Kalau Stress Ubur-ubur Tua Bisa Berubah Menjadi Muda
Peneliti di Norwegia secara tidak sengaja menemukan ubur-ubur sisir dewasa yang mampu mengubah dirinya kembali muda.
Sebuah penemuan menarik baru saja dilaporkan dalam dunia ubur-ubur, meskipun ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Sebelumnya, pada tahun 1980-an, dua ilmuwan muda, Christian Sommer dan Giorgio Bavestrello, secara tidak sengaja menemukan "ubur-ubur abadi".
Penemuan terbaru menunjukkan bahwa ketika ubur-ubur Turritopsis dohrnii dewasa mengalami stres, mereka dapat kembali ke tahap awal siklus hidupnya, alih-alih mati. Mengutip laporan dari DW Indonesia pada Minggu (24/11), umumnya ubur-ubur dewasa (medusa) akan melepaskan larva yang dapat berenang bebas, dikenal sebagai planula. Planula ini kemudian membentuk koloni polip, yang akhirnya akan menghasilkan medusa baru.
-
Bagaimana ubur-ubur bisa berevolusi? Kemudian, ahli zoologi dan naturalis Jerman Ernst Haeckel, dalam bukunya menjelaskan tentang evolusi yang terjadi pada banyak organisme. Termasuk ubur-ubur, yang berevolusi dari bentuk hewan primitif, secara bertahap menjadi bentuk yang saat ini Anda lihat.
-
Apa yang unik dari ubur-ubur? Ubur-ubur adalah organisme tak lengkap yang unik dan menarik. Hewan-hewan bawah laut adalah makhluk yang mengagumkan dengan beragam keunikan yang memukau.
-
Bagaimana cara mengatasi stres agar awet muda? Orang-orang yang terlihat selalu muda dan bahagia mungkin memiliki strategi yang efektif dalam mengatasi stres. Mereka sering menggunakan meditasi, yoga, atau hobi yang dapat membantu mereka bersantai dan mempertahankan keseimbangan emosi.
-
Kenapa Uut Permatasari terlihat awet muda? Terlihat Lebih Muda Uut sering mengenakan pakaian santai yang berhasil membuatnya terlihat lebih muda, meskipun usianya telah mencapai 41 tahun.
-
Bagaimana cara mengatasi stres untuk awet muda? Perlu dipahami bahwa kondisi stres dapat mempengaruhi kesehatan fisik, pola tidur, mood yang terganggu, hingga kesehatan kulit.
-
Apa yang menyebabkan rambut beruban? Dalam laporan tersebut, Harvard Health Publishing menyebutkan bahwa kerontokan rambut atau munculnya rambut uban disebabkan oleh berbagai faktor, seperti genetik, usia, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan.
Namun, seperti yang pernah diungkapkan oleh pemimpin laboratorium mereka saat itu, Ferdinando Boero, di majalah The Biologist, Sommer dan Bavestrello mengamati suatu proses yang "seperti kupu-kupu yang berubah kembali menjadi ulat." Proses ini dikenal sebagai pertumbuhan atau perkembangan terbalik.
Menariknya, tampaknya Turritopsis dohrnii bukan satu-satunya makhluk mirip ubur-ubur yang memiliki kemampuan tersebut. Dua ilmuwan di Norwegia telah menemukan bahwa ubur-ubur sisir dari spesies Mnemiopsis leidyi juga bisa kembali dari keadaan dewasa yang disebut "lobate" ke tahap larva awal ketika mengalami stres. "Istilah abadi tampaknya kurang tepat. 'Perkembangan terbalik' lebih sesuai," ujar Pawel Burkhardt, salah satu peneliti dan ahli saraf evolusi di Michael Sars Centre, Universitas Bergen, Norwegia.
Apa yang menjadi penyebab lobektomi?
Rekan Burkhardt dan penulis utama dari penelitian tersebut, Joan Soto-Angel, menjelaskan bahwa stres yang disebabkan oleh kelaparan berkepanjangan serta cedera fisik seperti lobektomi (pemotongan lobus dewasa) pada ubur-ubur sisir dapat memicu pola makan yang rendah.
Mereka menemukan bahwa hewan yang menjalani lobektomi menunjukkan tingkat kematian yang lebih rendah serta tingkat keberhasilan pemulihan yang lebih tinggi, di mana enam dari 15 (40%) hewan berhasil pulih sepenuhnya. Sementara itu, kelaparan berkepanjangan hanya menghasilkan tujuh dari 50 (14%) hewan yang berhasil pulih sepenuhnya.
