Dikabarkan data 50 juta pengguna bocor, Facebook siap turun tangan
Merdeka.com - Seperti yang kita tahu, Facebook menggandeng Stroz friedberg untuk dipakai sebagai firma forensik digital. Yang mana hal itu dimaksudkan untuk melaksanakan audit besar-beasran terhadap Cambridge Analytica.
Sayangnya, baru-baru ini muncul isu yang mengatakan bahwa Cambridge Analytica diduga menyalahgunakan data-data dari 50 juta pengguna Facebook untuk kepentingan politik. Benarkah?
"Cambridge Analyrica telah setuju untuk mengikuti permintaan kami dan memberikan Stroz Friedberg akses penuh ke server dan sistem mereka," tulis Facebook seperti yang dikutip dari laman resminya, Selasa (20/3/2018).
-
Siapa yang mengklaim TikTok ambil data pengguna berlebihan? Pada tahun 2022, perusahaan keamanan siber Internet 2.0 mengeluarkan laporan bahwa TikTok melakukan 'pengambilan data yang berlebihan' terhadap para penggunanya.
-
Bagaimana perusahaan seperti Facebook mengumpulkan data pengguna? Dokumen tersebut menguraikan proses enam langkah bagaimana perangkat lunak Active-Listening mengumpulkan data suara pengguna dari berbagai perangkat.
-
Data apa saja yang diambil TikTok dari pengguna? Pada tahun 2022, perusahaan keamanan siber Internet 2.0 mengeluarkan laporan bahwa TikTok melakukan 'pengambilan data yang berlebihan' terhadap para penggunanya. Organisasi tersebut mengatakan bahwa TikTok mengambil berbagai data pribadi dari penggunanya, seperti ponsel apa yang digunakan untuk membuka TikTok, aplikasi lain apa yang ada di ponsel, dan di mana pengguna membuka TikTok.
-
Data apa yang bocor di Jepang? Kebocoran data tersebut melibatkan nama, nomor identifikasi, tanggal lahir, dan alamat.
-
Informasi apa yang disebarluaskan? Diseminasi adalah proses penyebaran informasi, temuan, atau inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola agar dapat dimanfaatkan oleh kelompok target atau individu.
-
Data apa yang bocor dari situs KPU? Situs resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) dibobol hacker dan sekitar 204 juta data DPT bocor dalam kejadian ini.
Investigasi ini adalah bagian dari tinjauan internal dan eksternal untuk menemukan apakah data-data yang disalahgunakan masih ada. Apabila masih ada, maka hal itu akan dianggap sebagai pelanggaran besar pada kebijakan Facebook.
Aleksandr Kogan, seorang akademisi asal Universitas Cambridge, telah memberikan persetujuan untuk diaudit. (Sebagai catatan, Cambridge Analytica tidak terkait dengan Universitas Cambridge.)
Kogan adalah pembuat kuis-kuis yang dianggap "mengambil" data-data pengguna, dan ia masih menjadi ilmuwan data di Cambridge Analytica.
Anehnya, co-founder Cambridge Analytica Christoper Wylie menolak diaudit, padahal Wylie yang pertama meramaikan kasus ini sebagai whistleblower (pembocor rahasia internal).
Meski Facebook sudah berkomitmen untuk menelusuri kasus ini ke akar-akarnya, tapi pihak pemerintah Britania Raya dan Uni Eropa sudah siap untuk melakukan investigasi terhadap kasus ini.
Aksi Cambridge Analytica dianggap kontroversial karena dicurigai data-data yang mereka ambil dipakai untuk kepentingan politik, mulai dari kampanye referendum Uni Eropa di Britania Raya hingga kampanye Donald Trump.
Bos Facebook belum berkomentarMenghadapi kasus ini, pejabat pemerintah di Amerika dan Eropa menuntut penjelasan dari Facebook.
Uni Eropa ingin menginvestigasi Facebook karena melanggar privasi warga mereka. Sang pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, hingga saat ini belum memberikan respons.
Sebelumnya, Facebook juga sudah dibuat pusing karena dituding digunakan agen Rusia untuk mempengaruhi pengguna Facebook dengan berita palsu.
Facebook menolak tudingan tersebut, tetapi mereka berkomitmen ingin bekerja sama dengan komisi pemilihan di berbagai negara untuk memastikan adanya pemilihan yang jujur tanpa intervensi dari pihak berniat jahat di media sosial.
Waspada main kuis abal-abal di FacebookKasus Cambridge Analytica harusnya memberi peringatan terhadap tes-tes yang tidak jelas di Facebook.
Tes-tes tersebut seringkali dapat memberikan hasil-hasil menarik bagi para pengguna, padahal pengguna tidak mengambil tes apapun, melainkan hanya login saja.
Apabila masih mengenal teman-teman di Facebook yang masih suka mengambil tes-tes seperti itu, ada baiknya mengingatkan mereka untuk waspada.
Sebab, tes kepribadian biasanya memberikan daftar pertanyaan yang komprehensif, berbeda dengan tes tidak jelas di Facebook yang meminta login pengguna.
Sumber: Liputan6.com (mdk/ega)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kirim ke Bareskrim dan KPU, Begini Hasil Investigasi BSSN soal Kebocoran Data Pemilih
Baca SelengkapnyaKementerian Kominfo dan BSSN masih berusaha melakukan investigasi.
Baca SelengkapnyaBudi Arie telah mengirimkan surat kepada Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terkait kebocoran data 6 juta NPWP itu.
Baca Selengkapnya"(Penyebab kebocoran) Nanti kami jelaskan setelah kami memanggil dirjen pajak hari Jumat," kata Menko Hadi
Baca SelengkapnyaPolri tidak mungkin bisa bekerja sendiri dalam mengungkap dan mengatasi permasalahan di ruang siber
Baca SelengkapnyaKPU hingga kini masih menelusuri dugaan peretasan tersebut.
Baca SelengkapnyaSebanyak 204 juta data pemilih KPU diduga bocor. Diperjualbelikan di darkweb seharga Rp 1 miliar lebih.
Baca SelengkapnyaMengenai apakah sudah ada tersangka yang diperiksa, Himawan tidak menjawab dengan jelas.
Baca SelengkapnyaDaftar platform ini paling banyak sebar hoaks terlebih jelang pemilu.
Baca SelengkapnyaPenyebaran hoaks Pemilu ditemukan paling tinggi di Facebook.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi angkat bicara komentari kabar soal kasus dugaan bocornya data NPWP miliknya dan jutaan warga Indonesia.
Baca SelengkapnyaKemenkominfo mengaku segera mengecek informasi tersebut.
Baca Selengkapnya