapa kampanye malware menyerang China. Ulah siapa?
Baca Selengkapnya