NASA Kirim Tikus ke Luar Angkasa, Hasilnya Mengejutkan Ilmuwan
Penelitian ini dilakukan setelah NASA mengirim sejumlah tikus ke luar angkasa dan mendapati bahwa struktur tulang mereka mengalami degradasi ekstrem.

Sebuah studi baru dari NASA menunjukkan bahwa paparan jangka panjang terhadap gravitasi nol dapat menyebabkan kerusakan serius pada tulang.
Penelitian ini dilakukan setelah NASA mengirim sejumlah tikus ke luar angkasa dan mendapati bahwa struktur tulang mereka mengalami degradasi ekstrem, bahkan lebih buruk dibandingkan osteoporosis pada manusia.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal PNAS Nexus mengungkap bahwa tikus-tikus yang tinggal di lingkungan mikrogravitasi selama beberapa minggu mengalami kehancuran jaringan tulang halus dan penurunan kepadatan tulang yang drastis. Kondisi ini tidak sepenuhnya pulih bahkan setelah tikus kembali ke Bumi.
“Dalam beberapa kasus, kerusakan tulang berlangsung terus-menerus meskipun telah kembali ke lingkungan normal,” kata Dr. Jeffrey Willey, ilmuwan dari Wake Forest School of Medicine dan salah satu peneliti utama dalam studi ini dikutip dari ScienceAlert, Selasa (1/3).
Eksperimen dilakukan dengan membandingkan tikus yang dikirim ke luar angkasa dengan kelompok kontrol di Bumi. Hasilnya menunjukkan bahwa tulang belakang dan tulang panjang pada kaki tikus mengalami penurunan kualitas struktural, mengindikasikan berkurangnya kemampuan tulang untuk menahan tekanan.
Para peneliti juga menemukan bahwa sel-sel yang membentuk jaringan tulang baru (osteoblast) menjadi tidak aktif selama masa tinggal di luar angkasa.
Sementara itu, aktivitas sel perusak tulang (osteoklas) justru meningkat, menyebabkan ketidakseimbangan yang mempercepat keropos tulang.
Studi ini menimbulkan kekhawatiran serius bagi misi eksplorasi luar angkasa jangka panjang, termasuk rencana NASA untuk mengirim manusia ke Mars.
Perjalanan ke Mars diperkirakan akan memakan waktu lebih dari setahun pulang-pergi, dan para astronaut diperkirakan akan terpapar kondisi mikrogravitasi untuk waktu yang sangat lama.
Untuk mengatasi masalah ini, NASA sedang mengembangkan pendekatan terapi baru, termasuk obat pembentuk tulang dan program latihan fisik khusus di luar angkasa, namun hasil studi terbaru menunjukkan bahwa solusi tersebut mungkin belum cukup.
Penelitian ini memperkuat kebutuhan untuk mengevaluasi ulang kesiapan fisik manusia dalam menghadapi misi luar angkasa jangka panjang dan menjadikan kesehatan tulang sebagai prioritas utama dalam desain misi masa depan.