Burkhardt menambahkan, "Hal yang unik tentang Mnemiopsis adalah satu individu dapat berubah menjadi satu larva. Jadi, Anda dapat melacaknya. Sedangkan pada Turritopsis, itu tidak begitu jelas." Temuan ini memiliki arti penting, seperti yang disampaikan oleh Ferdinando Boero, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, melalui email kepada DW.
"Temuan tersebut menunjukkan bahwa perkembangan terbalik juga dapat terjadi pada non-cnidaria, sehingga memperluas jangkauan rencana tubuh yang mampu melakukannya," ungkapnya.
Boero juga menjelaskan bahwa baik Turritopsis dohrnii maupun Mnemiopsis leidyi termasuk dalam kategori "ubur-ubur," tetapi keduanya berasal dari kelompok yang berbeda, yaitu cnidaria dan ctenophora.
Masing-masing memiliki bentuk tubuh yang berbeda, dan oleh karena itu, strukturnya juga berbeda, atau yang dikenal para ilmuwan sebagai ciri "morfologi". Turritopsis dohrnii termasuk dalam kelompok cnidaria, sedangkan Mnemiopsis leidyi termasuk dalam kelompok ctenophora.
Strategi Ubur-ubur untuk Bertahan Hidup di Lingkungan yang Keras
Para peneliti menemukan bahwa ubur-ubur dari jenis ctenophore spesies Mnemiopsis leidy memiliki kemampuan untuk kembali tumbuh menjadi individu dewasa setelah mengalami fase larva.
"Ini sangat dinamis. Begitu mereka kembali ke tahap larva, atau cydippid, jika mereka diberi cukup makanan, mereka dapat tumbuh kembali menjadi dewasa," jelas Burkhardt.
Proses ini dapat berlangsung terus menerus, meskipun tidak berarti bahwa ubur-ubur tersebut akan hidup selamanya. Mereka tetap berisiko mati akibat predator yang memangsa mereka.
Namun, mengingat bahwa mereka merupakan "spesies yang sangat invasif," hasil penelitian ini bisa berimplikasi pada ekosistem. "Ada teori bahwa hancurnya sektor perikanan di Laut Hitam (pada tahun 1990-an) disebabkan oleh Mnemiopsis," ungkap Burkhardt.
Perbedaan cara makan antara larva dan ubur-ubur dewasa juga menjadi faktor penting. Larva memiliki tentakel dan mengonsumsi makanan dengan cara yang berbeda dibandingkan ubur-ubur dewasa yang memerlukan lebih banyak makanan, sementara larva hanya membutuhkan sedikit. Ini mungkin merupakan strategi adaptasi untuk bertahan hidup di lingkungan yang keras.
Apakah ini dapat diterapkan pada manusia?
Penuaan seringkali dianggap sebagai faktor utama penyebab kematian. Proses penuaan menyebabkan sel-sel dalam tubuh kita mengalami degenerasi, sementara plastisitas otak—kemampuan sistem saraf untuk beradaptasi seiring waktu—juga mengalami penurunan.
Banyak peneliti saat ini berusaha menemukan cara untuk memperlambat proses penuaan pada manusia, meskipun tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kenyamanan hidup menjelang akhir hayat. Penelitian mengenai Turritopsis dohrnii menunjukkan bahwa beberapa mekanisme yang ada pada ubur-ubur ini mungkin juga dapat diterapkan pada manusia. Namun, penelitian yang memadai mengenai Mnemiopsis leidyi masih belum tersedia.
"Saya hanya bisa berspekulasi," ungkap Burkhardt. "Namun, tampaknya ada penataan ulang besar-besaran dalam sistem saraf, dan itulah yang ingin kita pelajari dalam beberapa tahun ke depan."
Saat ini, yang dapat kita amati adalah ketika Mnemiopsis leidyi menjalani proses pertumbuhan terbalik, mereka mengembangkan "struktur" baru berupa tentakel. Tentakel tersebut tidak terdapat pada ubur-ubur dewasa, dan untuk berfungsi dengan baik, tentakel ini memerlukan sistem saraf yang khusus.
Aktivasi gen tertentu diperlukan untuk menciptakan sistem saraf tersebut, namun metode yang tepat untuk melakukannya masih belum jelas.
"Pengamatan pola pertumbuhan terbalik adalah langkah pertama," jelas Boero. "Selanjutnya, kita perlu memahami proses genetik yang mengatur pola perkembangan normal agar dapat memulai kembali perkembangan tersebut. Jika ada perubahan genetik, kita akan mencoba melihat apakah perubahan itu juga dapat diterapkan pada sel manusia. Namun, peremajaan (dengan cara ini) pada manusia sangat tidak mungkin dilakukan karena rendahnya plastisitas kita."